HeadlineIn-Depth

IDI Aceh: Saatnya Lockdown Lawan COVID-19

IDI Aceh: Saatnya Lockdown Lawan COVID-19
Satpol PP Banda Aceh bersama TNI/Polri mengimbau warung kopi tutup sementara. Pengunjung diminta pulang ke rumah untuk mencegah penyebaran COVID-19.

BANDA ACEH (popularitas.com) – Angka positif corona di nusantara ini terus meningkat. Penambahannya hingga sekarang sudah mencapai 790 kasus dan 58 orang meninggal dunia. Seharusnya Indonesia sekarang sudah saatnya memberlakukan lockdown.

Kondisi ini tentunya banyak pihak menilai sudah mengkhawatirkan, mengingat penyebaran virus tersebut cukup cepat. Banyak warga yang tidak disiplin imbauan pemerintah melakukan physical distancing.

Begitu juga dengan Aceh yang berada di paling ujung sumatera ini. Sebelumnya belum ditemukan ada yang positif, hanya ada Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), tetapi sekarang mulai ada yang positif.

Kasus meninggalnya satu PDP asal Kota Lhokseumawe telah merubah situasi Tanah Rencong. Dia dinyatakan positif setelah hasil swab laboratorium di Jakarta keluar. Lalu publik dikagetkan lagi ada lagi seorang PDP meninggal yang kedua, namun belum diketahui hasilnya.

PDP pertama yang dinyatakan positif itu meninggal 23 maret 2020 lalu di Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh. Pasien tersebut sudah dikebumikan sesuai dengan prosedur penanganan layaknya pasien positif Covid-19 beberapa waktu lalu. Sebelum dirawat pasien berinisial AA tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Bogor dan Surabaya.

Berselang dua hari, kembali PDP di RSUZA meninggal dunia pada Rabu (25/3/2020) pada pukul 18.40 WIB. Meskipun pasien kedua meninggal itu belum ada hasil laboratorium, apakah positif corona atau tidak. Tetapi meninggalnya pasien tersebut memiliki gejala terjangkit corona dan memiliki riwayat bepergian ke Malaysia.

Menurut keterangan Juru Bicara Covid-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani, PDP berinisial EY (43) memiliki riwayat tinggal di daerah transmisi virus Corona. Ia warga Aceh Utara yang pulang dari Malaysia. Hasil pemeriksaan ditemukan gambaran pneumonia dan memenuhi kriteria sebagai PDP.

Karena itu, ia ditangani sesuai SOP Covid-19 di RICU RSUZA Banda Aceh, hingga meninggal dunia karena gagal nafas akibat pneumonia.
Lebih lanjut SAG mengatakan, EY meninggal dunia dalam status PDP karena belum ada hasil pemeriksaan spesimennya.

Sekarang ada 24 provinsi sudah tersebar corona di Indonesia, satu di antaranya Serambi Makah yang sudah ditemukan satu orang positif. Kondisi ini dinilai semakin mengkhawatirkan bila pemerintah Indonesia tidak mengambil langkah tegas untuk melawan virus tersebut.

Ketua Ikadan Dokter Indoensia (IDI) Aceh, Safrizal Rachman mengatakan, sejak awal sudah berkali-kali menyampaikan, Indonesia harus melakukan lockdown. Warga harus disiplin berada di rumah dan tidak melakukan kontak fisik atau juga disebut physical distancing.

Menurut analisa Safrizal sejak awal sudah disampaikan, ada beberapa provinsi yang sudah terpapar virus corona harus berhadapan. Sedangkan bila ada provinsi yang belum ada kasus, seharusnya dapat menghindari dari virus mematikan itu.

“Berhadapan itu biaya mahal, harus sediakan rumah sakit, obat dan sebagainya,” kata Safrizal.

Tetapi yang terjadi sekarang banyak daerah yang belum terpapar virus tersebut terkesan lengah, tidak menghindar. Safrizal menjelaskan, menghindar itu dengan cara menutup diri. Apapun istilahnya, yang terpenting adalah tetap berada di rumah dan tidak berada di keramaian serta menghindar kontak fisik secara langsung.

Kemudian yang terjadi, sebutnya, pemerintah mengharamkan opsi menutup diri secara total. Atau sering disebut dengan istilah lockdown. Padahal untuk memerangi penyebaran virus corona itu dengan cara mengisolasi diri di rumah masing-masing.

“Kemudian opsi ini dibilang haram (oleh pemerintah), padahal opsi inilah yang paling efektif,” sebutnya.

Begitu juga di tangkatan daerah. Presiden Jokowi telah menyampaikan tidak boleh ada daerah yang memberlakukan lockdown. Sehingga pemerintah provinsi pun tidak ada yang berani melakukan langkah menutup diri secara total itu.

Safrizal mengaku situasi sekarang seluruh Indonesia tidak lagi bicara menghindar. Tetapi harus berhadapan secara langsung melawan virus yang mematikan itu. Seluruh Indonesia harus siap berhadapan langsung dengan virus asal Huwan, China tersebut.

Menyangkut dengan imbauan Physical Distancing yang disampaikan pemerintah, sebutnya, orang Aceh itu tidak disiplin. Padahal warung kopi sudah diminta untuk tutup dan tidak dibenarkan berkumpul dan diminta menjaga jarak fisik.

Faktanya sekarang masih banyak warga berada di ruang publik dan saling berdekatan. Terutama di warung kopi, masih nongkrong secara ramai-ramai. Tentu ini akan sangat berbahaya dan akan mempercepat penyebaran virus tersebut.

“Soal Social Distancing (Physical Distancing), sebenarnya bisa, tetapi orang kita gak disipilin,” ungkapnya.

Menurutnya yang paling tepat untuk melawan corona sekarang adalah melakukan opsi lockdown. Harus ada ketegasan dari pemerintah yang disertai penegahan hukum bagi warga yang melanggar, masih tetap berkeliaran di luar rumah selama lockdown.

“Jadi sekarang itu militer harus turun, perlu ketegasan, seperti operasi milier,” tegasnya.

Menurutnya dengan opsi menutup diri total akan ketahuan apakah ada kasus di suatu daerah. Lebih baik berhenti beraktivitas sementara, baik satu bulan atau lebih agar lebih baik untuk akan datang.

Setelah lockdown selama waktu yang telah ditentukan, sebutnya, bila suatu daerah bersih dan tidak ada kasus positif corona. Baru diperbolehkan kembali beraktivitas seperti biasa.

Kata Safrizal, yang paling mendesak dilakukan oleh pemerintah Indonesia sekarang adalah lockdown. Seluruh warga berada di rumah, militer turun tangan dan siapapun yang melanggar harus ditinda tegas.

Anggota Komisi VI DPR, Putu Supadma Rudana juga mendesak Presiden Jokowi agar segera memberlakukan opsi lockdown melawan virus corona. Dia mempertanyakan hingga sekarang mengapa pemerintah belum bersikap tegas.

“Saya terus ingatkan pemerintah untuk segera melakukan lockdown, kapan bisa diberlakukan. Apakah tunggu sampai korbannya banyak baru melakukan lockdown. Saat ini sudah 24 provinsi di Indonesia yang terpapar,” ujar Putu dikutip dari vivanews.com

Dia mengkritisi pemerintah yang masih lamban dan belum bergerak cepat dalam penanganan corona. Ia mempertanyakan obat dari China yang disebut pemerintah sebagai obat corona.

“Apakah sudah disebar ke seluruh Indonesia. dan kapan jadwal rapid test dilakukan? Pemerintah harus transparan kepada masyarakat,” jelas politikus Demokrat itu.

Dia juga menyoroti kondisi yang saat ini terjadi jangan sampai membuat ekonomi Tanah Air terpuruk. Pemerintah harus belajar dari negara lain dalam menyikapi wabah corona demi keamanan rakyatnya.

Sudah 24 provinsi yang terpapar corona maka sekali lagi, ia mendorong agar Jokowi menunjukkan naluri kepemimpinannya. Bagi dia, saat ini penting agar eks Gubernur DKI itu memperlihatkan sense of crisis-nya sebagai pemimpin bangsa.[]

Penulis: A.Acal

Shares: