EdukasiNews

Resensi buku Dokter Zaini Abdullah Pejuang Rakyat Aceh

Cover buku Dokter Zaini Abdullah Pejuang Rakyat Aceh. FOTO : popularitas.com/Hendro Saky

POPULARITAS.COM – Satu dari ratusan ribu buku koleksi Perpustakaan Wilayah (Puswil) Aceh adalah Dokter Zaini Abdullah Pejuangan Rakyat Aceh. Ditulis oleh wartawan senior Murizal Hamzah, buku tersebut dicetak Pemerintah Aceh bersumber dari APBA-P 2017. Dengan nomor inventaris 8522, buku ini jadi salah satu referensi yang layak di baca untuk mengenal salah satu tokoh penting dalam Perdamaian Aceh.

Penulis buku itu adalah sosok wartawan senior di Aceh, yakni Murizal Hamzah. Lelaki itu juga telah banyak menulis buku lainnya, seperti Biografi Hasan Tiro, dan sejumlah buku-buku lainnya yang diterbitkan oleh Pemerintah Aceh. Yang menarik untuk di ulas dari buku terbitan Pale Media Prima ini, soal kisah perjalanan Zaini Abdullah sejak pergolakan konflik di Aceh, hingga tokoh itu pernah menjadi Gubernur Aceh periode 2012-2017.

Sampul depan buku itu, dihiasi sosok Dokter Zaini Abdullah, dan bagian atas juga terdapat foto Zaini Abdullah dan Hasan Wirajudha, saat pertemuan di Jenewa Swiss pada tahun 2022. Sementara, sampul belakang, terdapat dua foto, yakni foto Zaini Abdullah dan Dr Tengku Hasan Tiro dengan latar belakang bendera bulan bintang.

Buku terbitan Pale Media Prima itu, dicetak dengan menggunakan kertas buram, dengan jumlah halaman viii + 122 halaman, dan terdiri dari empat bagian. Cetakan pertama April 2016, dan sudah terdaftar dalam Katalog Dalam Terbitan (KDT) dengan nomor ISBN 978-602-1612-41-5.

Bagian pertama buku ini, menceritakan tentang kisah tentang masa kecil Zaini Abdullah, serta relasi hubungan antara orang tua Zaini Abdullah yang bernama Abu Teureubue dengan Tgk Daud Beureueh.

Secara ringkas bagian kesatu buku ini, mengungkap kisah masa kecil Zaini Abdullah, sejak SD hingga SMP di Pidie, kemudian melanjutkan SMA di Banda Aceh, dan menempuh pendidikan dokter di Universitas Sumatara Utara (USU) di Medan, hingga penugasan pertamanya sebagai kepala Puskemas di Aceh Tamiang.

Pertemuan dirinya dengan deklarator, menjadi titik balik Dokter Zaini Abdullah untuk bergabung dengan gerakan yang dipimpin Dr Hasan M Tiro kala itu. Saat dilantik sebagai Menteri Kesehatan GAM, saat usianya masih 37 tahun.

Pada bagian ke-2, buku tersebut mengisahkan tentang aktivitas sehari-hari Zaini Abdullah saat menjalani masa kehidupan sebagai penerima suaka politik di Swedia, dan masa-masa dirinya saat menjadi bagian delegasi GAM saat berdialog dengan RI di Jepang pada 2000, dan juga MoU Helsinki di Finlandia pada 2005.

Bagian ketiga buku ini, menceritakan tentang kepulangan Dokter Zaini Abdullah ke Aceh pada 2006, setelah 25 tahun menetap di Eropa sebagai pencari suaka politik. Pada bagian ini juga di ulas tentang kisahnya menapaki jalan politik sebagai Gubernur Aceh periode 2012-2017 yang saat itu berpasangan dengan Muzakir Manaf.

Bagian akhir buku ini, lebih banyak menjelaskan tentang legacy atau warisan peninggalan Dokter Zaini Abdullah saat memimpin Aceh sebagai Gubernur periide 2012-2017, seperti Renovasi Masjid Raya yang saat ini jadi lebih luas, dan menjadi ikon kepariwisataan Aceh. Kemudian pembangunan 14 ruas jalan, dan proses konversi Bank Aceh menjadi Syriah.

Membaca empat bagian buku Dokter Zaini Abdullah Pejuangan Rakyat Aceh, membawa pembaca kepada kisah-kisah masa lalu yang heroik tentang tokoh-tokoh Aceh. Buku ini juga secara detil menceritakan tentang kilas balik beberapa episode perdamaian Aceh yang pernah di rancang, hingga akhirnya terwujudnya Perdamaian MoU Helsinki 2005.

Buku ini juga menjadi pelajaran penting bagi siapa saja untuk mengetahui tentang sejarah perlawanan yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh Aceh saat berkecamuknya perang antara RI dan GAM, serta mempelajari kisah bagaimana perdamian Aceh yang hingga saat ini dirasakan seluruh rakyat dapat terwujud.

Membaca buku ini, akan mendapatkan cerita dan fakta-fakta menarik yang layakan dijadikan referensi bagi siapa saja, baik mahasiswa, maupun pihak-pihak yang ingin belajar tentang bagaimana membangun sebuah perdamaian. Selamat membaca.

Shares: