News

Kesehatan dan Kualitas Pendidikan Di Tengah Pandemi Harus Tetap Terjaga

Zona Status Covid-19 Berubah, Sabang Kembali Belajar Tatap Muka
Penyemprotan cairan disinfektan di ruang sekolah. (Foto: Voa)

POPULARITAS.COM – PKBI Aceh bekerjasama dengan Universitas Abulyatama dan Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) Aceh melakukan talkshow secara virtual dengan tema “Diary Pengabdian Dokter dan Guru Masa Covid-19; Antara Ancaman Kesehatan dan Kualitas Pendidikan”

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Puskesmas Indonesia, Mustakim mengatakan, pengabdian dokter dalam masa pandemic ini cukup besar. Pengembangan kesehatan global yang mulai pada tahun 1900-an menjadi tantangan baru kesehatan internasional, mulai dari HIV-AIDS , SARS Flu Burung, ebola, flu babi dan saat ini yang menjadi perhatian serius terkait dengan SARS Covid-19.

“Penekanannya lebih kepada bio security dan upaya untuk pencegahan penyebaran penyakit menular dengan penguatan pelayanan primer dalam upaya kesehatan promotif dan preventif,” kata Mustakim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/9/2020).

Menurutnya, di masa pandemi ini, posisi dokter di Indonesia dan seluruh dunia bersama dengan tenaga kesehatan lainnya, menjadi pilar utama, garda terdepan dan sekaligus benteng terakhir dalam penanganan pandemi.

Sementara itu, Manager Operasional Laboratorium Penyakit Infeksi Unsyiah dan Pengurus PDKI Pusat, Ichsan menuturkan, secara umum pemeriksaan Covid-19 ada 3 jenis yaitu pemeriksaan realtime PCR atau quantitative PCR, yang menjadi rujukan atau global dan standar dari WHO. Karena ini, kata dia yang dianggap paling reliable untuk menetapkan diagnosa.

“Di Aceh terdapat 2 lab yang menjadi lab jejaring lab rujukan nasional untuk pemeriksaan Covid-19 yaitu lab Balitbangkes dan laboratorium penyakit infeksi Unsyiah. Pemeriksaan PCR merupakan pemeriksaan yang rumit karena mengagungkan kebesaran Allah,” ucapnya.

Jenis kedua, jelasnya yaitu gene sekuensing jauh lebih bagus karena memeriksa kecocokan rantai basah pada DNA virusnya, namun tidak bisa dilakukan karena lebih mahal.

“Ketiga yaitu pemeriksaan rapid test (antibody dan anti gen) yang secara persentase 62-88% masih ada kemungkinan kelirunya,” katanya.

Praktisi Pendidikan dan Dosen Universitas Abulyatama, Tuti Marjan Fuadi dalam diskusi virtual tersebut, menyetakan di tengah pandemi saat ini, seluruh aspek pendidikan dikejutkan dengan adaptasi baru.

Artinya, kata dia, ada metode yang berubah drastis dari yang sebelumnya. Ini, lanjutnya menjadi tantangan tersendiri di tengah pandemi virus corona.

“Kita semua dikejutkan dengan adaptasi baru karena wabah ini. Belajar dilakukan secara jarak jauh dan belajar di rumah masing-masing berbasis online, dilakukan oleh semua baik sekolah maupun universitas. Tujuan belajar ini dilakukan untuk menghindari kontak fisik dan memutus mata rantai penyebaran penularan virus covid-19,” kata dia.

Namun dampak dari metode ini, menurutnya bukan hanya siswa saja yang menemui kendala, tapi juga bagi tenaga pendidik serta orang tua yang juga harus mendapatkan perhatian serius.

Editor: dani

Shares: