EdukasiNews

Surfer Cilik, Sang Penakluk Ombak di Simeulue

SIMEULUE – Pagi itu, Pantai Matanurung di Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue dipadati pengunjung. Gulungan ombak pun terus bergemuruh.

Seorang surfer cilik melayang-layang di atas ombak tingginya mencapai 4 meter, hingga membuat penonton takjub sembari memberikan semangat kepada sang penakluk ombak yang terbilang usia masih sangat belia.

Dari panggung sebelah kanan arena perlombaan Aceh Internasional Surfing Championship (AISC) 2017, komentator tak henti-hentinya memuji surfer cilik lokal ini. ”Ombak pertama telah dilakukan oleh Hafiz, untuk sementara Hafiz memperoleh poin tertinggi pada babak penyelisihan ini,” teriak salah seorang komentator.

Penonton pun tak mau kalah, terus memberikan motivasi kepada sang idola baru di Simeulue.  Entah terdengar atau tidak oleh surfer cilik yang memiliki nama lengkap Rafiadin dari dukungan dari penonton. Yang jelas semua memberikan apresiasi atas penampilan apiknya, termasuk diantaranya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Simeulue, Abdul Karim terus berteriak memberikan motivasi di pinggir pantai.

Hafiz terus memperlihatkan kemampuannya menaklukkan ombak. Hafiz tampil apik bak surfer profesional dan berkali-kali mempertontonkan akselerasinya di atas ombak di Pulau paling terdepan ujung barat Indonesia.

Meskipun suara penonton kalah kuat dengan gemeruh gulung ombak, ditambah desiran angin pantai melenyapkan suara gemuruh penonton. Namun yang namanya sudah terpikat, tetap saja memberikan dukungan untuk surfer masa depan Simeulue.

Abdul Karim bahkan memuji penampilan  Hafiz. Menurut dia, ini adalah generasi penerus surfer lokal di Simeulue. Ini merupakan aset yang akan terus dilakukan pembinaan agar bisa bersaing hingga ke perlombaan di tempat-tempat lain nantinya.

“Ada banyak peselancar lokal yang sudah memiliki dan kemampuan luar biasa, kami akan terus melakukan pembinaan,” kata Abdul Karim.

Akhir perlombaan pada babak penyelisihan, Hafiz berhasil mengumpulkan poin 7 lebih. Dia berhak masuk ke babak selanjutnya dan harus menantang saudara sepupunya yang sudah dewasa, sekaligus guru bagi Hafiz yang sudah berlatih sejak 3 tahun lalu.

Meskipun kemudian pada babak selanjutnya, Hafiz harus tersingkirkan. Belum berhasil mengalahkan beberapa seniornya, termasuk saudara sepupunya Rambo.

Kini Hafiz kecil ingin menjadi surfer profesional dan bisa berkompetisi di kancah yang lebih besar. Bahkan dia hendak menaklukkan juara pertama Asia tahun 2017 di Pacitan, Jawa Tengah, Rio Waida asal Jepang berdomisili di Bali.

”Saya ingin bertanding dengan Bang Rio, ingin ikut kompetisi di luar Simeulue,” ungkap Hafiz beberapa waktu lalu.

Perjalanan belajar surfing bukan perkara mudah bagi Hafiz. Mulanya dia sempat tidak diizinkan oleh ibunya, karena takut terjadi kecelakaan. Apa lagi Hafiz masih sangat kecil bisa saja terjadi hal yang tak diinginkan.

Tantangan ini bagi Hafiz bukan malah surut semangatnya untuk tetap berlatih. Justru ini menjadi motivasi agar bisa menjadi surfer profesional. Apa lagi, ayahnya justru berlawanan dengan ibunya, malah mendukung sepenuhnya si buah hatinya untuk tetap berlatih surfing.

“Ini memang keinginan saya, orang tua sangat mendukung,” ucap Hafiz.

Surfer cilik ini mengaku belum puas dengan ombak yang ada di Pantai Matanurung sekarang. Ia bahkan ingin mendapatkan tantangan yang lebih besar, ombak yang lebih tinggi agar bisa memacu andrenalin untuk menudukkan ombak melalui papan surfingnya.

Perjalanan Hafiz berlatih sejak 3 tahun lalu bukan perkara mudah. Aral melintang pernah melilit dirinya. Karena untuk berlatih, pastinya harus memiliki papan surfing, sementara ayahnya Jaolam (38) tak memiliki penghasilan yang cukup.

Jaolam yang biasa disapa Onong hanya sebagai Satpam di Ranu Surf Camp di Pantai Matanurung. Penghasilannya yang pas-pasan Rp 2,5 juta per bulan, dia harus menghidupi 4 anaknya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, pribahasa ini cocok disematkan oleh Hafiz, sebelumnya dia selalu pinjam saat berlatih. Kemudian atas kegigihannya berlatih, Hafiz dihadiahkan 4 papan selancar dari turis asing di camp tersebut, dua kecil dan dua besar.

“Pertama pinjam, setelah itu dikasih bule 4 papan,” jelasnya.

Perjalanan surfer cilik yang menjadi aset Pemerintah Kota Simeulue ini pernah berada titik nadir. Kisahnya sekitar 2 tahun lalu, saat sedang latihan Hafiz kecil mengalami kecelakaan sedang latihan.

Ia pun harus mendapat perawatan medis, ada tiga jahitan di dahinya. Tentunya ibu Hafiz, Ely (35) sedari awal tidak setuju dengan hobi si buah hatinya pun sempat murka.

Ely kembali melarang keinginan untuk melanjutkan berlatih anak kedua dari 4 bersaudara. Namun, sang Ayah selalu membela dan meyakinkan istrinya agar Hafiz bisa terus berlatih.

“Mama dia (Hafiz) pertama sangat menentang, apa lagi waktu kecelakaan itu ada 3 jahitan di dahinya,” jelas Onong.

Onong kemudian selalu mendampingi Hafiz saat berlatih. Onong juga mengatur jadwal latihan, belajar di sekolah dan juga mengaji. Hafiz diizinkan jadwal berlatih 3 kali dalam sepekan. Biasanya Hafiz pulang sekolah berlatih antara pukul 16.00 sampai 17.00 WIB.

Meskipun ibunya sudah ikhlas si buah hatinya tetap berlatih surfing. Onong mengaku, istrinya bila ombak lagi besar tidak mau melihat Hafiz berlatih. Biasanya Ely memilih pulang dan tak mau menonton anaknya sedang menaklukkan ombak dengan papan selancar miliknya.

“Ibunya sangat khawatir kalau Hafiz berlatih sedang ombak besar,” jelasnya.

Kepala Disbudpar Simeulue, Abdul Karim mengaku akan terus memberikan pembinaan dan dukungan kepada atlet surfing yang berbakat. Termasuk untuk Hafiz, surfer cilik yang memiliki talenta dalam berlatih surfing.

“Kita akan mendukung, kita juga akan ikutkan surfer-surfer berbakat di Simeulue ke ajang lebih besar lagi,” ungkap Abdul Karim.

Aceh International Surfing Championship 2017 yang digelar mulai tanggal 26 hingga 28 Oktober 2017 di Pantai Matanurung, pemenangnya dari Bali, I Wayan Darma Putra keluar sebagai juara pertama dengan perolehan nilai 17.33.

Untuk posisi juara kedua diduduki oleh peserta peselancar dari Bali juga, Pepen Hendrik dengan perolehan nilai 14.67. Sementara, posisi ketiga diraih dua peselancar yaitu, Rio Waida dari Jepang dan I Nyoman Mega Artana berasal dari Bali dengan perolehan nilai masing-masing 12 dan 11.6.

Hafiz kecil sekarang memiliki cita-cita bisa menjadi surfer profesional hingga ke kancah internasional lainnya. Ia memiliki cita-cinta hendak mengharumkan Simeulue pada ajang-ajang berikutnya. Goof Luck! [acl]

Shares: