News

Jurnalis Inggris hilang di hutan Amazon

Jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar masyarakat adat, Bruno Pereira, hilang saat meliput di sebuah daerah terpencil dan tanpa hukum di hutan hujan Amazon dekat perbatasan Braz dengan Peru.
Ilustrasi, penduduk asli dari suku Mura terlihat di tanah adat yang tidak bertanda di dalam hutan hujan Amazon dekat Humaita, Negara Bagian Amazonas, Brazil, 20 Agustus 2019. (ANTARA/Reuters/Ueslei Marcelino/as)

POPULARITAS.COM – Jurnalis Inggris Dom Phillips dan pakar masyarakat adat, Bruno Pereira, hilang saat meliput di sebuah daerah terpencil dan tanpa hukum di hutan hujan Amazon dekat perbatasan Braz dengan Peru.

Keduanya terakhir kali terlihat pada Minggu (5/6/2022) dini hari. Angkatan Laut Brazil, Senin (6/6/2022) mengerahkan 10 personel mencari keberadaan mereka.

Phillips (57) merupakan wartawan lepas, pernah menulis soal Brazil untuk sejumlah surat kabar di antaranya Guardian, Washington Post, New York Times, dan berbagai media lainnya.

Sedangkan Pereira, merupakan pakar di Brazil paling mumpuni menyangkut suku terisolasi.

Phillips bersama Pereira dilaporkan melakukan perjalanan dan peliputan jurnalistik di Lembah Javari.

Javari merupakan daerah tempat keberadaan sebagian besar masyarakat adat yang paling terisolasi di dunia.

Daerah itu memiliki luas seperti Irlandia dan terancam kondisinya oleh pembalak hutan dan pemburu liar.

Selain itu, di daerah tersebut ada peningkatan pergerakan kelompok-kelompok penanam koka yang memproduksi bahan mentah untuk kokaina.

Juru bicara angkatan laut Brazil, Cibelly Lopes, mengatakan tim pencari dari akan tiba di daerah terisolasi Atalaia do Norte sekitar pukul 19.00 waktu setempat.

Tim itu, kata Lopes, kemudian akan mengarah ke wilayah permukiman tepi sungai Sao Gabriel, tempat Phillips dan Pereira terakhir kali terlihat pada Minggu.

Sementara itu menurut Survival International, sebuah lembaga nirlaba yang membela masyarakat adat mengatakan Pereira sebelumnya pernah mendapat sejumlah ancaman terkait kegiatannya selama bertahun-tahun bersama suku-suku asli. (Reuters/ANT)

Shares: