POPULARITAS.COM – Nissan diwajibkan untuk membeli kepemilikan saham Renault diperusahaan tersebut. Tambahan prasyarat itu disampaikan oleh Honda agar kedua entitas bisnis perusahaan otomotif itu bisa merger pada tahun 2026 mendatang.
Dikutip Carscoops, Jumat (17/1/2025), Honda mendesak Nissan agar bisa membeli saham Renault. Diketahui perusahaan otomotif asal Pracnis itu memiliki saham di Nissan sebesar 35,7% senilai US$3,6 miliar atau mencapai Rp 58,3 triliun.
Honda meyakini saham Renault tersebut dianggap sebagai faktor krusial yang dapat memengaruhi stabilitas dan kemandirian Nissan. “Permintaan ini muncul di tengah kondisi Nissan yang sedang terpuruk secara finansial, serta kekhawatiran Honda akan potensi akuisisi saham tersebut oleh pihak asing,” sebut Carscoops.
Keinginan Honda agar Nissan “menendang” Renault memang sejalan dengan keinginan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI). Mereka ingin nantinya rencana merger Honda, Nissan, dan Mitsubishi tetap berada di bawah kendali Jepang.
Masalahnya permintaan Honda ini menjadi tantangan besar bagi Nissan. Meski memiliki kas dan setara kas sebesar US$ 9,8 miliar atau setara Rp 155,6 triliun, Nissan tetap harus mengalokasikan lebih dari sepertiga dana tersebut untuk membeli saham Renault.
“Dalam kondisi keuangan yang masih belum stabil, pembelian ini dapat menjadi langkah yang sangat berisiko,” sebut Carscoops.
Selain itu, laporan terbaru menyebutkan bahwa Nissan harus meningkatkan keuntungan hingga tiga kali lipat pada tahun fiskal 2026 untuk meyakinkan Honda bahwa Nissan adalah mitra yang layak dalam rencana merger ini. Jika target tersebut tidak tercapai, merger ini berisiko gagal.
Rencana merger antara Honda dan Nissan tidak hanya penting bagi kelangsungan kedua perusahaan, tetapi juga bagi industri otomotif Jepang secara keseluruhan. Permintaan Honda agar Nissan membeli saham Renault menjadi ujian besar bagi Nissan untuk membuktikan komitmennya dalam menjaga stabilitas perusahaan dan menjamin keberhasilan merger.
Apakah Nissan mampu memenuhi syarat ini di tengah kondisi keuangan yang sulit? Atau justru langkah ini menjadi awal dari tantangan yang lebih besar bagi sektor otomotif Jepang? Semua mata kini tertuju pada Nissan dan keputusannya dalam beberapa bulan mendatang.