News

Gempa guncang Simeulue, BMKG beri penjelasan

Gempa bumi 4,6 guncang Simeulue
Gempa mengguncang Simeulue, Rabu (22/6/2022). FOTO: Ist

POPULARITAS.COM – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,3 terjadi di daerah pesisir pantai barat Sumatra, tepatnya di Sinabang, Kabupaten Simeulue. Gempa terjadi pada kedalaman dangkal 10 kilometer.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa terjadi pada Rabu (22/6/2022) dini hari pukul 02.08 WIB. Titik pusat gempa dilaporkan berada di 43 km dari barat daya Sinabang, Kab. Simeulue.

Titik koordinat gempa berada di 2.08 derajat Lintang Utara (LU) dan 96.35 derajat Bujur Timur (BT) atau pada koordinat 2.08° LU – 96.35° BT. Lokasi gempa itu memiliki perbedaan jarak sekitar 10 km dari gempa yang terjadi sebelumnya pada tanggal 20 Juni atau dua hari yang lalu dengan M 4.8.

BMKG melaporkan gempa ini tidak berpotensi memicu terjadinya tsunami. Belum ada informasi mengenai kerusakan yang timbul akibat gempa ini tetapi getaran gempa cukup membuat perabotan hampir jatuh.

Beberapa masyarakat merasakan getaran sekitar IV MMI atau goncangan cukup kuat dan dirasakan hampir seluruh masyarakat di Simeulue. Informasi yang diperoleh dari BPBD setempat, beberapa warga sempat keluar rumah karena panik terhadap goncangan gempa yang terjadi dengan durasi sekitar 3-5 detik.

Menurut Seismologist BMKG, Andrean Simanjuntak, gempa Simeulue pada pagi hari itu terjadi pada kedalaman yang dangkal yaitu 10 km, sehingga bisa dikaitkan dengan aktivitas tektonik dari zona subduksi Sumatra.

“Distribusi gempa bumi berasal dari pergerakan subduksi miring Lempeng Oseanik Indo-Australia yang menunjam Lempeng Benua Eurasia dengan laju geser 5-6 cm/tahun,” sebut Andrean, Rabu (22/6/2022).

Pada kedalaman dangkal, kata dia, gempa bumi yang terjadi merupakan tipe gempa interface yang sering berasal dari aktivitas tektonik pada kerak bumi. Beberapa kasus gempa interface biasanya diikuti oleh guncangan spontan yang cukup kuat.

Dalam beberapa kasus, ungkap Andrean, aktivitas gempa interface memiliki potensi untuk mempengaruhi seismisitas pada patahan aktif yang tersegmentasi di sepanjang daratan Sumatra yang bergerak pada arah dekstral atau menganan.

Beberapa kejadian gempa bumi interface merusak, antara lain gempa Aceh 2004 dan Nias 2005 yang diikuti oleh tsunami serta gempa Bengkulu 2007. Umumnya, gempa-gempa yang terjadi di zona interface memiliki pelepasan energi seismik yang besar karena dibangkitkan oleh mekanisme naik dengan dimensi patahan yang luas.

Sehingga, terangnya, gempa bumi skala 6-9 kerap terjadi dalam dua dekade terakhir ini di sepanjang subduksi Sumatra dan beberapa diikuti oleh fenomena tsunami akibat volume air laut yang digoncang karena deformasi dasar laut.

Sebelumnya, terdapat dua gempa skala M 5 pada bulan Maret akibat aktivitas subduksi di pesisir barat Aceh dan dirasakan hingga III MMI di daerah Simeuleu serta terakhir pada Senin, 20 Juni terjadi gempa pada kedalaman 77 km dengan magnitudo 4.8 yang dirasakan sekitar III-IV MMI.

“Sejauh ini belum ada informasi gempa susulan dari gempa yang tadi terjadi,” ujarnya.

Andrean menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir dan panik dalam menanggapi informasi yang tidak benar dan berlebihan. Gempa yang terjadi itu tidak diikuti oleh fenomena tsunami dan gempa susulan hingga pada pagi menjelang siang ini serta tidak ada laporan kerusakan.

“Masyarakat diminta bisa memahami kondisi kegempaan di daerah tempat tinggal, selalu waspada dan tetap mengikuti informasi resmi terkait gempa bumi dari media sosial BMKG dan kanal-kanal berita yang valid,” pungkasnya.

Shares: