NewsOlahraga

Hendro Kartiko, Sang Man of the Match Piala Asia

Hendro Kartiko, Sang Man of the Match Piala Asia
Hendro Kartiko menjadi pelatih kiper PSM Makassar. (Bola.com/Abdi Satria)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Siapa yang tak kenal dengan Hendro Kartiko, bagi fans sepakbola Indonesia. Sang kiper legendaris ini, karirnya terbilang mulus di pentas sepakbola profesional Tanah Air.

Hanya semusim setelah resmi menjadi pemain profesional dengan berkostum Mitra Surabaya pada 1995, ia sudah menjadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala Asia 1996 yang digelar di Uni Emirat Arab. Dia bahkan mampu mempersembahkan dua trofi juara Liga Indonesia untuk klubnya.

Dalam ajang tertinggi kawasan Asia itu, Hendro Kartiko langsung menjalani debutnya di level internasional. Ia tampil sebagai penganti Kurnia Sandy pada menit ke-66, saat partai Indonesia versus Kuwait di laga perdana Grup A, 4 Desember 1996.

“Rasanya seperti mimpi saat itu. Bayangkan, ini kali pertama saya tampil di level intenasional, ajang Piala Asia lagi. Tapi, saya berusaha tenang dan fokus. Alhamdulillah saya bisa melewatinya dengan baik,” ungkap Hendro di channel youtube Garuda Nusantara seperti dikutip dari bola.com.

Dalam dua edisi Piala Asia berikutnya, yakni 2000 dan 2004, Hendro secara reguler menjadi kiper nomor satu. Pada dua edisi ini, Hendro selalu menjadi man of the match pada setiap laga perdana Timnas Indonesia.

Pada edisi 2000 yang berlangsung di Lebanon, Hendro lebih matang setelah membawa PSM meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000 dan 8 besar Liga Champions Asia. Dalam laga perdana melawan Kuwait, 13 Oktober 2000, Hendro tampil baik dengan sejumlah penyelamatan gemilang. Duel berakhir imbang tanpa gol. Setelah pertandingan, panitia pelaksana memilihnya sebagai man of match.

Kejadian ini terulang pada 2004 di China. Begitupun pada laga perdana yang berlangsung di Workers Stadium Beijing, 18 Juli 2004. Indonesia menghadapi Qatar yang baru saja meraih trofi juara Piala Teluk.

Timnas Indonesia yang tak diunggulkan menekuk Qatar 2-1 sekaligus menjadi kemenangan pertama skuat merah putih di Piala Asia. Seperti empat tahun sebelumnya, Hendro kembali meraih penghargaan sebagai man of the match.

Bicara level klub, selain membawa PSM juara pada musim 1999-2000 serta menembus 8 Besar Liga Champions Asia 2001. Hendro juga meraih trofi juara Liga Indonesia ketika memperkuat Persebaya Surabaya pada 2004. Hendro melengkapi gelarnya dengan trofi Piala Indonesia 2010 bersama Sriwaya FC.

Pencapaian Hendro Kartiko ini sejatinya sudah diprediksi oleh Ruddy Keltjes, pelatih senior yang mengajaknya bergabung di Mitra Surabaya.

“Saat pertama kali melihatnya, saya sudah yakin Hendro bakal jadi pemain besar. Ia adalah kiper kampung berlevel internasional,” tegas Ruddy kepada Bola.com dalam berbagai kesempatan.

Julukan Fabien Barthez

Ketika menjadi Man of the Match pada laga perdana Piala Asia 2000, jurnalis media peliput ajang itu ramai-ramai menulis Hendro Kartiko sebagai Fabien Barthez dari Indonesia.

Seperti diketahui Barthez adalah kiper tim nasional Prancis yang membawa negaranya menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Kebetulan keduanya memiliki persamaan, Hendro dan Barthez sama-sama berkepala plontos.

Terkait hal ini, Hendro memilih merendah. Menurutnya, itu hanya kebetulan saja. Ia pun tidak berniat berkepala plontos karena terinspirasi dengan Barthez.

“Saya berkepala plontos karena mewujudkan nazar. Ketika itu, saya bernazar akan berkepala plontos bila membawa PSM juara Liga Indonesia 1999-2000,” ungkap Hendro yang kini bersatus sebagai pelatih kiper PSM di Liga 1 2020 ini.

Hendro pun mengungkapkan sebagai kiper, ia mengidolakan Peter Schmeichel (Denmark) dan Harald Schumacher (Jerman). “Saya mengidolakan mereka karena memiliki karakter yang kuat. Keduanya pun kerap jadi pemimpin dan motivator buat rekan-rekannya di lapangan,” pungkas Hendro.

Striker yang Ditakuti, Bek Terbaik, dan Tips untuk Kiper Muda

Hendro Kartiko kini berstatus sebagai pelatih kiper PSM Makassar pada Liga 2020. Bersama klub kebanggaan Kota Daeng itu, Hendro menangani empat kiper, yakni Miswar Saputra, Syaiful Syamsuddin, Hilmansyah dan Reza Arya Pratama.

Pelatih kepala Juku Eja, Bojan Hodak memberi kewenangan penuh kepada Hendro Kartiko untuk menentukan siapa yang tampil di setiap laga PSM.

“Saya percaya dengan Hendro. Sebagai mantan kiper tim nasional Indonesia, dia pasti sudah memiliki standar tertentu dalam menentukan kiper mana yang ditampilkan,” ujar Bojan kepada awak media Makassar pada berbagai kesempatan.

Pernyataan Bojan ini menjawab pertanyaan media terkait keputusan Hendro yang selalu menurunkan kipernya secara bergantian. Hal ini berbeda dengan musim sebelumnya, di mana sosok Rivki Mokodompit yang sangat dominan sebagai kiper nomor satu di PSM.

Dalam berbagai kesempatan, Hendro menegaskan dirinya berlaku adil dalam menentukan pilihan.

“Itu yang saya tekankan kepada para kiper. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk tampil. Selain berlatih keras, saya minta kepada mereka untuk berusaha meningkatkan kemampuan,” ungkap Hendro.

Dalam channel youtube Garuda Nusantara, Hendro menceritakan pengalaman dan sikapnya ketika masih berstatus sebagai kiper aktif.

“Saya tidak pernah merasa sebagai kiper utama dalam tim. Kalau pun saya main duluan itu semata pilihan pelatih. Sehabis pertandingan, saya selalu mengoreksi diri,” tutur Hendro.

Sebagai pelatih, Hendro berprinsip tidak akan langsung menyalahkan kipernya bila membuat kesalahan.

“Ini risikonya sebagai kiper. Kalau tim kalah, biasanya yang duluan disalahkan kiper. Tapi, kalau menang, yang dipuji duluan adalah pencetak gol,” papar Hendro.

Hendro ingin mental dan motivasi kipernya tetap terjaga. Itulah mengapa bila terjadi kesalahan, ia akan mengajak kipernya berdiskusi.

“Saat pertandingan, saya akan melakukan koreksi saat jeda. Saat menyampaikannya, saya berusaha dengan bahasa yang halus. Kalau salah penanganan, bisa membuat mentalnya makin drop,” tegas Hendro.

Hendro merujuk pengalamannya sebagai kiper, di mana ia juga pernah membuat blunder fatal. “Saya lupa siapa lawannya dan kapan. Yang saya ingat, saat itu, saya membela tim nasional. Ketika mendapat backpass, saya salah menendang dan bolanya naik serta mengarah ke gawang sendiri,” kenangnya.

Ia pun memberi tips kepada kiper muda agar tetap fokus dalam berkarier di sepak bola profesional, termasuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

“Sorotan positif dan negatif bisa memengaruhi mental pemain kalau tak bijak menyikapinya. Saya menyarankan lebih baik kalau media sosial seperti youtube dipakai untuk melihat video latihan dan aksi pemain bintang,” terang Hendro.

Hendro menambahkan dalam era sepak bola modern, seorang kiper tidak hanya dituntut piawai dalam menghalau atau menepis bola yang mengarah ke gawangnya. Tapi, juga sebagai bagian tim atau pembangun serangan.

“Pada era sekarang, tangan dan kaki kiper mempunyai fungsi yang sama,” ujar Hendro Kartiko.

Memuji Jacksen Tiago

Pada kesempatan itu, Hendro Kartiko juga mengungkap striker yang paling ditakutinya ketika masih aktif sebagai kiper. Striker itu adalah Jacksen Tiago.

Hendro menjelaskan alasannya memilih Jacksen. Menurutnya, Jacksen memiliki dua kaki yang kuat.

“Dia memang lebih sering menggunakan kaki kanannya dalam mencetak gol. Tapi, dalam momen tertentu, ia juga bisa menjebol gawang lawan dengan kaki kirinya,” beber Hendro.

Kelebihan lain Jacksen adalah duel bola atas dan nyalinya yang kuat.

“Jacksen tak pernah takut dalam berduel termasuk dengan kiper. Pernah satu momen, saya sudah teriak kiper, ia tetap merangsek,” kisahnya.

Sebagai kiper, Hendro juga punya bek pilihan yang membuatnya lebih tenang dalam mengawal gawwangnya. Ada dua pemain yang disebutnya, yakni Sudirman dan Bejo Sugiantoro.

Sudirman dinilainya memiliki karakter dan jiwa kemimpinan yang tinggi. Sementara Sugiantoro piawai dalam membaca arah bola. “Keduanya juga sangat komunikatif sehingga memudahkan kerjasama,”pungkas Hendro.[acl/bola.com]

Shares: