POPULARITAS.COM – Ibukota Amerika Serikat, Washington, tahun 2025 dipilih sebagai tempat penyelenggaraan World Pride atau pesta LGBT tingkat dunia. Namuan, pelaksanaan even yang rencana menghadirkan 3 juta orang itu terancam bayang-bayang usai Donald Trump jabat presiden negeri berjuluk Paman Sam itu.
Meski ibu kota Amerika ini semarak oleh bendera pelangi dan berbagai acara inklusif, suasana pesta LGBTQ tingkat dunia itu diliputi rasa cemas.
Banyak pengunjung internasional memilih tidak datang. Salah satu alasannya adalah kebijakan Donald Trump yang dianggap membatasi dan bahkan membahayakan keselamatan komunitas LGBTQ+, terutama transgender dan non-biner.
Salah satu yang batal hadir adalah Alice Siregar, perempuan transgender asal Kanada. “Datang ke AS saat ini adalah risiko besar, apalagi sebagai perempuan trans,” kata Alice kepada BBC, Minggu (8/6/2025).
Ia bahkan tidak bisa memperbarui paspor AS-nya akibat aturan yang diperketat oleh pemerintahan Trump.
Washington sebenarnya dipilih sebagai tuan rumah World Pride sebelum Trump kembali berkuasa. Saat itu, panitia menargetkan 3 juta pengunjung dan dampak ekonomi mencapai 800 juta dolar AS. Namun, kondisi berubah. Tingkat hunian hotel anjlok, dan arus pengunjung jauh di bawah ekspektasi.
Trump memang dikenal mencabut sejumlah perlindungan LGBTQ yang sebelumnya diberlakukan oleh pemerintahan Joe Biden. Termasuk larangan pendanaan federal untuk layanan kesehatan transgender remaja, serta aturan pelarangan atlet transgender berkompetisi sesuai identitas gender mereka. Kebijakan-kebijakan ini tengah digugat di pengadilan, namun kekhawatiran tetap membayangi.
Peringatan perjalanan pun dikeluarkan sejumlah negara. Jerman, Finlandia, dan Denmark mengimbau warga transgender untuk berhati-hati jika hendak bepergian ke Amerika. Organisasi LGBTQ terbesar di Kanada, Egale Canada, bahkan memutuskan tidak mengirim delegasi. Direktur eksekutifnya, Helen Kennedy, menyebut alasan utama mereka adalah “kebijakan anti-LGBTQ dari Trump”.
Equality Australia juga menyarankan agar para aktivis LGBTQ meninjau ulang rencana perjalanan ke AS. Mereka khawatir warga asing yang pernah terlibat dalam kampanye kesetaraan bisa menjadi target persekusi.
Pihak penyelenggara World Pride mengakui adanya peningkatan kekhawatiran. Tahun ini, lokasi acara dikelilingi perimeter keamanan dan dilengkapi detektor senjata. Unit khusus polisi LGBTQ juga dikerahkan demi menjamin keamanan peserta.
Wali Kota Washington, Muriel Bowser, menegaskan bahwa kota tetap berkomitmen mendukung hak LGBTQ. “Kita tidak boleh hidup dalam ketakutan,” katanya.
Dukungan tetap mengalir, meski banyak yang tak bisa hadir. “Kehadiran, kebahagiaan, dan cinta bisa menjadi bentuk perlawanan,” ujar Kelly Laczko, pemilik restoran LGBTQ di Dupont Circle.
Meski World Pride berlangsung dengan segala keterbatasan, bayang-bayang Donald Trump tetap menghantui jalannya perayaan. Komunitas LGBTQ internasional kini berharap agar suara mereka tetap terdengar, bahkan di tengah tekanan kekuasaan yang makin konservatif.
Leave a comment