NewsTeknologi

1 Miliar SIM Card Rentan Dibajak Hacker

Ilustrasi

(popularitas.com) – Perusahaan keamanan AdaptiveMobile Security melaporkan, ada lebih dari 1 miliar SIM card di seluruh dunia yang berpotensi dimata-matai hacker. Parahnya, pelaku bisa membajak ponsel pengguna.

AdaptiveMobile Security menemukan celah keamanan pada teknologi SIM card yang disebutnya dengan Simjacker. Simjacker ini memberi pintu bagi hacker untuk menyerang secara individual calon korban lewat ponselnya, mulai dari lokasi, penipuan, kebocoran informasi, penolakan layanan, sampai spionase.

Dikutip dari berbagai sumber, Simjackert ini bekerja dengan memanfaatkan lubang keamanan SIMalliance Toolbox Browser atau disingkat S@T Browser yang berada di dalam kartu SIM.

Sebagai informasi, S@T Browser mempunyai tugas untuk antara lain mengatur panggilan di ponsel, memainkan nada dering, dan lainnya. Lubang keamanan di S@T Browser itu bisa disusupi hacker yang memungkinkan mengendalikan ponsel, salah satunya membuka situs berbahaya yang dapat menginfeksi perangkat.

Nah, untuk melancarkan aksi jahat itu, hacker mengirimkan SMS yang isinya kode yang memanipulasi fitur S@T Browser untuk memancing ponsel korban mengirimkan data-data yang ada di perangkatnya, termasuk nomor IMEI.

“Serangan utama Simjackert memanfaatkan SMS yang berisi jenis kode seperti spyware yang dikirim ke ponsel, kemudian menginstruksikan SIM Card di dalam ponsel untuk ‘mengambil alih’ ponsel untuk mengambil dan melakukan perintah sensitif,” ujar AdaptiveMobile Security.

Bahkan, AdaptiveMobile Security menyebutkan bahwa korban tidak akan menyadari sedang mengalami serangan tersebut, begitu juga informasi yang diambil dan berhasil diangkut oleh hacker.

“Kerentanan Simjacker dapat meluas ke lebih dari 1 miliar pengguna ponsel secara global yang berpotensi berdampak pada negara-negara di Amerika, Afrika Barat, Eropa, Timur Tengah, dan setiap wilayah di dunia di mana teknologi SIM card digunakan,” tulisnya.

AdaptiveMobile Security meyakini kerentanan teknologi SIM Card tersebut dikembangkan oleh perusahaan swasta yang bekerjasama dengan pemerintah untuk memantau lokasi individu di seluruh dunia.

Sumber: Detik

Shares: