POPULARITAS.COM – Suhu 33 derajat celcius tampak nyata di layar ponsel milikku. Ah betapa panas hari itu. Meski kulit terbakar, kami sempat berfoto ria didepan istana negara yang masih dipagari dengan seng di Ibu Kota Nusantara (IKN), Rabu 18 Desember 2024.
Kedatangan kami ke IKN di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), bagian dari kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) JMSI ke-3 yang dihelat di Samarinda, 16-19 Desember 2024.
Beranjak dari tempat kami menginap di salah satu hotel di Samarinda, penulis dan empat sahabat lainnya (Akhiruddin, Ari Rahman, Gito Rolies, Eddi), menyusuri jalanan di kota itu.
Sempat menyaksikan puluhan tongkang pengangkut batu bara, saat lewati Jembatan Mahakam sepanjang 400 meter. Ah betapa kaya negeri ini, batinku saat menghitung tonase emas hitam yang berjejer memenuhi aliran sungai itu.
Ya, Kaltim memang negeri kaya sumber daya alam, terutama batu bara. Provinsi ini meraup dana bagi hasil (DBH) dari sektor pertambangan rerata capai Rp9 triliun setiap tahunnya. Wajar saja, anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) daerah ini capai Rp22 triliun per tahun.
Angka-angka tentang uang dari batu-bara yang diangkut lewati Sungai Mahakam seketika lenyap, saat mobil Wuling yang kami tumpangi terlompat sedikit ke atas akibat jalanan bergelombang kala lewati Tol Balikpapan-Samarinda. “Warga sini menyebutnya Tol Balsem,” kata Pak Budi saat aku bertanya nama jalan tol yang baru saja kami lewati.
Pak Budi, begitu nama pria yang mengantar kami ke IKN. Lelaki ini mengaku miliki garis keturunan Dayak Kenyah. Ia mudah tertawa. Kemahirannya membawa mobil buatan China itu, mengantarkan kami melewati gerbang Tol Samboja. “Ini tol terakhir kita lewati, selanjutnya rutenya jalan nasional ke IKN,” kata Pak Budi menjelaskan tanpa kami tanya usai lebih dari 1,5 jam menyusuri jalan tol itu.
Jalanan kami lewati terhampar pepohonan sawit, sekali melewati perkampungan. Debu berterbangan memenuhi jalan aspal. Terlihat beberapa mobil pengangkut material, truk yang membawa alat berat, serta truk molen beton wara-wiri didepan dan dibelakang mobil yang kami tumpangi.
Lebih satu jam kami lewati jalan nasional yang ditandai dengan garis kuning ditengahnya. Masih terlihat bekas-bekas tanah galian yang berceceran disepanjang jalan dilalui.
Dari kejauhan tampak gedung-gedung menjulang. Beberapa pekerja berseragam bertuliskan BUMN hilir mudik saat kami memasuki rest area atau tempat peristirahatan. “Daftar dulu disini Pak, untuk bisa masuk ke kawasan IKN,” celutuk Pak Budi saat kami bertanya kenapa kesitu.
Sofa, seorang petugas perempuan menyapa kami dengan ramah. Wanita yang mengaku bekerja di Otorita IKN itu menyampaikan beberapa hal saat kami mendaftar untuk masuk kawasan proyek yang digagas Presiden Joko Widodo tersebut. “Mesti donlot aplikasi IKNow terlebih dahulu di Playstore,” terangnya.
Setelah melakukan serangkain proses pendaftaran, akhirnya keluar kode batang atau barcode lewat notifikasi yang tadi diunduh. “Sekarang udah bisa langsung ke bus itu pak,” katanya seraya menunjuk jejeran bus yang berbaris di halaman parkir tempat kami mendaftar.
Nama tempat ini Desa Harapan, jelas Sofa tanpa kami tanya. Ia juga menerangkan, pada waktu-waktu tertentu banyak orang ramai berkunjung ke IKN. Bahkan, pada puncak liburan, wisatawan yang datang bisa mencapai 7 ribu orang, jelasnya. “Rata-rata sehari seribuan orang. Tapi untuk masuk kesana wajib pakai bus listrik yang disediakan,” tambahnya kemudian.
Di Rest Area tempat kami mendaftar, tersedia beberapa unit bus listrik berwarna biru. Pada sisi sebelah kanan juga tampak stasiun pengisian kenderaan listrik umum (SPKLU).
Ita, salah satu penumpang yang ditemui di bus listrik yang mengantar ke IKN mengaku kedatangannya ke tempat itu merupakan kali pertama. “Kebetulan ada kunjungan ke Balikpapan. Jadi kami dan kawan-kawan ke sini,” kata perempuan yang mengaku bekerja sebagai Dosen disalah satu perguruan tinggi di Malang tersebut.
Kembali ke suasana saat foto-foto di IKN. Suasana Istana presiden tampak dijaga oleh petugas keamanan. Tidak semua orang bisa masuk ke dalam kecuali pihak-pihak yang memiliki tanda khusus. Kesempatan hanya bisa berswafoto didepannya bangunan yang masuk ditutupi seng tersebut.
Jalan-jalan di di kawasan ini dibangun dengan lebar, mungkin 18 hingga 20 meter. Aspalnya masih terlihat baru, bahkan keluarkan aroma menyengat tertimpa sinar matahari.
Banyak bangunan tinggi ditempat itu. Pada plang papan nama didepan bangunan, tertulis, Kemenko 1, Kemenko 2 dan seterusnya. Beberapa pria berseragam tampak bekerja. Memasang kaca, mengangkut material dan bahkan mengangkat semen. “Baru enam bulan bekerja disini Pak,” kata Edi salah seorang pekerja yang ditemui di lokasi.
Edi sendiri tidak mengetahui persis gedung apa yang Ia bangun. “Gak tau pak ini kantor apa, tapi kabarnya Kemenko gitu,” terang pria yang mengaku berasal dari Surabaya tersebut.
Selama bekerja beberapa bulan di kawasan IKN Edy mengaku senang. Apalagi gaji yang ditawarkan juga lumayan. “Enak lah kerja disini,” tambahnya.
Gedung-gedung yang dibangun dikawasan IKN sepertinya salign terhubung. Terdapat brigde atau jembatan yang saling menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Beberapa pohon baru ditanam, sebagian tumbuh subur dan beberap diantaranya kering.
Terdapat kolam-kolam besar yang sepertinya sengaja dibiarkan dan ditata sedemikian rupa. Bahkan, diatasnya dibangun jembatan, sehingga para pengunjung bisa berfoto ria dengan latar belakang Istana Presiden di IKN.
Cuaca benar-benar menyengat, bahkan tapak sepatu terkelupas tak tak kuat menahan panasnya aspal. Beberapa pengunjung berteduh di halte-halte atau tempat peristirahatan yang dibangun ditempat itu.
Pemerintah sendiri, merencanakan memindahkan ibu kota negara di kawasan ini. Sejak dimulai dua tahun lalu, pembangunan IKN terus dipacu. Gedung-gedung, apartemen dan sejumlah fasilitas lainnya telah rampung dikerjakan. Beberapa bangunan masih dalam tahapan pengerjaan tiang-tiang penyanggah.
Selain dibangun gedung-gedung tinggi dan apartemen untuk tempat tinggal, di kawasan IKN juga dibangun taman-taman. Salah satunya, titik Nol IKN. Ditempat ini, semacam ruang terbuka hijau yang mewah dan menawan. Tiang-tiang berbentuk monumen tinggi di pasang berjejer rapi. Motif khas Kalimatan dominan pada tugu-tugu itu.
Terdapat juga Taman Kesuma Bangsa. Letaknya beberapa ratus meter dari depan Istana negara di IKN. Berada pada ketinggian dan jalan mendaki untuk mencapai tempat tersebu. Ciri khas dari taman itu, tampak kepak sayap garuda setinggi 17 meter. Ditempat itu juga dibangun patung proklamator Sukarno-Hatta.
Telan anggaran Rp335 miliar, Taman Kesuma Bangsa diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Agustus 2024. Ditempat ini, lanskapnya sangat indah. Terdapat bangunan yang memuat informasi tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Uniknya, di tempat ini satu tiang bendera setinggi 79 meter tampak menjulang tinggi.
Kelanjutan IKN?
Sejak dimulai pembangunannya 2022, kawasan IKN terus bergeliat. Pemerintah sendiri, menargetkan proses pemindahan IKN secara total dilangsungkan selama 25 tahun. Tahapan-tahapan untuk mencapai hal itu telah dilakukan.
Pada tahap I, pemerintah merencanakan relokasi ASN kementrian, TNI dan Polri serta Badan Intelijen Negara (BIN). Gedung BIN sendiri tampak sedang dikerjakan, terletak pada bagian depan saat memasuki kawasan tersebut.
Presiden RI Prabowo Subianto, menegaskan sikapnya untuk melanjutkan pembangunan IKN. Pada kesempatan beberapa kali, orang nomor satu di Republik ini, kerap melontarkan pernyataannya untuk tetap membangun Ibu Kota Negara seperti yan telah dicetuskan oleh pendahulunya Joko Widodo.
Guna memastikan kelanjutan pembangunan IKN, Presiden RI Prabowo Subianto menunjuk dan melantik bekas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sebagai Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).
Kini, lembaran baru Indonesia untuk benar-benar menjadi emas berada ditangan Presiden RI Prabowo Subianto, lewat program Asta Cita nya. Namun, mewujudkan pembangunan IKN seperti tahapan dan agenda yang sudah dicangkan seperti mustahil dapat terwujud. Sebab, progam makan siang gratis yang digadang-gadang sejak kampanye, akan jadi pilihan prioritas untuk dijalankan.
Mengawal Asta Cita sampai benar-benar menjadi emas
Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), sebagai salah satu organisasi perusahaan pers ditanah air, memastikan akan terus mengawal progran asta cita Presiden RI Prabowo Subianto, sampai benar-benar menjadi emas.
Beberapa kali pernyataan itu disampaikan oleh Teguh Santosa, Ketua Umum JMSI saat pelaksanaan Rakernas di Samarinda. “Target Indonesia emas 2045 dan program Asta Citadel Prabowo Subianto lima tahun kedepan, harus dikawal. Nah, kita ingin memastikan dan mengawal hal itu sampai benar-benar menjadi emas,” kata Teguh.
Waktu di IKN telah tunjukkan pukul 15.00 WITA, butuh tiga jam perjalanan untuk tiba ditempat kami menginap. Pak Budi, pria yang setia menemani kami, tampak menunggu di rest area. “Kita balik ke Samarinda Pak,” kata Ari Rahman, salah satu kawan yang memimpin rombongan.