News

Rasa Ketidakadilan Jadi Pemicu Utama Konflik di Indonesia

BANDA ACEH (popularitas.com) – Di tengah sengkarut persoalan yang dialami Indonesia, seperti terorisme, narkoba, paham radikal, hingga yang terakhir kericuhan atas nama rasisme yang menimpa masyarakat Papua, wawasan kebangsaan dinilai perlu terus digaungkan.

Hal ini disampaikan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Aceh, Wahyu Saputra dalam diskusi publik wawasan kebangsaan, di Banda Aceh, Sabtu 24 Agustus 2019.

Menurutnya, pemicu utama konflik di Indonesia adalah rasa ketidakadilan dan kesejahteraan.

“Konflik yang terjadi di Aceh, Papua, RRMS, dan sebagainya, bukan karena tidak cinta NKRI. Tetapi persoalan ketidakadilan dan kesejahteraan,” sebut Wahyu.

Lebih lanjut ia menyampaikan, nasionalisme Indonesia merupakan cara pandang geografis berbeda dengan keragaman menjadi satu. Baik sosial, politik, ekonomi, dan beragam hal lainnya. Cara pandang ini, telah dirumuskan oleh pendiri bangsa.

Pada diskusi publik wawasan kebangsaan yang diselenggarakan Analisa Demokrasi Institute (ADi) itu, mencuat bahwa persoalan nasionalisme hari ini berhadapan dengan industri 4.0, dimana wawasan kebangsaan dan nasionalisme bisa dipupuk juga bisa dirusak lewat teknologi digital, misal media sosial.

Sebagaimana pemaparan Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Aceh, Saifullah Abdul Gani yang memaparkan bagaimana pengaruh media sosial terhadap tatanan kebangsaan.

“Era digital bukan hantu. Sangat tergantung dengan jempolnya, tapi pengaruhnya masif,” papar pria yang kerap disapa SAG itu.

“Mudah-mudahan, dengan era digital atau industri 4.0 dapat melahirkan nasionalisme baru. Nasionalisme yang positif, bukan nasionalisme untuk merebut/anti negara,” pesannya.

Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa benar 1945 kita merdeka, namun merdeka secara fisik, tapi tidak secara ruh. Salah satu indikatornya, dikatakan SAG, ada sistem yang dibuat dan ditinggalkan oleh kolonial yang membuat kita bergantung kepada mereka. (ASM)

Shares: