Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

Merawat budaya Didong, memelihara warisan tradisi 

POPULARITAS.COM – Didong merupakan salah satu seni tradisi yang mengakar bagi masyarakat Gayo di Aceh Tengah. Kesenian itu sangat populer ditengah-tengah warga di daerah itu. Bahkan, di wilayah itu, aktivitas seni tersebut kerap digelar oleh pemerintah daerah dan pihak-pihak lainnya sebagai bentuk melestarikan dan merawat tradisi itu.

Sebagai bagian dari tradisi yang mengakar di masyarakat, seni didong miliki makna dan merepresentasikan realitasi dan gambaran masyarakat di daerah itu. Hal tersebut dapat dilihat dari syair yang didendangkan oleh ceh, yang jadi garda terdepan setiap kelop didong.

Tidak ada sejarah yang pasti untuk menjelaskan asal muasal tradisi didong. Namun, beberapa pendapat mengatakan bahwa, umur seni tradisi itu sama tuanya dengan orang gayo itu sendiri.

Salah satu versi yang diyakini masyarakat Gayo di Aceh Tengah, didong berasal dari seni tari dan sastra, dilengkapi dengan beberapa jenis instrumen tradisional, yang dilakukan oleh Sengeda, anak Raja Linge XIII ketika membangunkan Gajah Putih yang merupakan penjelmaan adiknya dari pembaringannya ketika hendak menuju pusat Kerajaan Aceh di Bandar Aceh. Pengikut Sengeda yang mengikuti perjalanan Gajah Putih dari Negeri Linge ke ujung Aceh itu mengalunkan lagu dengan kata “enti dong, enti dong, enti dong” yang artinya jangan berhenti jalan terus. 

Awalnya didong hanya mengandalkan kekuatan tepukan tangan, tanpa alat bantu. Tapi kemudian tepukan bantal yang kini dipakai dalam didong, dimulai oleh Ceh To’et tahun 1964 di Bintang, dalam sebuah didong jalu. Toet, seniman yang cukup popular dan menasional kaya akan lirik didong dan inovatif. Toet-lah yang memulai penggunaan bantal untuk tepukan pada didong.    

Seni didong, awalya digelar di bawah-bawah rumah-rumah panggung warga Gayo. Lantas kemudian berkembang diatas pentas dan terus mengalami berbagai perubahan pada seni pertunjukannya.

Kini, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama islam, namun juga telah meluas pada kegiatan upacara adat, perkawinan, khitanan, panen raya, mendirikan rumah dan bahkan tradisi menyambut tamu.

Sabtu (30/11/2024), Taman Arboretum Taman Seni Budaya Bale Atu, menjadi panggung megah bagi Didong Gayo dalam acara Desember Kopi Gayo. Ratusan pasang mata terpukau, saat tepuk tangan berirama menggema, menyatu dengan syair.

Suasana menjadi lebih magis dengan kehadiran ratusan seniman Didong yang membentuk lingkaran. Dengan ritme tepukan tangan yang teratur, mereka menyampaikan syair-syair yang kaya akan pesan dan nilai kehidupan.

Penjabat Gubernur Aceh Dr H Safrizal ZA M Si, seperti tersihir dengan syair dan hentakan serta tepukan 200 seniman Didong Gayo yang mengisi acara Desember Kopi Gayo, di Taman Arboretum Taman Seni Budaya Baletu, Sabtu (30/11/2024).

Mantan Pj Gubernur Kalimantan Selatan itu bahkan tak beranjak dan terus larut dalam syair dan hentakan para seniman Didong Gayo di tengah lingkaran formasi seniman Didomg meski hujan perlahan turun dan semakin deras. Safrizal baru beranjak saat pertunjukan seni Didong Gayo berakhir dalam derasnya hujan.

“Kegiatan Desember Kopi Gayo merupakan bentuk syukur atas limpahan rahmat Allah di Tanoh Gayo. Ke depan kita akan terus menggelar kegiatan ini dengan tiga semangat, yaitu spiritualitas, seni budaya dan pariwisata. Tiga spirit ini yang terus akan kita gaungkan,” ujar Safrizal usai pertunjukan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Almuniza Kamal menambahkan, tradisi didong gayo bagian tak terpisahkan dari masyarakat di daerah itu. Bahkan, budaya itu jadi pemantik majunya sektor kepariwisitaan di kawasan itu.

Didong gayo dan berbagai destinasi wisata gayo adalah satu kesatuan kepariwisataan yang terus dikembangkan pihaknya. Berbagai promosi dan even kebudayaan juga kerap menampilkan seni didong. Hal tersebut dilakukan agar dunia makin mengenal secara luas tradisi masyarakat tersebut, tandasnya.

Disbudpar sendiri, pungkasnya, telah menggelar even yang menampilkan seni tradisi didong lewat even Pride of Gayo. acara tersebut digelar saban tahun sebagai cara untuk merawat dan melestarikan seni didong yang telah jadi bagian dari kehidupan masyarakat disana, pungkasnya.

Shares: