Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

Ziarah makam Habib Bugak, wisata religi di Bireuen

POPULARITAS.COM – Bagi warga Aceh, nama Habib Bugak sudah tak asing lagi. Terutama masyarakat yang melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Nah, saat tiba di mekkah, warga Aceh yang beribadah haji, akan mendapatkan sejumlah uang dari Baitul Asyi, yakni lembaga pengelola wakaf di Kerajaan Arab Saudi.

Menurut sejarah, Habib Bugak yang bernama lengkap Habib Abdurrahman bin Alwi Alhabsyi, dulunya merantau dan menetap di Arab Saudi. Ulama asal itu itu miliki aset berupa tanah di seputaran Kabbah. Dalam perjalanannya, tanah tersebut di wakafkan kepada kerajaan dan dikelola oleh lembaga wakaf disana. Tempat itu kemudian dibangun hotel megah, hasilnya, setiap tahun warga Aceh yang berhaji mendapatkan pembagian uang yang berasal dari wakaf Habib Bugak tersebut.

Nah, makam Habib Bugak sendiri, terletak di Desa Pante Peusangan, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, makam ini tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga menyimpan kisah inspiratif tentang kedermawanan dan ketulusan yang merentang hingga ke Tanah Suci Mekkah.

Perjalanan menuju makam Habib Bugak cukup mudah diakses. Dari jalan utama Banda Aceh-Medan, Anda bisa memulai perjalanan melalui Simpang Empat Matang Geulumpang Dua. Dari titik ini, hanya sekitar 9 kilometer perjalanan yang harus ditempuh. Jalan menuju Desa Pante Peusangan pun beraspal mulus, memastikan kenyamanan selama perjalanan.

Setiba di lokasi, Anda dapat mendoakan Habib Bugak. Dia adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Aceh dan dunia Islam. Habib Bugak dikenal sebagai pewakaf di Arab Saudi dan hasil dari wakaf tersebut dikelola Baitul Asyi.

Wakaf ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat Aceh yang menunaikan haji, di mana setiap tahunnya, jamaah haji asal Aceh menerima pembagian uang wakaf dari hasil pengelolaan aset Baitul Asyi di Arab Saudi. Pembagian rutin ini adalah wujud pelaksanaan dari wasiat Habib Bugak yang dilakukan sejak tahun 1809 M, saat beliau mewakafkan sebidang tanah di dekat Masjidil Haram.

Menelusuri Jejak Sejarah

Sosok Habib Bugak sempat menjadi misteri, namun seiring dengan penelitian yang dilakukan sejak tahun 2007, sejarah hidupnya mulai terungkap. Tokoh yang memiliki garis keturunan langsung dari Rasulullah SAW ini pertama kali menjejakkan kakinya di Aceh sekitar tahun 1760 M, pada masa pemerintahan Sultan Ala’addin Mahmud Syah. Selama di Aceh, beliau dipercaya menjadi Teungku Chiek, Qadhi-Khatib, dan wakil Sultan untuk wilayah utara Kerajaan Aceh.

Setelah beberapa dekade berdakwah di Aceh, Habib Bugak kembali ke tanah kelahirannya, Mekkah, sekitar tahun 1880 M. Di sana, beliau membuat wakaf besar dengan memberikan sebidang tanah di sekitar Masjidil Haram untuk masyarakat Aceh yang berhaji. Wakaf ini, yang kemudian dikenal sebagai Baitul Asyi, menunjukkan betapa besar kepedulian Habib Bugak terhadap kaumnya, bahkan jauh setelah ia meninggalkan dunia.

Dalam ikrar wakafnya, Habib Bugak tidak menggunakan nama aslinya. Ia memilih nama “Bugak,” yang merujuk pada daerah asalnya di Aceh, sebagai simbol kesederhanaan dan keikhlasan. Beliau tidak mencari pujian dari manusia, tetapi hanya mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini mencerminkan karakter seorang hamba Allah yang zuhud, meninggalkan duniawi demi berbuat kebaikan untuk umat.

Bagi yang ingin melakukan perjalanan religi, makam Habib Bugak di Dusun Pante Sidom, Kecamatan Peusangan, menjadi tempat yang layak dikunjungi. Ziarah ke sini bukan hanya sekadar mengunjungi makam seorang tokoh besar, tetapi juga menjadi momen refleksi atas arti kedermawanan dan ketulusan. Kisah Habib Bugak mengajarkan bahwa amal baik yang ikhlas akan terus memberikan manfaat, bahkan berabad-abad setelah pelakunya tiada.

Shares: