FeatureNews

Bumbu Meurasa, Produk Bumbu Kemasan Kering Pertama di Aceh

BERAWAL dari hobi memasak, dan permintaan kerabat untuk dikirimi bumbu dari Aceh, melahirkan ide bagi Darfina dan suaminya membuat bumbu siap saji. Menanjak usia enam tahun, kini, usaha keduanya telah berkembang pesat, dan bahkan masuki pasar nasional, dan internasional.

Menamai bumbu siap saji usaha mereka dengan nama Meurasa, kini usaha istri dari Edi Sandra itu telah menjadi salah satu ikonik di provinsi ujung barat Sumatra tersebut. “Sebelum usaha ini, saya dulu buat kue tart,” kata Darfina awali kisahnya kepada popularitas.com, beberapa waktu lalu.

Di pabrik tempat produksi Meurasa di kawasan Deah Glumpang, Banda Aceh, setiap harinya tak kurang 200 sachet bumbu kemasan yang Ia produksi. Dibantu empat orang karyawan, Darfina, dan sang suami terus berinovasi melahirkan varian-varian baru merespon permintaan pasar.

Kini, Meurasa telah miliki delapan varian rasa, yakni, mie Aceh, masak merah, kari Aceh, masak putih, gulai, ayam tangkap, nasi goreng, dan rendang. Dipaking dalam kemasan ukuran 20 ML dengan harga dipasar Rp12 ribu-hingga Rp15 ribu.

Darfina menerangkan, Meurasa sendiri, dari kata dasar Meuraksa, yang artinya dalam bahasa Aceh enak sekali. Karena itu, Ia menjamin setiap bumbu yang Ia produksi kualitasnya nomor satu, dan diolah dari rempah-rempah pilihan.

Menurut Darfina, saat ini memang banyak bumbu kemasan yang beredar di pasaran. Namun, Meurasa berbeda dalam proses produksinya, dan hal itu yang membuat kualitas dan rasanya jauh lebih baik.

Jika bumbu kemasan lain di buat dengan mencampurkan bubuk olahan kering, dan kemudian dihasilkan racikan bumbu masakan. Untuk menciptakan bumbu khas Meurasa, bahan-bahan diolah dan campur, dihaluskan, kemudian di masak. Nah, bumbu yang telah di masak itulah selanjutnya di proses Jadi kering, menjadi bubuk siap saji, dan dikemas.

Jadi, sambungnya lagi, Meurasa itu, diolah dari bumbu yang sudah dimasak, dan murni tanpa campuran pengawet, serta tercipta dari rempah pilihan khas Aceh. Selain itu, ujar Darfina, Meurasa tidak menggunakan gula, dan garam, sebab itu dirinya menjamin bumbu buatannya dapat bertahan dua tahun.

Bagi Darfina, inovasi adalah hal penting, agar Meurasa tetap menjadi pilihan konsumen. Untuk itu, Ia kerap melakukan sejumlah riset, dan survei pasar untuk mengetahui keinginan-keinginan masyarakat terhadap keberadaan bumbu siap saji.

Bumbu Meurasa disendiri, di kemas secara modern, dan hiegienis. Menggunakan alumunium foil sebagai paking, membuat Meurasa dijamin kebersihan, dan juga terjaga rasa dan kualitasnya.

Sejak 2019, Meurasa telah merajai hampir seluruh banyak toko dan swalayan di Aceh, dan bahkan saat ini, pihaknya telah memiliki reseler di 23 kabupaten dan kota di daerah itu. Bahkan, sambungnya, pasar nasional, dan internasional telah mereka garap.

Untuk memasarkan produknya, selain secara offline, Darfina juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan seperti Tiktok, Instagram, dan Facebook.  Konsumen dapat mengunjungi, akun Instagram @bumbuaceh dan tetap dapat melakukan pemesanan secara online.

Katanya lagi, mereka telah memasarkan produknya hingga negara luar seperti Australia, Jepang, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura, Denmark, Amerika, Perancis hingga beberapa negara besar lainnya.

“Sedangkan di Aceh daerah yang paling meminati bumbu meurasa yakni di Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Langsa. produk ini sangat bermanfaat dan ekonomis karena, apalagi bagi wanita yang sibuk kerja, mereka bisa memanfaatkan bumbu meurasa karena proses masaknya yang cepat,” ungkap Darfina.

Bumbu siap saji Meurasa, Mie Aceh

Bahkan produk bumbu meurasa pernah mewakili Aceh sebagai 40 nominasi Indonesia Food Inovasi pada tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Industri RI. 

Walaupun telah menjadi produk yang telah tembus pasar Internasional, bumbu meurasa tetap memilih rempah-rempah asli Aceh. Diakui Darfina mereka tetap mendapatkan bahan baku di pasar tradisional, bahkan mereka juga tidak segan menjalin kerjasama dengan para petani di wilayah setempat.

“Untuk bahan baku kami ambil di pasar, dan juga menjalin kerjasama dengan petani. Seperti bawang kami pakai bawang Aceh, dan langsung diambil pada petani di Aceh Besar, untuk mendapatkan bahan yang bagus dan berkualitas,” sebutnya.

Tentu, membangun Meurasa tidak langsung sukses seperti ini, awal-awal banyak kendala, tantangan pasar, dan juga soal permodalan. Namun hal itu menjadi pelecut semangat untuk terus berkarya, dan berinovasi. 

Diakhir cerita, Darfina memberikan pesan kepada pengusaha industri kecil seperti dirinya, untuk tidak cepat putus asa. Modal penting dari membangun bisnis adalah kepercayaan diri, dan tidak mudah menyerah.

Shares: