News

BNPB: Banjir di Bengkulu Selain Faktor Alam, Juga Ulah Manusia

Warga mengevakuasi perabotan rumah tangga saat banjir di daerah perumahan Sawah Lebar Baru Balai Kota Bengkulu, Bengkulu, Sabtu, 27 April 2019. ANTARA

JAKARTA (popularitas.com) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo banjir di Bengkulu dan longsor di sembilan kabupaten/kota disebabkan selain faktor alam, yaitu intensitas curah hujan yang meningkat, juga karena faktor antropogenik atau ulah manusia.

“Ulah tangan manusia yang merusak alam dan lingkungan lebih dominan menyebabkan bencana hidrometeorologi meningkat,” kata Doni. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya yang diterima Tempo, Senin, 29 April 2019.

Beberapa penyebab daerah-daerah tertentu rentan banjir itu di antaranya adalah deforestasi, degradasi hutan, berkurangnya kawasan resapan air, lahan kritis, tingginya kerentanan, dan tata ruang yang tak mengindahkan peta rawan bencana.

Doni mengajak semua pihak memulihkan alam, merawat alam dan lingkungan. “Jika alam seimbang, maka siklus hidrologi juga akan seimbang. Kita jaga alam, alam jaga kita,” ujar dia.

Hingga Ahad, 28 April 2019 pukul 19.00, banjir dan longsor di Bengkulu menyebabkan 17 orang meninggal dunia, 9 hilang, 2 luka berat, dan 2 luka ringan. “Sebaran dari 17 orang meninggal dunia terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah 11 orang, Kota Bengkulu 3 orang, dan Kabupaten Kepahiang 3 orang,” kata Sutopo.

Banjir di Bengkulu serta longsor mengakibatkan 12 ribu orang mengungsi di banyak tempat dan jumlah terdampak mencapai 13 ribu orang. Jumlah ternak yang mati sebanyak 106 ekor sapi, 102 ekor kambing atau domba, dan 4 ekor kerbau. Sedangkan 184 rumah rusak, 7 fasilitas pendidikan dan 40 titik sarana prasarana infrastruktur.

Kepala BNPB telah menyerahkan dana siap pakai Rp 2,25 miliar pada Gubernur Bengkulu untuk membantu operasional penanganan darurat. Selanjutnya dana siap pakai itu akan diberikan kepada BPBD kabupaten atau kota sesuai tingkat kerusakan akibat bencana.*

Sumber: Tempo.co

Shares: