POPULARITAS.COM – Jeruk bali atau yang lebih dikenal dengan jeruk pamelo telah membawa keberkahan tersendiri bagi Syahril (29), seorang petani muda dari Desa Kubu, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, Aceh. Dengan kebun yang dikelolanya, Syahril berhasil menghasilkan jeruk pamelo berkualitas tinggi yang tak hanya diminati oleh masyarakat sekitar, tetapi juga menembus pasar nasional, termasuk Medan hingga Jakarta.
Kepada media ini, Syahril mengungkapkan bahwa kebunnya sering didatangi oleh para pembeli atau wisatawan luar yang ingin langsung memetic dan menikmati langsung jeruk segar dari pohon. “Ada yang datang langsung ke kebun untuk makan di kebun dan membelinya, ada juga pengepul yang datang untuk memetik ke kebun, beberapa awa wisatawan dari luar Aceh,” ujarnya.
Buah pamelo dari kebun Syahril telah dikenal karena rasanya yang manis dan kualitasnya yang terjaga. Hal ini membuat jeruk pamelo dari Bireuen ini memiliki permintaan tinggi, terutama saat perayaan Imlek. Syahril menjelaskan bahwa Imlek selalu menjadi momen yang dinantikan oleh para petani jeruk pamelo karena meningkatnya permintaan pasar.
“Biasanya yang paling banyak diminati jeruk pamelo itu saat Imlek. Stok kita gak cukup kalau Imlek, karena mereka (pembeli) akan memborong semua,” katanya dengan senyum lebar.
Dua bulan sebelum perayaan Imlek, banyak pembeli sudah mulai memesan dan bahkan mengunjungi kebunnya untuk memastikan tanggal panen. Meski demikian, Syahril menegaskan bahwa jeruk pamelo bukanlah buah musiman, sehingga ketersediaannya cukup stabil sepanjang tahun. Namun, ada saat-saat di mana jumlah panen berkurang akibat proses perawatan tanaman yang melibatkan pemangkasan dahan, daun, dan batang yang menguning.
“Dalam setahun, ada masa-masa di mana buah agak kurang karena perawatan. Tapi kalau air cukup, tanaman akan terus berbuah. Biasanya penyiraman dilakukan seminggu sekali dan pemupukan tiga sampai enam bulan sekali,” jelasnya.
Namun, perjalanan bertani jeruk pamelo tidak selalu berjalan mulus. Syahril mengungkapkan bahwa hama sering menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.“Hama rata-rata ada, kita siasati dengan membungkus buah-buah yang masih muda dengan plastik atau pembungkus yang dirajut dari daun kelapa,” terangnya.
Selain cara-cara alami, Syahril juga terkadang harus menggunakan pestisida untuk melindungi buahnya dari serangan hama yang bisa merusak kualitas hingga membuat buah busuk. “Hama itu bisa memakan sampai ke dalam isi jeruk pamelo, jadi kita harus waspada,” tambahnya.
Mengenai harga, Syahril menjual jeruk pamelonya dengan harga bervariasi, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per buah, tergantung ukuran. “Kalau orang beli langsung di kebun, harga biasanya sekitar Rp15 ribu per buah, karena tidak ditimbang per kilogram. Beda kalau sudah masa Imlek,” jelasnya.
Saat Imlek, pengepul membeli jeruk pamelo dari kebunnya dengan harga Rp12 ribu hingga Rp16 ribu per kilogram. Permintaan tinggi pada masa Imlek membuat harga jeruk pamelo melonjak, memberikan keuntungan lebih bagi para petani seperti Syahril.
Salah satu pengepul dari Medan, Budi Santoso, mengungkapkan bahwa jeruk pamelo dari Aceh, khususnya Bireuen, sangat diminati di pasar Sumatra Utara. “Rasanya manis dan segar. Kita sudah langganan ambil dari kebun Syah