News

Upaya Distanbun Mengembalikan Kejayaan Rempah dan Atsiri Aceh

JAKARTA (popularitas.com) – Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian di lantai 6 Gedung Pos Jalan Gedung Kesenian Jakarta, Jumat tanggal 12 Juli 2019 melaksanakan Pertemuan koordinasi tentang pengembangan dan identifikasi potensi kerjasama minyak atsiri.

Peserta rapat terdiri dari Kementrian Koordinator Perekonomian, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementrian Perdagangan, Dewan Atsiri Indonesia, para pelaku usaha di dunia atsiri, Distanbun Aceh, Aceh Research Center Unsyiah, DPMTSP Aceh, Kadin Aceh, serta intansi terkait dari Sumatera Utara,

Pertemuan tersebut membahas tentang peluang dan tantangan komoditi atsiri Indonesia yang akan diupayakan untuk memasuki dunia internasional melalui mekanisme kerjasama IMT GT. Rapat dipimpin oleh Netty Muharni selaku Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional dari Kementrian Koordinator Perekonomian.

Dari diskusi yang berkembang, muncul berbagai tantangan dan persoalan yang ada seperti bahan baku atsiri banyak dari Indonesia tetapi hilirisasi masih dikuasai negara lain, pasar yang belum berpihak ke petani atsiri, monopoli oleh beberapa eksportir maupun importir sehingga harga tidak stabil, pasokan bahan baku yang terkadang tidak stabil dan lain sebagainya.

DR. Syaifullah Muhammad Ketua ARC yang hadir pada forum tersebut menyatakan bahwa di Aceh melalui ARC sudah melahirkan berbagai dokumen tentang dunia atsiri, mulai dari master plant sampai rencana aksi bahkan sudah ada road map atsiri Aceh.

Kehadiran ARC sangat membantu terhadap dunia atsiri di Aceh, bahkan ARC sudah dijadikan sebagai pusat atsiri nilam di Indonesia.

Azanuddin Kurnia, SP, MP, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan Distanbun Aceh yang hadir mewakili Kadistanbun Aceh A. Hanan, SP, MM menyatakan dalam pertemuan tersebut bahwa Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh sudah berusaha untuk mengembalikan kejayaan rempah dan atsiri Aceh. Tetapi masih diperlukan berbagai upaya keras agar tujuan untuk mensejahterakan petani atsiri dapat segera terwujud.

Komoditi Atsiri (Pala, Sere Wangi, Nilam, dan Cengkeh) merupakan komoditi unggulan tetapi belum menjadi skala prioritas utama dalam pembangunan perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari besaran anggaran yang dikucurkan untuk komoditi tersebut.

Untuk itu Azan berharap, melalui Kementrian Koordinator Perekonomian, dapat diarahkan agar atsiri bisa menjadi skala prioritas di antara komoditi unggulan lainnya seperti Sawit, Karet, Kakao, dan Kopi. Azan yakin, bila pendanaan yang memadai, Aceh bisa berjaya kembali seperti dulu. Dia menyebutkan atsiri Aceh, khususnya nilam, sangat diminati oleh dunia Internasional terutama Eropa dan Amerika Serikat, karena kandungan pocholinya sangat kuat sebagai bahan dasar parfum. “Parfum kelas menengah ke atas tidak ada artinya tanpa kandungan nilam Aceh,” katanya.

Pada kesempatan itu, Azan juga memperkenalkan produk baru dari Aceh yaitu Gula Sawit Aceh (GuSA) yang dibuat dari hasil pengolahan limbah batang sawit hasil peremajaan (replanting). Peserta pertemuan sangat surprise terhadap informasi tentang GuSA tersebut.

“Insyaa Allah akan ada pertemuan lanjutan yang akan mengerucutkan berbagai hal yang sudah dihasilkan hari ini. Hasilnya akan kita email sehingga kita bisa satu pandangan dalam merumuskan kebijakan dan implementasinya kedepan,” kata Netty di akhir pertemuan.*

Shares: