Ilustrasi
Home News FKPT: Pelayanan Publik yang Buruk, Picu Radikalisme
News

FKPT: Pelayanan Publik yang Buruk, Picu Radikalisme

Share
Share

BANDA ACEH (popularitas.com) – Pemicu terpaparnya paham radikalisme hingga menjurus tindakan terorisme, tidak lagi karena faktor ekonomi dan sosial saja. Tetapi, pelayanan publik yang buruk juga dinilai sebagai pemicu radikalisme.

Hal ini disampaikan Kabid Penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, Dr Mukhlisuddin Ilyas pada diskusi publik yang mengangkat tema Memperkokoh Peran Mahasiswa dan Generasi Muda dalam Menangkal Paham Radikalisme, di Aula Fisip Unsyiah.

“Hasil penelitian juga terbaru menyebutkan, seseorang terpapar radikalisme bukan lagi soal miskin, tetapi pelayanan publik yang buruk juga menjadi biang,” sebutnya, Senin, 23 Desember 2019.

Menurutnya, di Aceh tidak lagi diskusi tentang radikalisme namun sudah kepada terorisme. Hal ini, merujuk pada catatan beberapa tahun silam, dimana tahun 2010 di Aceh, 12 kelompok melakukan latihan terorisme. Ia juga menjelaskan adanya pergeseran wilayah geografis gerakan terorisme.

“Beberapa alumni Jalin, baik Aceh maupun non Aceh mulai mengarah ke pegunungan, tidak lagi menyisir pesisir,” urai Mukhlisuddin.

Saat fakta tersebut ia kemukakan beberapa waktu silam, orang-orang di wilayah tengah, seperti Kutacane, Takengon, Gayo, menunjukkan respon marah. Namun, tak lama kemudian peneliti itu terbukti dengan tertangkapnya Hamzah di Sibolga (pegunungan). Ia mengingatkan bahwa ke depan, sasaran bom bunuh diri arahnya menyasar perempuan dan anak-anak.

Untuk diketahui, hasil penelitian FKPT Aceh menemukan adanya transformasi radikalisme di Aceh, dari basis politik kepada agama. Indikasinya bisa dilihat seperti kasus, khatib diturunkan dari mimbar, terbangnya mimbar, dan sebagainya.

Ada empat indikator radikal destruktif; menyebarkan intoleransi, anti NKRI, anti Pancasila dan selalu menyebarkan paham takfiri. Seminar publik yang dilaksanakan Prodi Ilmu Politik ini juga menghadirkan narasumber lain, Dr Zahratul Idami SH M Hum dan Juru bicara (Jubir) pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani yang dipandu moderator Ichsan Maulana.

Zahratul Idami dalam penelitian menemukan bahwa radikalisme bagi mahasiswa di Aceh sangat negatif. Ia juga menggarisbawahi bahwa untuk menangkal radikalisme terutama bagi mahasiswa atau generasi yang rentan sebab berada di fase pencarian jati diri, ada satu cara sederhana.

“Sibukkan diri kita dengan hal-hal yang bermanfaat, produktif,” ujarnya.

Kepada pemerintah, ia berharap dapat memberikan rasa adil bagi warga negara. Dengan begitu, paham radikalisme dapat diminimalisir. Jika tidak dibendung, dampaknya bisa menjalar bahkan menjadi bom waktu.

“Bisa sampai people power, karena tidak diberikan hak menyampaikan aspirasi mereka,” tutur Zahratul.

Senada dengan dua pemateri yang lain, Jubir Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani menilai radikalisme muncul karena ketidakpuasan. Selain itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga masih kurang, sekalipun sudah reformasi. (Ril)

Share

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Tulisan Terkait
News

Plt Sekda Aceh diharapkan bangun sinergitas dengan pemerintah daerah tekan kemiskinan esktrem

POPULARITAS.COM – Plt Sekretaris Daerah Aceh, Muhammad Nasir,  mengharapkan anggota DPRK Aceh...

News

Ular piton sepanjang tiga meter mangsa ternak warga di Aceh Besar, ditangkap petugas Damkar

POPULARITAS.COM – Tim Damkar BPBD Aceh Besar Pos Kajhu menangkap seekor ular...

News

Keluarga terlapor kasus pelecehan seksual di Labusel protes penetapan tersangka

POPULARITAS.COM – Budi Arman Siregar, warga Labuhanbatu Selatan, telah ditetapkan tersangka oleh...

News

Kopda Eri Dwi Priambodo, korban ledakan gudang amunisi di Garut dimakamkan secara militer di Temanggung

POPULARITAS.COM – Upacara kemiliteran dilangsungkan pada pemakaman Kopral Dua (Kopda) Eri Dwi...

Exit mobile version