Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

Sie Reuboh, kuliner wajib dicicip jika ke Aceh

Sie Reuboh, kuliner wajib dicicip jika ke Aceh

POPULARITAS.COM – Miliki banyak destinasi wisata indah dan mempesona, seperti laut, pantai, gunung, sungai dan lainnya, Aceh juga kaya ragam kuliner tradisional. Jika bepergian ke daerah ini, pastikan kamu mencoba berbagai menu masakan yang ada. 

Nah, salah satu rekomendasi kuliner tradisional yang layak dicoba adalah Sie Reuboh. Masakan ini, bahan utamanya adalah daging sapi dan dipadu dengan berbagai bumbu khas Aceh. Kelebihan makanan ini, awet dan bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Tetap nikmat rasanya meski tanpa pengawet.

Menurut literatur sejarah, Sie Reuboh dahulunya diperuntukan bagi pasukan perang pada zaman kerajaan. Karna itu, makanan ini dibuat dengan alami dan bisa bertahan lama saat. Saat perang melawan Belanda, santapan ini jadi bekal para prajurit saat berperang.

Hal yang membuat makanan ini awet adalah cuka. Daging sebagai bahan baku utama direndam dengan cuka. Karna itulah, sie reuboh bisa bertahan berminggu-minggu dan rasanya tetap segar. Cukup dipanaskan, hidangan sie reuboh kembali segara dan siap disantap.

Nah, di Aceh, salah satu restoran yang menyajikan sie reuboh adalah Ruman Makan Delima. Letaknya di Lambaro Aceh Besar. Sebelum pulang menuju arah Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), singgah di warung ini dan nikmati rasa sie reuboh yang menggoda. Jika kesulitan mendapatkan lokasi, tinggal gunakan google maps dan ketik Rumah Makan Delima.

Sie reuboh kuliner primadona di Aceh Ramadhan Festival

Sie Reuboh sendiri, telah mendapatkan sertifikasi sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) nasional sejak 2024.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal mengatakan, ditetapkannya Kuliner Aceh Sie Reuboh menambah koleksi karya leluhur yang telah tercatat secara resmi oleh negara.

“Alhamdulillah 17 karya budaya Aceh yang diusulkan oleh Provinsi Aceh telah di tetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Tugas kita selanjutnya adalah merawat agar warisan luluhur ini tetap eksis,” kata Almuniza Kamal, Jumat, 30 September 2022.

Adanya penetapan ini, lanjut Almuniza, untuk menguatkan hasrat dan martabat Aceh sekaligus mempromosikan Warisan Budaya Tak Benda kepada masyarakat luas agar warisan leluhur ini tidak hilang dari kepunahan.

Kemudian ia meminta setiap kabupaten/kota agar tidak melihat warisan leluhur ini dari segi kuantitas saja, tetapi juga kualitas. Melalui penetapan tersebut, daerah-daerah pengusung nantinya diharap dapat membuat data base yang berujung pada data pokok kebudayaan.

“Ini jadi penyegar ingatan bagi generasi muda tentang warisan leluhur. Kita berharap kabupaten/kota aktif untuk mencatatkan warisan budaya di wilayahnya sebagai upaya untuk perlindungan terhadap karya budaya lokal dari kepunahan, dan klaimed budaya dari negara lain,” ucapnya.

Shares: