BANDA ACEH (popularitas.com) – Massa yang mengatasnamakan diri Barisan Pemuda Aceh (BPA) kembali melakukan unjuk rasa menuntut pencabutan izin operasi PT EMM di Aceh. Aksi yang memboyong ribuan mahasiswa lintas universitas dan organisasi tersebut berlangsung di depan kompleks Kantor Gubernur Aceh, Rabu, 10 April 2019 siang.
Pantauan di lokasi jumlah massa yang menggelar unjuk rasa hari ini bertambah dibandingkan hari kemarin. Massa yang menggunakan almamater berwarna biru juga mendominasi di lokasi, bercampur almamater hijau dan warna lainnya.

Selain itu, beragam bendera turut dikibarkan dalam aksi ini. Mulai dari bendera partai politik, bendera organisasi internal kampus mahasiswa, bendera paguyuban, hingga bendera alam peudeung. Pengibaran bendera tersebut menyiratkan massa solid datang dari berbagai elemen pemuda dari Aceh.
Selain itu, massa juga turut mencoret-coret baju mereka dengan kalimat-kalimat menolak izin tambang di Aceh.
Hingga saat ini, massa yang bergerak dari titik kumpul di Taman Ratu Safiatuddin tersebut menyesaki Jalan T Nyak Arief. Personel kepolisian juga terpantau melakukan pengamanan ketat di areal demo. Begitu pula petugas keamanan kantor Gubernur Aceh yang siaga menjaga pintu gerbang pusat pemerintahan itu tertutup rapat.
Aksi mahasiswa dalam jumlah besar ini turut menyedot perhatian warga Banda Aceh. Mereka berduyun-duyun merapatkan barisan dan ada juga yang menonton dari kejauhan.
Sebelumnya aksi serupa juga digelar pada Selasa, 9 April 2019. Dalam aksi kemarin, massa mahasiswa terlibat bentrok dengan petugas keamanan di lokasi. Unjuk rasa menuntut pencabutan izin operasi tambang emas PT EMM tersebut juga menyebabkan sejumlah fasilitas kantor Gubernur Aceh rusak.
Informasi yang diterima popularitas.com menyebutkan massa yang terusir dari halaman kantor Gubernur Aceh bertahan di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, usai terjadi bentrok, Selasa malam. Mereka bahkan menginap di taman tersebut hingga aksi berlanjut hari ini.
Hingga berita ini diturunkan, massa mahasiswa masih tertahan di depan pintu gerbang kantor Gubernur Aceh. Mereka mencoba beraudiensi dengan pihak keamanan setempat agar diperbolehkan masuk ke kompleks pusat pemerintahan Aceh tersebut. Sementara yang lainnya terus merangsek seraya berteriak, “masuk…masuk…!”* (BNA/ASM)