Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehSyariat Islam

Masjid Teungku Dianjong di Banda Aceh, saksi penyebaran Islam abad ke-17 yang dibangun ulama Yaman, wisata religi yang wajib dikunjungi

Masjid Teungku Dianjong di Banda Aceh, saksi penyebaran Islam abad ke-17 yang dibangun ulama Yaman, wisata religi yang wajib dikunjungi

POPULARITAS.COM Masjid Teungku Dianjong yang berdiri megah di pinggiran Kota Banda Aceh bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Aceh. Masjid yang berlokasi di Gampong Peulanggahan, Kecamatan Kuta Raja ini memiliki sejarah panjang yang tidak terpisahkan dari perkembangan peradaban Islam di Serambi Mekkah.

Dibangun pada abad ke-18 oleh ulama besar Teungku Dianjong yang nama aslinya adalah Habib Abubakar bin Husen Bilfaqih, masjid ini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam di Aceh. 

Teungku Dianjong merupakan ulama besar asal Yaman yang mengembara hingga ke Asia Tenggara dan akhirnya menetap di Aceh. Teungku Dianjong tinggal di Aceh semasa Sultan Alaudin Mahmudsyah (1760-1781) memimpin Kerajaan Aceh Darussalam. 

Teungku Dianjong dikenal gigih dalam menyebarkan ajaran Islam dan membangun komunitas Muslim yang kuat di Aceh. Tidak hanya membina santri dan masyarakat, ia juga memberikan kontribusi besar terhadap penguatan syariat Islam di wilayah Aceh.

Menurut sejarawan Aceh, Husaini Ibrahim, Masjid Teungku Dianjong memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan Islam di Aceh, terutama pada masa kesultanan saat itu. 

“Masjid ini menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Aceh. Banyak ulama dan tokoh Islam yang belajar di sini, menjadikannya sebagai salah satu tempat pendidikan Islam yang berpengaruh pada masanya,” jelasnya ketika diwawancarai di Banda Aceh.

Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga menyimpan nilai historis yang mendalam. Struktur bangunan masjid yang kokoh dengan arsitektur tradisional memberikan nuansa keagungan masa lampau. Masjid ini dibangun dengan gaya khas nusantara, menggunakan kayu sebagai bahan utama. Meski sudah mengalami beberapa kali renovasi, unsur arsitektur tradisionalnya tetap dipertahankan.

Masjid Teungku Dianjong di Banda Aceh, saksi penyebaran Islam abad ke-17 yang dibangun ulama Yaman, wisata religi yang wajib dikunjungi

Masjid Teungku Dianjong juga memiliki keunikan tersendiri, terutama dalam aspek fisiknya. Di dalam masjid, terdapat mihrab dan mimbar yang dipahat dengan ukiran kaligrafi, menambah kesan sakral di dalam ruangan tersebut. Tiang-tiang penyangga masjid terbuat dari kayu ulin yang kokoh, simbol kekuatan iman dan keteguhan ajaran yang diajarkan oleh para ulama terdahulu.

Muhammad Fauzi, salah satu warga Gampong Peulanggahan, menyampaikan bahwa banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang tertarik untuk mengunjungi Masjid Teungku Dianjong karena nilai sejarahnya. “Setiap tahun, banyak pengunjung yang datang, terutama wisatawan yang ingin mempelajari lebih dalam sejarah penyebaran Islam di Aceh. Masjid ini bukan hanya ikon religi, tapi juga bukti kuatnya pengaruh Islam di tanah Aceh,” kata Fauzi saat ditemui di lokasi.

Fauzi juga menambahkan bahwa Masjid Teungku Dianjong memiliki tradisi yang masih terus dijaga oleh masyarakat setempat, salah satunya adalah kegiatan pengajian mingguan yang rutin diadakan. “Kami mengadakan pengajian setiap hari Kamis dan Jumat. Selain itu, banyak juga yang datang untuk menziarahi makam Teungku Dianjong yang terletak di kompleks masjid,” tambahnya.

Bagi wisatawan yang tertarik dengan sejarah Islam dan ingin menyaksikan jejak peradaban Islam di Banda Aceh, Masjid Teungku Dianjong adalah destinasi yang layak dikunjungi. Pengunjung tidak hanya disuguhi keindahan arsitektur masjid, tetapi juga dapat merasakan atmosfer spiritual yang kental di setiap sudut bangunan ini.

Masjid Teungku Dianjong menjadi pengingat betapa besar peran ulama dan tokoh Islam dalam membangun dan mempertahankan warisan budaya dan agama di Aceh. Hingga saat ini, masjid ini tetap menjadi simbol kebesaran Islam dan menjadi tempat suci yang dihormati oleh masyarakat Aceh. 

“Masjid ini akan terus menjadi saksi sejarah perjuangan para ulama dan penyebar Islam di Aceh. Kami berkomitmen untuk menjaga kelestariannya dan melestarikan tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu,” kata Fauzi. (*)

Shares: