KesehatanNews

Tiga faktor yang sebabkan anak kena DBD

Demam turun hari ketiga pada anak penderita DBD adalah fase kritis POPULARITAS.COM - Banyak asumsi salah ketika demam turun pada hari ketiga pada anak, orangtua menganggap merupakan gejala fase kesembuhan. Namun, sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang keliru. Pendapat itu disampaikan oleh Dokter spesialis anak RS Hermina Jatinegara, dr Kanya Ayu Paramastri. Ia mengungkapkan, kerap orang sering terkecoh saat mengira pada hari ketiga DBD sudah sembuh ketika tidak demam lagi.   "Itu yang sering menipu, saat hari ketiga sudah tidak demam dipikir sudah sehat, padahal itu kritis," ucap Kanya dalam diskusi mengenai DBD di Jakarta, Minggu (5/11/2023) dilansir laman Antara.   Kanya menjelaskan infeksi DBD memiliki pola gejala yang khas yaitu seperti pelana kuda, dengan demam di tiga hari pertama terkesan sangat umum mirip infeksi demam biasa yaitu panas, pegal-pegal dan sakit pada mata.   Namun, setelah lebih dari tiga hari, demam bisa turun, tetapi ada tanda lemas, tidak nafsu makan dan jika berisiko demam dengue dengan perdarahan akan muncul bintik merah, mimisan dan gusi berdarah.   Kanya menjelaskan perdarahan tersebut terjadi karena kadar trombosit yang seharusnya melindungi pembuluh darah menjadi semakin melemah karena infeksi DBD.   Disamping itu, demam akibat virus dengue yang dibawa nyamuk juga bisa berakibat ke organ tubuh lainnya seperti otak yang akan menimbulkan penurunan kesadaran jika tidak segera di tangani.   Selain itu, lingkungan yang bersih juga belum tentu bebas dari nyamuk pembawa penyakit dengue yang berdiam di lingkungan rumah.   "Lingkungan bersih masih ada nyamuk aedes aegypti di rumah dan albopictus di alam (luar rumah). Itu suka di atas kulkas, dispenser, AC, pot rumah dan baju kotor digantung numpuk di pojok itu nyamuk suka," kata dokter yang aktif di sosial media ini   Dokter yang menamatkan spesialis anak di Universitas Indonesia ini mengatakan, gerakan 3M plus dan vaksin menjadi cara ampuh untuk menekan angka kasus DBD.   Ia mengatakan vaksin DBD sangat dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk setiap anak usia 6-18 tahun baik yang pernah terkena DBD maupun yang belum.   "Jadi semua anak usia 6-18 tahun pernah atau belum (DBD) di rekomendasikan tetap diberikan vaksin DBD sebanyak 2 kali, dengan jeda 3 bulan," katanya.   Anak yang divaksin pun harus sehat dan tidak memiliki penyakit infeksi akut seperti diare. Selain itu vaksin DBD juga tidak memiliki efek samping sehingga aman untuk anak dan bisa langsung beraktivitas setelah vaksin.   Sedangkan bagi anak yang memiliki penyakit kronik seperti HIV, gagal ginjal, atau kondisi yang menurunkan daya tahan tubuh sebaiknya konsultasi ke dokter spesialis anak terlebih dahulu.   Vaksin DBD juga bisa dilakukan berbarengan dengan vaksin lainnya sesuai arahan dokter.   Sementara pencegahan dengan 3M adalah Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang serta mengubur benda-benda yang bisa menjadi sarang nyamuk dan memakai perlindungan anti nyamuk seperti lotion dan kelambu tidur.

POPULARITAS.COM – Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropis Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A, Subsp.IPT, M.TropPaed mengatakan ada tiga faktor penyebab anak terkena demam berdarah dengue (DBD), yakni daya tahan tubuh, virus, dan lingkungan.

“Kaidah infeksi sampai terjadi penyakit itu karena ada gangguan keseimbangan antara daya tahan tubuh seseorang, jenis serta kepadatan virusnya, dan lingkungannya,” kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) itu, dikutip dari laman Antara, Rabu (20/9/2023).

Ia mengatakan bahwa ada empat jenis virus dengue, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan 3 lah yang biasanya menyebabkan DBD berat.

Sementara lingkungan yang dimaksud Hinky adalah lingkungan yang disukai oleh nyamuk aedes aegypti seperti kebun, genangan air jernih, dan baju yang digantung.

Ketika nyamuk aedes aegypti betina menggigit, Hinky mengatakan sistem kekebalan tubuh akan melakukan reaksi kekebalan yang ditandai dengan demam tinggi secara mendadak.

“Demamnya tiba-tiba tinggi, dikasih obat paracetamol mungkin turun dalam empat jam lalu naik lagi. Kemudian anak jadi lemas, terlihat seperti sakit berat, tidur terus, enggak mau makan, enggak mau minum, muntah-muntah,” ujar Hinky.

Ia menambahkan, anak juga bisa mengalami sakit otot, sakit sendi dan tulang, sakit kepala, hingga sakit belakang mata.

Menurut Hinky, kondisi tersebut dinamakan sebagai fase demam atau fase akut yang biasanya berlangsung selama 1-3 hari.

Kemudian pada hari ke-4 dan ke-5, Hinky mengatakan virus dalam tubuh sudah hilang dan demam pun menurun, yang kadang membuat orang tua terkecoh mengira anak sudah sembuh. Padahal, fase ini merupakan fase kritis di mana terjadi kebocoran pembuluh darah dan penurunan trombosit.

“Ini harus dikasih cairan. Bocornya pembuluh darah itu kan kayak dehidrasi, karena cairan di pembuluh darah keluar dari jaringan. Ini membuat anak mual, kemudian cairan yg masuk ke rongga perut akan menekan diafragma, menekan lambung, bahkan bisa ke paru-paru menyebabkan anak sesak nafas. Bisa juga membuat hati membesar. Anak juga enggak pipis-pipis dalam 4-6 jam,” jelas Hinky.

“Kalau terlambat, anak bisa pendarahan dan kalau sudah pendarahan biasanya tidak tertolong,” ujarnya.

Namun jika diberi cairan dan mau makan dan minum, Hinky melanjutkan, anak akan masuk ke fase penyembuhan pada hari ke-6 dan ke-7 yang ditandai dengan demam dan banyak buang air kecil serta munculnya ruam.

Guna mencegah anak terjangkit DBD, Hinky mengatakan orang tua harus memastikan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik serta mengendalikan nyamuk aedes aegypti.

“Jangan sampai digigit nyamuk, mau pakai insect repellent boleh, lalu waspada saat beraktivitas di luar rumah karena dia menggigit jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Jangan ada baju yang digantung. Jangan ada air menggenang karena nyamuknya nyimpan jentik di situ. Jangan pakai bak mandi, tapi pakai shower kalau memungkinkan,” ujar Hinky.

Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama, MKM menambahkan, pencegahan demam berdarah juga dapat dilakukan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik.

“Pelihara juga ikan cupang dan tanaman yang tidak disukai jentik dan nyamuk seperti lemon balm, catnip, kemangi, lavender, peppermint, rosemary, marigold, dan geranium,” katanya.

Shares: