POPULARITAS.COM – Seks in the car atau berhubungan intim didalam mobil. Istilah ini populer dan kategori Quickie Sex, yakni dorongan seksual muncul tiba-tiba dan waktu sempit. Akhirnya, bercinta dalam mobil pun jadi pilihan.
Nah, modus ini, kemudian telah jadi tren baru prostitusi di Banda Aceh. Maraknya razia yang dilakukan oleh Satpol PP dan WH di ibukota provinsi berjuluk serambi mekkah itu, seks in the car jadi pilihan untuk tetap bisa berpratek jajakan syahwat.
Riko (bukan nama sebenarnya), lelaki berusia 34 tahun dan lahir di Banda Aceh itu telah lama berpisah dari istrinya. Statusnya duda. Kepada popularitas.com, pria itu menceritakan pengalamannya mengumbar syahwat dengan gaya seks in the car. “Awalnya saya penasaran dari cerita-cerita kawan,” katanya mengawali pembicaraan.
Nah, dari rasa penasaran itu, dirinya kemudian menginstal aplikasi yang biasa digunakan untuk mencari jasa perempuan pemenuh kebutuhan biologis dan menawarkan jasa esek-esek. “Nah, malam itu, karna gelisah dan sedang ingin saya instal aplikasi itu,” ucap Riko sembari menyeruput kopi di salah satu warung kopi di sudut Kota Banda Aceh.
Beberapa saat menjelajah lewat aplikasi perpesanan itu, Riko mendapatkan balasan dari satu nama yang secara acak Ia hubungi. Satu aku bernama Putri, diduga nama palsu membalas pesan yang dikirimkannya.
“ST 500rb, LT 1,2jt, Semi 300rb COD dlm mbl adk”, begitu tulisnya dalam pesan tersebut. Rasa penasaran kian memuncak membuat Riko mulai nekat bernegosiasi.
Meski negosiasi sempat alot, akhirnya harga yang disepakati Rp 300 ribu untuk sekali kencan singkat dengan istilah ST alias short time yang berarti waktu singkat.
Kedua belah pihak pun selanjutnya sepakat untuk bertemu di salah satu kawasan di kota Banda Aceh, yang letaknya masih dalam Kecamatan Baiturrahman. Mendapatkan pesan titik persamuan, Riko langsung tancap gas di lokasi yang disepakati.
Nah, sesaat Ia tiba, tak berselang lama muncul mobil warna hitam jenis Innova. “Bang Riko, sapa salah satu penumpang berparas cantik dari dalam mobil yang kacanya dibuka setengah.
Saat itu, sambungnya lagi, dirinya masih bingung. Tapi karna sudah terlanjur, Ia sontak mengikuti arahan perempuan yang tadi menyapanya untuk masuk mobil.
“Saat didalam mobil hati saya masih bingung, apa iya? Masa iya dalam mobil? Tapi karena penasaran ya udah dicoba lah. Ternyata betul, ditawarkan dalam mobil, sopir perempuan juga,” ungkapnya.
“Saya masuk, abis salaman kami jalan. Di situ ada penyekat, semacam tirai atau selimut gitu lah, terpisah antara sopir dan penumpang belakang,” tambahnya.
Sembari mobil berjalan dikendarai seseorang, keduanya memadu kasih. Saat praktik haram itu selesai, Riko kembali diantarkan ke tempat awal dirinya dijemput.
“Makasih bang, semoga jadi langganan,” ucap Riko menirukan lontaran perkataan perempuan yang mengaku bernama Putri tersebut kepada dirinya.
“Sesuai kesepakatan harganya tiga ratus ribu, kita dikasih pengaman (kondom), kayaknya memang di stok atau disiapin, abis itu langsung diantar balik ke tempat tadi,” kata dia.
Meski masih merasa tak percaya, namun Riko mengaku cukup menikmati hal itu. Bagi lelaki berusia 34 tahun itu jasa yang ditawarkan menjadi sensasi baru tersendiri.
“Agak terkejut memang, tapi faktanya begitu. Dari aplikasi itu juga banyak terdapat tawaran serupa. Sensasinya ngeri-ngeri sedap juga,” jelasnya.
Seorang warga Banda Aceh lainnya yang berinisial SP juga mengaku memang pernah mendengar adanya praktik prostitusi seperti yang dimaksud.
Namun, ia masih belum mengetahui persis apakah hal itu benar atau tidak. Menurutnya, jika benar, tentu saja hal tersebut dapat mencoreng nama baik Aceh, khususnya Banda Aceh.
“Jika memang benar itu sangat kacau, bisa mencoreng nama kota Banda Aceh sendiri, apalagi kita disebut sebagai daerah Serambi Mekkah. Kita berharap hal ini dapat ditangani oleh pihak terkait,” jelasnya.
Pengakuan bekas pelaku seks in the car
Popularitas.com mulai menelusuri kebenaran hal itu selama dua pekan. Benar saja, praktik itu ada sejak beberapa waktu lalu, khususnya sejak razia penyakit masyarakat marak dilakukan.
Hal tersebut diakui langsung oleh salah seorang perempuan yang diketahui dulunya sempat berkecimpung ke dunia gelap tersebut karena faktor ekonomi.
M (inisal nama samaran) yang berasal dari Pidie ini mengaku kini sudah bertaubat. Kesadarannya muncul saat secara tak sengaja ikut dalam sebuah pengajian beberapa waktu lalu.
“Menyesal bang, hancur dan rusak jadinya. Tapi itu (praktik prostitusi) memang ada sejak beberapa waktu lalu,” kata perempuan yang pernah menikah inI, namun gagal seumur jagung.
Sepengetahuan M sendiri, praktik prostitusi mobile yang dimaksud ada sejak maraknya razia yang dilakukan otoritas terkait, khususnya di wilayah Kutaraja.
“Awalnya kan di hotel tertentu, sejak banyak razia beralih ke mobil. Mobil pun biasanya rental, jadi kenapa harganya lumayan tinggi, karena untuk nutup biaya mobil juga,” ungkapnya.
“Tapi kenapa rata-rata ST, karena di mobil. Jarang ada yang LT (Long Time alias waktu panjang atau lama) kecuali di hotel, biasanya cuma ST atau semi, di mobil” sambung dia.
Praktik ini diduga berawal di beberapa daerah di Aceh hingga tertular ke Banda Aceh. Tentang apa yang diceritakan Riko sebelumnya, dirinya pun mengakui. “Memang gitu dia bang, itu awalnya kan dari beberapa daerah, kemudian nyusul di Banda Aceh. Sopir kadang ada perempuan atau laki-laki,” kata dia.
Untuk pelanggan, biasanya adalah orang-orang random yang membutuhkan jasa tersebut. Pun demikian, si penawar jasa adalah perempuan yang terbilang masih muda. “Rata-rata masih muda, mereka gitu juga alasannya sama karena ekonomi, gaya hidup tinggi dan lain-lain. Kebanyakan dari daerah, sampai di Banda kerja (begitu),” ucapnya.
Bagaimana Tanggapan Pihak Berwenang tentang Adanya Praktik Ini?
Menanggapi hal tersebut, pihak berwenang yang dalam hal ini adalah Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh ternyata juga telah duluan mengendus modus praktik itu beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, petugas kerap kali terkendala untuk mengungkap dan menangkap basah para pelaku, lantaran kehilangan jejak saat dibuntuti secara diam-diam.
Ini diungkapkan oleh Kasatpol PP dan WH Kota Banda Aceh, Muhammad Rizal melalui Kabid Penegakan Syariat Islam (PSI), Roslina A Djalil kepada popularitas.com. “Kami juga menerima info terkait prostitusi online yang kencan mereka menggunakan mobil, tetapi kami kesulitan dlm melacak pelakunya,” ujar Lina.
“Seringkali petugas mencoba mengikuti mereka yang terindikasi demikian, tetapi pelaku keluar dari wilayah Banda Aceh dan menuju ke Aceh Besar,” sambungnya.
Untuk meminimalisir hal itu, pihaknya juga terus memperketat pengawasan di beberapa lokasi yang diduga menjadi tempat mangkal para pelaku atau pihak yang terlibat sebelum beroperasi. “Kami juga meminta dukungan dan kerjasama pihak pelaku usaha di kota Banda Aceh agar tidak memberi pelayanan atau ruang, sekaligus teguran kepada perempuan yang diduga memang mangkal di tempat usaha mereka sampai larut malam,” jelasnya.
Di sisi lain, Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Fahmi Irwan Ramli melalui Kasat Reskrim, Kompol Fadilah Aditya Pratama mengaku bahwa pihaknya akan menelusuri kebenaran informasi praktik prostitusi yang dimaksud.
Ke depan, Polresta Banda Aceh bersama pihak terkait juga akan lebih melakukan pengawasan malam hari dengan berpatroli, sembari berupaya mendalami dan kembangkan informasi tersebut. “Informasi itu perlu kami matangkan, misalnya di mana mobil tersebut sering mangkal atau hal lainnya. Jika memang masyarakat mengetahui secara pasti adanya praktik tersebut, juga bisa diinformasikan ke kami,” sebutnya lagi.

“Jika memang terbukti, pastinya akan kita tindak sesuai dengan hukum yang berlaku, tentunya di sini mengacu pada Qanun Jinayat yang ada di Aceh. Apalagi ini Aceh kan, tidak boleh ada pelanggaran-pelanggaran yang demikian,” kata dia.
Sejauh ini, menurut pria yang pernah menjabat sebagai Kabag Ops Polres Bireuen tersebut, koordinasi antara pihaknya bersama polisi syariah atau Satpol PP dan WH juga terjalin cukup baik. “Jika memang petugas Satpol PP dan WH butuh bantuan kita, kita sangat siap. Sehingga hal ini memudahkan penyelidikan. Apalagi kalau memang praktiknya di mobil harus bisa lebih mudah,” ucap Fadilah.
Beberapa kasus serupa juga pernah diungkap Satreskrim Polresta Banda Aceh dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Ia berkomitmen tak tebang pilih dalam menindak hal yang demikian hingga ke pengadilan. “Kita mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak terlibat dalam praktik yang demikian. Kalau pun memang ada segera laporkan, tidak perlu main hakim sendiri, serahkan semua ke hukum,” ucap dia.