Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehSyariat Islam

Merawat budaya Meugang di Aceh sebagai potensi wisata religi

Merawat budaya Meugang di Aceh sebagai potensi wisata religi

POPULARITAS.COM – Mak Meugang, tradisi budaya yang kini masih mengakar dan terpelihara kuat di tengah masyarakat Aceh. Tradisi ini bahkan telah menjadi bagian penting warga di provinsi ujung barat Sumatra tersebut. Karna itu, jelang sambut ramadhan, warga merayakannya dengan penuh suka cita dan bahkan memilih menutup usahanya agar bisa berkumpul bersama keluarga untuk Mak Meugang.

Menurut literasi sejarah, ritual Mak Meugang telah dipraktekkan pada 1607 Masehi saat masa keemasan Kesultanan Aceh Darussalam dibawah kepemimpinan Sultan Iskanar Muda. Kala itu, pihak kerajaan membagi-bagikan daging sapi kepada rakyat, terutama yatim piatu untuk di masak dan dinikmati bersama keluarga.

Selama masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, tradisi Meugang tidak hanya melibatkan pembagian daging kepada masyarakat yang kurang mampu, tetapi juga menyertakan distribusi sembako dan kain. 

Sejarawan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid yang dikenal sebagai Cek Midi, mengungkapkan bahwa tradisi Meugang telah berlangsung selama 400 tahun lamanya, berakar dari era Kesultanan Aceh pada masa tersebut. 

Menurutnya, dalam literatur buku “Singa Aceh” oleh H.M. Zainuddin, disebutkan bahwa sultan pada masa itu sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, termasuk mereka yang berada dalam kondisi kurang mampu. Tanggung jawab untuk membantu orang-orang yang tidak mampu pada masa itu menjadi prioritas sultan, yang kemudian diwujudkan dalam satu qanun atau hukum yang mengatur pelaksanaan Meugang. Qanun tersebut, yang dikenal dengan nama “Meukuta Alam”, mengatur mengenai tugas Qadi Mua’zzam Khazanah Balai Silatur Rahmi dalam mengambil dirham, kain, serta hewan ternak seperti kerbau dan sapi yang akan disembelih pada hari Meugang. 

Daging dari hewan-hewan tersebut kemudian didistribusikan kepada fakir miskin, dhuafa, dan mereka yang berkebutuhan khusus sebagai bentuk perhatian dan kepedulian dari pemerintah Sultan Aceh.

Sejarah lain menjelaskan, dalam buku lain, Profesor Ali Hasyimi berjudul “Kebudayaan Aceh dalam Sejarah”, Sultan membagikan daging untuk yatim dan duafa dalam jumlah besar. Seluruh biaya dikeluarkan ditanggung oleh bendahara istana. Sedangkan dalam buku “Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)” karya Denys Lombard, pada hari meugang, Sultan juga menzirahi makam sultan sebelumnya yang telah meninggal dunia.

Sebagai tradisi yang mengakar kuat, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Meugang sebagai warisan budaya tak benda nasional pada 2016. Untuk itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh sendiri, telah menggelar berbagai even untuk promosi budaya ini sebagaian bagian penting mendorong kepariwisataan.

Beberapa even, seperti festival meugang dan kegiatan pendukung lainnya, kerap diselenggarakan oleh Disbudpar Aceh sebagai bagian merawat tradisi meugang dan perkenalkan budaya tersebut kepada dunia.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Almuniza Kamal menambahkan, tradisi Meugang adalah bagian penting yang tak terpisahkan dari budaya masyarakat Aceh. Karna itu, pihaknya selalu menggelar event-event tertentu guna perkenalkan budaya itu kepada khalayak luas.

Tradisi meugang dan memasak daging kuah beulangong, salah satu warisan budaya penting yang dapat dieksploitasi untuk pembangunan sektor kepariwisataan. Daging meugang yang dimasak secara khas, merupakan kuliner tradisional yang harus dirawat dan diperkenalkan kepada wisatawan.

Karna itu, pihaknya senantiasa menggelar acara-acara yang selaras untuk melestarikan budaya meugang, seperti festival kuliner, khanduri raya dan berbagai even penting lainnya.

Nah, bagi yang ingin menjalani awal puasa ramadhan di Aceh dan menikmati tradisi Mak Meugang, bisa langsung ke Aceh. Para pengunjung bisa melihat dan ikut secara langsung budaya dan tradisi ini dijalankan oleh warga. 

Tradisi Meugang tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi momen penting untuk memperkokoh kebersamaan dan silaturahmi antarwarga. Dalam kesibukan keseharian, Meugang menjadi waktu yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih.

Shares: