EkonomiNews

BBM seluruh SPBU di Aceh terancam kosong gara-gara gangguan BSI

Kuota BBM subsidi untuk Aceh tahun 2024 sebesar 1 juta kilo liter, meningkat dibandingkan 2023
Ilustrasi, petugas mengisi BBM ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7).(Liputan6.com/Johan Tallo)

POPULARITAS.COM – Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) wilayah Aceh, Nahrawi Noerdin menyebutkan, bahan bakar minyak (BBM) di seluruh SPBU di daerah itu terancam kosong gara-gara gangguan layanan yang dialami Bank Syariah Indonesia (BSI).

“Kalau BSI error sistemnya seperti ini, bisa kosong bahan bakar minyak (BBM) di seluruh SPBU di Aceh, karena kita tidak bisa menarik dan mentransfer uang penebusan BBM di Pertamina melalui BSI,” kata Nahrawi, Selasa (9/5/2023).

Menurut Nahrawi, sebelum BSI terbentuk, transaksi penebusan minyak oleh pemilik SPBU bisa dilakukan di sejumlah bank, karena di setiap bank ada sistem yang namanya host to host.

Namun, tambah Nahrawi, sekarang sistemnya hanya ada di satu bank yaitu BSI, maka saat BSI error seperti ini otomatis semua terhambat.

“Kondisi seperti ini bisa menjadi pelajaran dalam mengambil kebijakan, seharusnya ada bank konvensional lain satu di Aceh yang memiliki sistem host to host, jadi ada solusi saat satu bank error,” sebutnya.

Selain itu, Nahrawi Noerdin mengaku hingga saat ini pelayanan bank syariah di Aceh masih cukup jauh dari harapan, terutama bagi kalangan dunia usaha.

Ketika hal-hal yang menyangkut masalah layanan primer sebuah lembaga keuangan saja masih terkendala dan jadi keluhan masyarakat, kata dia, maka masyarakat tidak bisa berharap banyak akan adanya layanan inovatif yang sifatnya next level service.

“Seperti yang pernah diberikan sebelumnya oleh bank-bank konvensional yang pernah hadir dan melayani masyarakat serta dunia usaha di Aceh selama bertahun-tahun,” ujarnya.

Jika kondisi ini terus berlarut, Nahrawi menilai Aceh jadi terisolir secara nasional dan internasional dalam urusan transaksi keuangan.

“Akses dan layanan keuangan yang bisa dinikmati oleh saudara-saudara kita di seluruh Indonesia tidak bisa dinikmati di Aceh. Itu cukup besar pengaruhnya bagi dunia usaha dan bagi perekonomian Aceh,” pungkasnya.

Shares: