News

Diduga tercemar limbah PIM, ikan di pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara mati

Nelayan menduga kawasan Pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara, tercemar cairan limbah amonia dari PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
Kondisi laut di kawasan Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, terlihat ikan mati pada Selasa (9/2/2022). (Rizkita/Rizkita)

POPULARITAS.COM – Nelayan menduga kawasan Pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara, tercemar cairan limbah amonia dari PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).

Akibatnya, ikan- ikan di area pelabuhan itu mati, sehingga nelayan tidak dapat mengonsumsi ikan hasil tangkapan dikhawatirkan mengandung amonia.

Amatan popularitas di lokasi Rabu (9/2/2022) pagi sekitar pukul 11.30 WIB, di tepi pelabuhan terlihat perubahan air laut menyerupai bubuk putih mengendap di dasar air. Tidak hanya itu puluhan ikan mati dalam keadaan mengapung.

Berdasarkan informasi dari nelayan setempat dugaan limbah amoniak itu mulai tercemar ke laut pada Senin malam, dalam hitungan jam terlihat ikan di area itu mati.

“Beginilah kondisinya, ikan-ikan mati, air juga seperti tepung masuk ke air, ini di dalam air ini semuanya limbah amonia ini, aromanya saja menyengat sekali, kalau kita berjam-jam di sini pusing kepala kita karena bau limbah ini,” kata Fadli warga lingkungan PIM, Desa Tambon, Kecamatan Dewantara.

Kata Fadli, kondisi serupa kerap terjadi setiap tahunnya bahkan dua sampai tiga bulan dalam setahun limbah itu terus mengalir ke Pelabuhan Krueng Geukuh, dan menyebar terbawa arus pasang.

“Sudah kita lapor, sama seperti sebelum-sebelumnya, gak ada respon yang serius dari PIM, kalau ada respon serius mungkin tidak ada lagi limbah- limbah ini masuk ke dasar laut,” sebutnya.

Selain itu, nelayan mengaku kecewa terhadap pihak yang sudah menangani kasus limbah PIM, karena hingga saat ini perkara limbah belum tertangani serius. Padahal berbagai petugas lingkungan hidup datang melakukan pemeriksaan tapi belum juga tertangani dengan selesai.

“Selalu ada petugas petugas berpakaian rapi, dinas, tapi masih juga terjadi lagi, berarti kan tidak bisa ditangani, kami sudah lelah sebenarnya, kadang nelayan disalahkan kan ini aneh, bahkan kepala desa kami sendiri tidak bisa menyelesaikan soal limbah ini,” ujarnya.

Hal senada juga diucap oleh M Isa (35) warga Tambon Baroh, Kecamatan Dewantara. Kata dia, apabila sudah tercemar limbah maka nelayan terpaksa tidak bisa menangkap ikan.

“Nelayan harus cari ikan jauh-jauh, kalau tidak anak istri keracunan gara-gara makan ikan yang tercemar limbah ini. Kalau sudah tercemar seperti ini, ikan baru ada lagi enam bulan ke depan, ini sangat merugikan masyarakat,” pungkasnya.

Sementara itu, Assisten Vice President Humas PT PIM,  Dedi Ikhsan saat dikonfirmasi mengatakan dirinya belum mengetahui penyebaran limbah tersebut ke laut, dia menjawab saat ini belum bisa memberi klarifikasi karena sedang dinas.

“Saya lagi di lapangan ini, nanti aja ya, nanti saya kabarkan lagi,” katanya.

Shares: