Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

Mesjid Tuha Ulee Kareng, jejak peninggalan sejarah masa lampau abad ke-18

POPULARITAS.COM – Mesjid Tuha Ulee Kareng, lokasinya terletak persis di sampong MIN 5 Banda Aceh. Jika berjalan kaki ketempat itu, hanya sejauh 200 meter dari Warung Kopi Solong di Simpang tujuh. Berdasarkan literatur sejarah, rumah ibadah ini dibangun pada abang ke-18.

Keberadaan rumah ibadah tersebut, sebagai bukti jejak peninggalan sejarah masa lampau Aceh yang gemilang dan fondasi kuatnya penyebaran agama islam di provinsi berjuluk serambi mekkah tersebut. Pemerintah Kota Banda Aceh sendiri, telah menetapkan Mesjid Tuha Ulee Kareng sebagai situs cagar budaya.

Bukti jejak sejarah mesjid ini telah berusia ratusan tahun, gaya arsitekturnya berbentuk limas, dengan dua tingkat. Dindingnya telah alami renovasi. Namun, kondisi bagian dalam dipertahankan keasliannya. Hal itu tampak dari tiang-tiang penyanggah dari kayu besar sebanyak 12 buah yang jadi pilar bangunan tersebut.

Menariknya, tiang-tiang mesjid tersebut, berhias kaligrafi alquran. Berdasarkan jenis kayu yang digunakan, bukti bahwa pilar itu berasal dari pohon terbaik pada masa lampau.

Menurut Tgk. Saifuddin, salah satu pengurus masjid, menjelaskan Masjid Tuha Ulee Kareng dibangun pada abad ke-18, dimulai oleh Teuku Meurah Lamgapang dan diteruskan setelah kedatangan ulama Habib Abdurrahman bin Habib Husein Al-Mahdali, atau lebih dikenal sebagai Habib Kuala Bak U, pada 1826. Bersama saudaranya, Habib Abu Bakar Bilfaqih (Teungku Dianjong), Habib Kuala Bak U menjadikan masjid ini sebagai pusat ibadah dan dakwah Islam di Aceh.

Di belakang masjid, terdapat area pemakaman. Di sinilah para ulama dan tokoh penting Aceh dimakamkan, termasuk Habib Kuala Bak U. Para ulama seperti Teuku Meurah Lamgapang dan anak-anaknya hingga Ulee Balang lainnya. Teuku Meurah ialah pejabat Ulee Balang III Mukim Ulee Kareng pada masa itu. Makan tersebut, kini menjadi tujuan ziarah bagi masyarakat sekitar maupun luar daerah.

Meskipun masjid ini tidak lagi digunakan untuk salat berjamaah, aktivitas keagamaan tetap hidup. Pengajian mingguan dan kegiatan belajar diniyah bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 (MIN) Ulee Kareng menjadi bagian dari rutinitas masjid ini.

Bukan hanya menjadi tempat ibadah, kini juga menjadi wisata religi. “Banyak yang datang ke sini untuk beribadah sekaligus berziarah,” ujar Saifuddin.

Sebagai cagar budaya yang dilindungi, masjid ini tetap terjaga keaslian sejarahnya. Warga Ulee Kareng juga secara tegas menentang renovasi besar-besaran, karena mereka ingin mempertahankan nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam bangunan tersebut.

Masjid Tuha Ulee Kareng menjadi saksi hidup perjalanan panjang sejarah Islam di Aceh, dan keberadaannya menjadi simbol betapa kuatnya jejak budaya Islam yang telah mengakar di bumi Serambi Mekkah.

Shares: