POPULARITAS.COM – Masjid Baiturrahmi Ulee Lheue, terletak di Meuraxa, Kota Banda Aceh. Terpaut 4 kilometer dari pusat kota. Tempat ini, kini jadi salah satu objek wisata religi yang ramai dikunjungi, baik wisatawan nusantara hingga mancanegara. Keberadaannya yang sejarak dengan Pantau Ulee Lheue, membuat rumah ibadah kian ramai didatangi masyarakat.
Masjid ini jadi objek wisata religi, dikarenakan jadi saksi bisu kedahsyatan tsunami yang menghempas Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Meski jaraknya hanya beberapa meter dari laut, bangunan ini sama sekali tidak hancur. Sementara, rumah-rumah masyarakat yang berdekatan dengannya luluh lantak dan rata dengan tanah.
Mukjizat, mungkin kata yang tepat untuk mendeskripsikan keberadaan masjid ini saat peristiwa tsunami Melanda. Masjid Baiturrahmi jadi satu-satunya bangunan yang tidak rusak sama sekali kala gelombang maha dahsyat meluluhlantakkan nyaris seluruh kawasan Ulee Lheue.
Berdasarkan catatan sejarah, Masjid ini dibangun pada abang ke-17. Pernah jadi relokasi jemaah, saat Masjid Raya Baiturrahman dibakar oleh penjajah pada zaman perang kemerdekaan.
Sebelum dibangun permanen, masjid ini dulunya berkontruksi kayu. Namun kemudian, pada 1922, Pemerintahan Belanda membangun Masjid Baiturrahim dengan kontruksi beton bergaya arsitektur Eropa.
Namun, bangunan Masjid Baiturrahim kala itu tak menggunakan material besi atau tulang penyangga, hanya terdiri dari susunan batu bata dan semen saja.
Saat itu Masjid Baiturrahim tak memiliki kubah. Masjid ini pun hanya dapat menampung sekitar 500 jemaah. Barulah pada 1981, masjid kembali dipugar berkat bantuan Pemerintah Arab Saudi.
Pemugaran yang dilakukan saat itu dengan memperluas sisi kanan dan kiri masjid, sehingga dapat menampung sekitar 1.500 jemaah, dilengkapi dengan kubah masjid. Gempa dan tsunami 2004 meratakan seluruh bangunan termasuk rumah warga di Ulee Lheue. Hanya masjid inilah yang selamat dan kokoh berdiri dengan fondasi yang sangat kuat.
Salah seorang pengurus Masjid Baiturrahim, Nur mengungkapkan bahwa saat tsunami masjid ini menjadi tempat berlindung warga sekitar. Mereka memadati area dalam masjid kala itu.
Dari sekian banyak orang yang berlindung, hanya sembilan orang yang selamat tak menjadi korban keganasan tsunami. Sementara yang lainnya hilang ditelan ganasnya ombak raksasa kala itu. “Saat itu mereka (yang selamat) berlindung di atas, di kubah masjid, itu termasuk anak bayi juga ada yang selamat,” ucap Nur menjelaskan.
Menurut dia, kala itu ada tiga gelombang tsunami yang menerjang masjid pasca gempa bumi berkekuatan 9 skala richter. Setiap gelombang, kata dia, pecah saat menimpa masjid. “Kemudian bergulung-gulung, tinggi gelombang lebih dari sepuluh meter, mencapai atap. Kalau di dalam masjid air tenang, orang bisa berenang ke tiang masjid, kalau di luar sangat ganas,” ungkap dia.
Ketika gelombang tsunami surut pun, masjid ini bersih dari jenazah korban tsunami. Selain itu, banyak Alquran berserakan di lantas dalam kondisi terbuka dan utuh di dalam masjid.
Pasca tsunami, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik dengan keberadaan masjid kokoh ini. Keberadaan masjid ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka.
Biasanya, masjid ini menjadi sasaran kunjungan dari negara tetangga, Malaysia. Mereka yang datang ke sini biasanya tak hanya sekadar berfoto, tetapi juga beribadah di masjid ini.
Warga Gampong Pie, Mus yang kerap datang ke masjid ini untuk salat menyebut, pasca tsunami ia banyak melihat wisatawan asing yang berkunjung ke tempat ini. Bahkan baginya, beribadah di Masjid Baiturrahim punya kesan tersendiri. “Rata-rata (yang terlihat) dari Malaysia, kalau untuk salat rasanya beda aja, sejuk, memang masjid ini bersejarah,” katanya.
Jika anda ke sini, banyak informasi yang dapat disampaikan oleh pengurus masjid tentang masjid ini. Di sekitarnya juga ada kios yang menjajakan pakaian muslim atau souvenir Aceh.
Masjid Baiturrahim, Ulee Lheue, Banda Aceh. FOTO : popularitas.com
