POPULARITAS.COM – Sepuluh tahun lalu, setahun usai Xi Jinping didapuk jadi Presiden China, pemimpin PKC itu perkenalkan program ambisius, One Belt Road One Road (OBOR).
Ambisi Xi Jinping tersebut, ingin hidupkan kembali kejayaan jalur sutera di abad ke-21. Guna mewujudkan ambisi China itu, dibangunlah proyek infrastruktur besar-besaran dengan libatkan 152 negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika.
Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Wang Wenbin, dalam satu kesemaptan menerangkan, proyek OBOR yang saat ini dikenal dengan Belt Road Initiative (BRI), idenya untuk membentuk wilayah Eurasia yang lebih luas.
Belt atau sabuk mengacu pada jalur darat berupa jalan yang menghubungkan China ke Asia Tengah dan Asia Selatan, serta Eropa dan rel kereta yang juga disebut sebagai Sabuk Ekonomi Jalur Sutera.
Sedangkan, road atau jalan merujuk pada jalur laut atau Jalur Sutera Maritim pada Abad ke-21 yang menghubungkan China ke Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Timur dan Afrika Utara, serta Eropa.
Guna mendukung OBOR yang kini lebih dikenal Belt Road Initiative (BRI) itu, sejumlah negara yang terlibat didalamnya mendirikan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
China memiliki saham terbesar di AIIB, yakni 26 persen, sementara Indonesia menjadi menjadi penyetor terbesar ke-8 untuk AIIB dengan setoran modal 672 juta dolar AS (sekitar Rp10,23 triliun) yang dibayarkan bertahap dalam lima tahun.
Proyek-proyek infrastruktur di Indonesia yang mendapatkan pendanaan dari AIIB antara lain adalah proyek energi, manajemen air, pertanian, dan transportasi berbasis rel, baik light rail transit (LRT) maupun kereta cepat.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung, merupakan salah satu proyek di Indonesia yang masuk dalam skema BRI.
Pada 17-18 Oktober 2023, BRI Summit akan dilangsungkan di China, menandai semangat 10 tahun proyeksi prestisius itu dijalankan. Sejumlah pemimpin negara dunia dijadwalkan hadir, seperti Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Rusia Vladymir Putin.
Pers di proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan
Peran dan dukungan masyarakat guna mewujudkan BRI sangat penting. Beranjak dari hal itu, pada 2017, sejumlah wartawan dunia, salah satunya Teguh Santosa dari Indonesia, melahirkan gagasan membentuk Belt and Road Journalist Forum (BRJF).
Teguh dalam penjelasannya kepada popularitas.com, Jumat (13/10/2023) mengatakan, BRJF dibentuk untuk mengawal pelaksanaan kerjasama China dan negara-negara dalam kawasan kerangka BRI.
Dilanjutkannya, untuk pertama kalinya, BRJF menggelar konferensi pada 2018. Saa itu, ujar Teguh, dirinya hadir sebagai Presidium BRJF mewakili Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Setelah tidak lagi terlibat dalam kepengurusan PWI, kata Teguh, dirinya absen dalam berbagai kegiatan yang digelar BRJF. Hingga kemudian, ditahun 2023 ini, dirinya kembali diundang oleh All China Journalist Association (ACJA) dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).
Saat ini, kata Teguh lagi, dirinya telah bertemu dengan Presiden ACJA He Ping di Beijing. Lewat pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat jalin kerjasama guna perkuat hunungan masyarakat kedua negara (people to people).
Kehadiran Teguh di China bersama dengan 65 wartawan dari 36 negara, mewakili seluruh benua, seperti Asia dan Eseania, Afrika, Eropa dan Amerika.
Terkait JMSI, He Ping mengatakan dirinya yakin organisasi yang menaungi perusahaan new media dibutuhkan untuk mewujudkan ekosistem pers yang sehat dan profesional.
“Kerjasama kedua negara membutuhkan dukungan dari unsur pers yang profesional,” ujar Teguh menirukan ucapan He Ping dalam keterangan yang dikirim dari Beijing.