EdukasiNews

Menembus narasumber, pembelajaran penting bagi wartawan tentang dua buku karya Teguh Santosa

Menembus narasumber, pembelajaran penting bagi wartawan tentang dua buku karya Teguh Santosa

POPULARITAS.COM – Diawali penampilan dua pianis muda, Teguh Santosa resmi luncurkan dua buku karyanya. Minggu (30/7/2023), di Jaya Suprana School of Performing Arts, Mall of Indonesia di Jakarta, sejumlah narasumber penting hadir saat peluncuran buku, Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik dan Buldozer dari Palestina, yang ditulis wartawan yang pernah bekerja di Harian Nasional Rakyat Merdeka itu.

Dua buku yang ditulis Teguh Santosa itu, adalah kumpulan hasil wawancaranya dengan narasumber penting. Buldozer dari Palestina, satu diantara dua karyanya yang diluncurkan itu, berisi rekaman interview atas 22 narasumber Internasional yang merupakan para dutas besar negara-negara sahabat Indonesia.

Terdiri dari 312 halaman selain cover dan daftar isi, Buldozer dari Palestina menceritakan pandangan-pandangan narasumber yang di wawancarai Teguh santosa. Sebut saja, seperti Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr, lalu Vasyil Hamianin, Dubes Ukraina, kemudian Abdallah Abu Rohman, Dubes Yordania, dan beberapa tokoh kunci lainnya, seperti Dubes Iran, Korea, Pakista, Rusia, Timor Leste, Australia, Armenia, dan Korea.

Salah satu sudut Masjid Aya Sofia di Turki, dipilih Teguh Santosa sebagai cover buku Buldozer dari Palestina tersebut. Penulis memilih jenis kertas dupleks untuk sampul bukunya, karnanya cover jadi kokoh dan agak tebal, begitu juga dengan seluruh isi buku yang dicetak diatas kertas arts paper.

Memilih jenis kertas tersebut, membuat buku ini menjadi sangat tebal dan berat untuk di bawa. Namun, tampilan tulis dan foto-foto yang menggambarkan seluruh isi buku jadi lebih berwarna dan menarik.

Sementara, satu buku lainnya, Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik, juga menggunakan kertas dupleks untuk sampulnya dan arts papers untuk keseluruhan isi. Buku ini sedikit lebih tipis dibandingkan buku Buldozer dari Palestina, hanya terdiri dari 298 halaman diluar sampul, daftar isi dan kata pengantar.

Buku kedua ini, juga merupakan hasil wawancara Teguh Santosa terhadap 17 narasumber penting yang juga merupakan duta besar negara-negara sahabat Indonesia. Diantaranya, Dubes Kuba, Venezuela, Ajerbaijan, Palestina, Tusinia, Jepang dan Meksiko. Untuk buku itu, lelaki juga menulis karya di Tepi Amu Darya itu, memilih foto dirinya saat berada di Terminal Abu Kamal, perbatasan Suriah dan Irak.

Dalam karir profesionalnya sebagai wartawan, Teguh banyak ditugaskan perusahaan media tempatnya bekerja, untuk meliput sejumlah konflik di berbagai negara, seperti Pakistan, Maroko, Korea Utara, Timor Leste dan Afghanistan.

Meliput diluar negeri di daerah konflik, tentu bukan perkara mudah. Keberanian, kecekatan, dan membaur dengan berbagai pihak serta sikap independensi harus jadi modal penting yang dimiliki seorang wartawan.

di Jaya Suprana School of Performing Arts, Mall of Indonesia di Jakarta
Teguh Santosa penulis buku Buldozer dari Palestina dan Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik saat membubuhkan tanda tangannya di kertas sampul bukunya di luncurkan, Minggu (30/7/2023) di di Jaya Suprana School of Performing Arts, Mall of Indonesia di Jakarta. FOTO : Zacky Ketua JMSI NTT

Keberpihakan bisa saja membunuh diri sendiri, sebab, faksi-faksi yang bertikai akan melihat dan membaca hasil karya yang ditulis seorang wartawan. Apakah tulisan itu berimbang, atau justru membela salah satu pihak.

Nah, disinilah Teguh Santosa berhasil memposisikan dirinya sebagai wartawan yang benar-benar independen dan berimbang menyajikan seluruh ulasannya saat meliput daerah konflik.

Dua buku karya Teguh Santosa yang diterbitkan itu, membuktikan Teguh Santosa merupakan wartawan yang dipandang penting oleh narasumbernya.

Narasumber merupakan hal terpenting bagi wartawan saat menulis karya. Narasumber merupakan data utama dalam satu karya jurnalistik. Dua buku ini, memperlihatkan seperti apa Teguh Santosa mampu merawat dan menembus narasumber penting untuk melengkapi tulisan-tulisanya.

Menembus narasumber bukan perkara mudah bagi seorang jurnalis. Tidak semua narasumber mau diwawancarai dan terbuka atas pertanyaan-pertanyaan seorang wartawan. Nah, dua buku yang karya Teguh tersebut, memperlihatkan bahwa, penulis mampu memberikan pertanyaan-pertanyaan kunci yang justru menambah wawasan penulis guna memahami dinamika dan kebijakan politik luar negeri lewat para duta besar negara-negara sahabat.

Bahasa gaulnya, narasumber yang diwawancarai Teguh itu bukan kaleng-kaleng. Semua duta besar para negara sahabat, dan juga terdapat duta besar Amerika Serikat, Rusia, Korea dan Jepang, yang dipastikan untuk bisa menemui dan mewawancarainya saja dibutuhkan prosedural yang ketat.

Disini, sekali lagi Teguh mampu perlihatkan kepiawaian dan keunggulannya dalam menembus narasumber. Hal penting yang harus dimiliki oleh setiap jurnalis dan wartawan dalam menjalankan karir profesionalnya.

Membaca buku ini, begitu banyak pembelajaran yang dapat kita petik, selain menyelami tentang kebijakan-kebijakan luar negeri negara-negara sahabat, tentu yang terpeting adalah, seperti apa seorang wartawan dan jurnalis harus memiliki wawasan dan kemampuan mengeksplorasi narasumber guna mendapatkan pandangan-pandangan yang lebih luas dari pihak yang diwawancarai.

Lewat buku ini, pembaca juga bisa belajar tentang seperti apa semestinya seorang jurnalis harus memiliki ketangguhan dalam menembus narasumber penting untuk lengkapi tulisannya. Namun, penulis kurang melengkapi proses yang Ia lalui untuk dapat bisa mewawancarai narasumber penting yang Ia sampaikan dalam kedua buku itu. Sebab, jika itu dituliskan, maka akan lebih menarik untuk dibaca. Harapannya, tentang hal tersebut, penulis dapat menuliskannya dalam karya lainnya. Selamat membaca…

Shares: