News

ECOWAS siapkan intervensi militer di Niger

ECOWAS siapkan intervensi militer di Niger
Presiden Niger Mohamed Bazoum (dalam foto ini masih berstatus menteri dalam negeri dan berada di sebelah kiri) saat bertemu dengan Komisioner Uni Eropa Untuk Imigrasi Dimitris Avramopoulos, pada 24 Juli 2017. (Dimitris Avramopoulos via wikimedia commons)

POPULARITAS.COM – Masyarakat Ekonomi Negera-negara Afrika Barat (ECOWAS), saat ini tengah siapkan opsi intervensi militer ke Niger. Langkah itu menyusul waktu 7 hari yang diberikan kepada pimpinan kudeta untuk kembalikan kakuasaan Presiden Mohammed Bazoum tidak direalisasikan.

Komisioner ECOWAS Abdel-Fatau Musah, dalam keterangannya dikutip dari laman Antara, Sabtu (5/8/2023) mengatakan, pihaknya telah melakukan pertemuan darurat. Dan memberikan batas waktu untuk pulihkan kekuasaan presiden selama sepekan.

Hingga batas waktu itu diberikan, belum ada tanda-tanda pemimpin kudeta kembalikan kekuasaan presiden sah di Niger. Maka, untuk itu pihaknya akan menyetujui intervensi militer, ujarnya.

“Semua elemen yang akan dimasukkan dalam intervensi sudah dituntaskan, yang meliputi waktu, sumber daya yang dibutuhkan dan bagaimana serta kapan mengerahkan pasukan,” kata dia.

“Apapun yang dicapai di sini akan dilaporkan secepatnya kepada para kepala negara yang akan mengambil keputusan terakhir mengenai apa yang akan kami lakukan menyangkut situasi di Republik Niger.”

Pada 2017, ECOWAS menggunakan kekuatan militer untuk memulihkan tatanan konstitusional di Gambia ketika Yahya Jammeh menolak menyerahkan kekuasaan setelah kalah pemilu.

baca juga :Junta Niger ancam serang negara ECOWAS

Musah kembali mengeluarkan seruan kepada para pemimpin kudeta Niger agar memberikan kesempatan menciptakan perdamaian dengan segera memulihkan tatanan konstitusional di negara itu.

Nigeria, Senegal, Pantai Gading, dan Benin sudah menyatakan siap mengirimkan pasukan ke Niger jika ECOWAS mendukung keputusan tersebut.

Menteri Pertahanan Nigeria Ibrahim Kana mengatakan Nigeria tetap berkomitmen memulihkan demokrasi di Niger, namun memandang pendekatan diplomatik tetap pilihan terbaik.

Pada Rabu, pemimpin kudeta Jenderal Abdourahamane Tchiani terdengar menantang, dengan mengatakan bahwa junta “tidak akan tunduk kepada ancaman” agar mengembalikan kekuasaan Presiden Bazoum dan “menolak campur tangan apa pun dalam urusan dalam negeri Niger.”

Bazoum ditahan oleh pasukan pengamanan Presiden pada 26 Juli dan pada sore hari, militer mengumumkan kekuasaan sudah diambil alih.

Dua hari kemudian, Jenderal Tchiani, komandan pasukan pengamanan presiden Niger, menyatakan diri sebagai kepala pemerintahan transisi.

Shares: