POPULARITAS.COM – Aceh, wilayah yang dikenal kaya akan sejarah Islam, menyimpan banyak peninggalan yang penuh dengan kejayaan. Di antara kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdiri di Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16 Masehi menjadi salah satu yang paling berpengaruh. Kejayaan ini tidak hanya meninggalkan catatan sejarah, tetapi juga jejak fisik berupa situs-situs yang masih dapat dijelajahi hingga saat ini.
Salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik di Banda Aceh adalah Kompleks Makam Kandang XII, terletak di Gampong Kampung Baru, Kelurahan Keraton, Kecamatan Baiturrahman. Berjarak hanya sekitar 500 meter dari Masjid Raya Baiturrahman, kompleks makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir para sultan dan tokoh penting Aceh dari abad ke-16 Masehi. Kompleks ini tidak hanya menjadi destinasi ziarah, tetapi juga daya tarik wisata sejarah yang menampilkan kekayaan arsitektur Islam masa lalu.
Menurut Rusdi Sufi, seorang sejarawan Aceh, dalam bukunya “Batee Jirat (Nisan) Aceh sebagai Aset Parawisata”, batu nisan di kompleks ini bukan sekadar bagian dari tradisi pemakaman, tetapi juga artefak arkeologi yang sarat akan informasi sejarah.
“Nisan-nisan ini tidak hanya memperlihatkan proses pemakaman dan ritual keagamaan pada masa itu, tetapi juga mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Islam di Aceh,” ujar Rusdi Sufi.
Dijelaskannya, kaligrafi yang terukir pada batu nisan makam-makam di Kandang XII memperlihatkan perpaduan antara seni Islam dan unsur budaya lokal Aceh. Seni kaligrafi ini mencerminkan kekayaan budaya dan seni Islam yang berkembang di Aceh pada masa itu.
Seni Kaligrafi dan Arsitektur Makam yang Unik
Kompleks makam Kandang XII bukan satu-satunya situs sejarah di Aceh yang menawarkan keindahan arsitektur makam kuno. Di berbagai wilayah, seperti di Samudra Pase, pengunjung juga bisa menemukan makam-makam yang memiliki kesamaan arsitektur dengan gaya yang ditemukan di Gujarat.
Seni kaligrafi Islam yang mendominasi batu nisan, terutama dengan gaya tulisan Thuluth A, memperlihatkan keindahan seni Islam dan menjadi bukti nyata peradaban Islam yang maju di Aceh pada masanya.
Kompleks ini juga menunjukkan ciri khas arsitektur makam Aceh, yang berbeda dengan daerah lain di Nusantara. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang tertarik pada seni arsitektur kuno dan sejarah Islam.
Fahmi, salah seorang pengunjung yang tertarik pada sejarah Islam, mengungkapkan kesan mendalamnya setelah berkunjung ke Makam Kandang XII. “Saya merasa takjub melihat seni ukir dan kaligrafi di batu nisan. Ini benar-benar membawa saya kembali ke masa kejayaan Islam di Aceh,” ujar Fahmi yang datang dari luar daerah khusus untuk mengeksplorasi situs-situs sejarah di Banda Aceh.
Destinasi Sejarah yang Patut Dilestarikan
Meskipun memiliki kekayaan sejarah yang luar biasa, banyak masyarakat umum yang kurang memahami pentingnya situs-situs sejarah ini. Rusdi Sufi menambahkan bahwa diperlukan upaya pelestarian dan peningkatan kesadaran masyarakat agar peninggalan berharga ini tetap terjaga. “Banyak orang yang tidak sadar betapa pentingnya makam-makam ini sebagai bukti sejarah Islam di Aceh. Jika tidak dilestarikan, kita bisa kehilangan warisan sejarah yang sangat berharga,” jelas Rusdi.
Kompleks makam seperti Kandang XII tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur dan seni, tetapi juga menyimpan jejak sejarah panjang yang seharusnya dipelajari dan dilestarikan oleh generasi mendatang.
Bagi para pengunjung yang tertarik mendalami sejarah Islam di Aceh, Kompleks Makam Kandang XII menjadi destinasi yang ideal. Di tengah modernitas Banda Aceh, kompleks ini menawarkan kesempatan untuk merenungkan masa lalu dan merasakan kejayaan peradaban Islam yang pernah berkembang pesat di Aceh.