POPULARITAS.COM – Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, yang terletak di bagian barat pulau Sumatera dan menghadap langsung ke Samudera Hindia. Kabupaten ini dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, termasuk pantai-pantai yang cantik, perbukitan, dan pegunungan.
Salah satu wisata favorit di sana ialah Puncak Gunung Geurutee, yang berada di perbatasan antara Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya. Dengan ketinggian sekitar 630 meter di atas permukaan laut, Geurutee menghadap langsung ke Samudera Hindia, memberikan kombinasi panorama laut biru yang luas dan jajaran pegunungan hijau yang menyegarkan.
Para traveler dari pusat Kota Banda Aceh menuju lokasi hanya berjarak 65 kilometer atau sekitar satu setengah jam perjalanan. Anda tidak perlu ragu, jalan menuju lokasi aspalnya mulus, tidak menjadi masalah menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.
Sepanjang perjalanan Anda akan merasakan indahnya pesona panorama laut di pesisir pantai. Belum lagi Anda akan merasakan sejuknya pepohonan saat mulai melewati pegunungan Paro dan Kulu yang saat ini kedua gunung itu menjadi bagian dari paru-paru dunia.
Meski sempat terlena dengan keindahannya, namun para traveler juga diharapkan untuk berhati-hati atas banyaknya tikungan tajam serta tanjakan di perjalanan.
Menariknya saat melewati dua gunung tersebut, Anda bisa melihat puluhan monyet yang berada di pingir jalan, menunggu makanan.
Maka jika Anda membawa makanan, alangkah baiknya menepi sejenak, merasakan sensasi kedekatan bersama monyet-monyet tersebut.
Setelah melewati dua pegunungan Anda akan melewati indahnya hamparan sawah yang begitu luas dan beberapa perkampungan. Kalau sudah sampai sini artinya tidak jauh lagi dari lokasi.
Memasuki kawasan Gunung Geurutee mata Anda mulai dimanjakan dengan pemandangan antara gunung dan laut ditambah banyaknya warung-warung yang terbuat dari kayu berjajar rapi, tepatnya dibangun di pinggir jalan dan posisinya di atas jurang langsung.
Saat mengunjungi lokasi Puncak Gunung Geurutee beberapa waktu lalu, hampir semua warung menyediakan aneka makanan dan minuman. Dan yang menjadi khas di puncak gunung ini adalah kopi tubruk (kopi gelas terbalik).
Bustami (55) seorang pemilik warung, menyebutkan saat ini hampir 70 warung tersedia di atas Gunung Geurutee dan diperkirakan akan terus bertambah. “Semakin hari pengunjung terus bertambah, apalagi hari libur,” kata Bustami beberapa waktu lalu.
Di warung Bustami tersedia aneka ragam minuman di antaranya kelapa muda, teh, kopi, minuman kaleng. “Kalau makanan kita hanya menyediakan mi instan dibuat sesuai selera pengunjung, jarang kita jual nasi sebab susah bawanya ke atas gunung, jadi kita yang praktis aja,” ujarnya.
Ia bercerita, para pengunjung yang singgah juga sangat jarang memesan nasi, hanya sebatas minuman dan makanan ringan. “Untuk kopi, kami menyediakan khas yakni kopi tubruk (kopi gelas terbalik). Kopi tubruk sendiri diracik dengan manual, biji kopinya digoseng dengan cara tradisional. Kalau manual rasanya lebih enak, biasanya istri saya sendiri yang menggorengnya,” kata Bustami.
Di warung Bustami sendiri kalau sedang ramai, mampu menghabiskan bubuk kopi satu hingga dua kilogram. Untuk harga satu gelas kopi tubruk panas, Bustami menjualnya Rp 4.000.
Ayah lima anak itu mengatakan, warungnya buka pukul 09.00-18.00 WIB.”Kalau malam kadang-kadang buka, sedikit susah sebab pakai genset, kalau nggak ada orang kan rugi karena harus beli minyak lagi,” katanya.
Ia menambahkan banyaknya pengunjung juga tidak terlepas dari letak Gunung Geurutee yang berada di jalan lintas nasional antara Aceh Barat-Banda Aceh. Jadi, kata Bustami, selain menjadi lokasi objek wisata juga tempat persinggahan bagi yang melakukan perjalanan jalur Barat Selatan.”Ada yang pergi khusus, ada juga tempat istirahat di sini,” ujarnya.
Misalnya kata dia, saat musim libur mahasiswa yang menempuh pendidikan di berbagai Universitas di Banda Aceh yang berasal kampung halamannya di pantai Barat Selatan hampir rata-rata singgah di puncak Gunung Geurutee. “Pasti singgah, biasanya rombongan gitu, ada dari Meulaboh, Nagan Raya, Abdya, Aceh Selatan, pokoknya ramai kadang-kadang penuh, tapi lagi sepi ya sepi,” katanya.
Bustami mengungkapkan saat ini para pengunjung lebih memilih tempat yang warungnya terlihat baru sebab banyak yang ingin terlihat bagus saat berswafoto, makanya Bustami setiap enam bulan sekali mengecat ulang warung miliknya. “Karena banyak kalangan anak muda yang singgah,” tuturnya.
Sementara itu, Saniah seorang pengujung yang singgah di tempat Bustami mengaku baru pertama kalinya berkunjung ke puncak Gunung Geurutee. Katanya, ia pertama kali mengetahuinya di media sosial. “Saya lihat di Instagram, pemandangannya Indah, belum lagi ada pulau di tengah-tengahnya,” kata Saniah. Ia mengaku berasal Dari Medan.
Para pengunjung juga dimanjakan oleh dua pulau kecil tanpa penghuni yang begitu eksotis. Biasanya, hanya nelayan yang singgah di kedua pulau itu, jika dari puncak sangat jelas melihat kedua pulau tersebut.
Saniah datang bersama keluarga. Ia mengatakan sebenarnya hanya liburan di kota Banda Aceh, namun karena begitu penasaran dengan lokasi puncak Geurutee maka ia tidak menyia-nyikan kesempatan tersebut.
Pengunjung lain, Andri dari Kabupaten Nagan Raya, mengatakan sudah sering singgah di puncak Gunung Geurutee. Ia singgah untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.”Saya tetap singgah di sini (Geurutee) dulu, baik mau pergi ke Banda Aceh maupun pulang kampung,” kata Andri singkat. (*)