Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

Kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheue, objek wisata sejarah dan religi di Banda Aceh

Kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheue, objek wisata sejarah dan religi di Banda Aceh

POPULARITAS.COM – Mungkin bagi sebagian orang, bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam masih meninggalkan bekas serta menjadi kenangan emosional tersendiri.

Meski hampir 20 tahun berlalu, jejak tragedi yang maha dahsyat itu masih dapat kita temui hingga sekarang, salah satunya dengan keberadaan kuburan massal para korban tsunami di Ulee Lheue.

Berada di kawasan Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, kuburan massal ini kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah sekaligus religi yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan.

Banyak korban tsunami yang dikebumikan di sini. Diduga ada belasan ribuan korban yang jasadnya sudah tidak dapat dikenali lagi, pasca hantaman gelombang laut puluhan meter, yang dikuburkan di tempat ini.

Lokasi tersebut tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir para korban, namun juga menjadi simbol duka, namun penghormatan serta bukti ketangguhan masyarakat Aceh menghadapi bencana besar.

Jika kita mengulas kembali bencana itu, berawal dari gempa bumi berkekuatan 9 skala richter lebih yang mengguncang dasar lautan, sehingga menyebabkan gelombang laut raksasa yang menghantam daratan pada 26 Desember 2004.

Gempa ini tak hanya dirasakan di Tanah Rencong, namun hingga ke Pulau Nias, Sumatera Utara, bahkan ke beberapa negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Srilanka, Malaysia dan yang lainnya.

Seluruh bangunan dan rumah, juga termasuk infrastruktur yang ada, dilumat habis oleh gelombang yang tingginya diperkirakan mencapai hingga 30 meter tersebut. Korban jiwa berjatuhan, tercatat sekitar ratusan ribu orang meninggal dunia.

Di tengah kekacauan itu, ribuan jenazah tak dapat lagi dikenali. Pemerintah dan semua pihak yang terlibat langsung menangani situasi darurat ini dengan membuat kuburan massal para korban tsunami.

Tak hanya di Ulee Lheue, sebenarnya juga ada beberapa kuburan massal lain di Aceh, seperti kuburan massal di kawasan Siron dan Lhoknga, Aceh Besar, serta wilayah lainnya yang ikut menjadi tempat penguburan korban tsunami.

Diketahui, lokasi kuburan massal Ulee Lheue tersebut merupakan lokasi bekas Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh yang juga ikut rusak parah akibat hantaman gelombang tsunami kala itu.

Bangunan bekas rumah sakit itu juga masih ada hingga sekarang, sebagai bukti serta kenangan tragedi dahsyat yang memilukan. Sementara rumah sakit barunya berada di kawasan Mibo, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.

Tiba di depan sebuah gerbang yang bertuliskan sejumlah kalimat Arab dan Aceh untuk masuk ke area kuburan massal Ulee Lheue, kita dapat merasakan hawa kesedihan nan mencekam, terbayang akan situasi kala itu.

Kuburan tanpa nisan ini hanya dihiasi dengan jalan setapak yang dibuat khusus untuk para pengunjung atau peziarah memanjatkan doa bagi para korban, ditambah dengan adanya sebuah balai dan papan petunjuk kuburan.

Hingga sekarang kuburan massal ini masih kerap dikunjungi para wisatawan yang melancong ke Aceh, khususnya kota Banda Aceh. Mereka tak hanya berasal dari lokal, bahkan ada wisatawan yang berasal dari mancanegara.

Kuburan massal Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. FOTO :  popularitas.com/Hafiz Erzansyah

Warga daerah yang berjuluk Bumi Serambi Mekkah ini sendiri juga masih kerap datang ke sini untuk sekadar berziarah, mengirimkan doa bagi sekaligus melantunkan ayat suci Alquran bagi para korban. “Biasanya datang ke sini pas mau bulan puasa atau pas lebaran, sekedar ziarah dan doa,” ucap seorang warga Yanti yang berasal dari Gampong Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja.

Yanti menganggap bahwa kuburan massal Ulee Lheue sebagai tempat terakhir anggota keluarganya yang hilang saat tsunami. “Keluarga banyak yang hilang tidak diketahui, jadi hanya ke sini kita bisa ziarah,” ungkapnya.

Tak hanya itu, kuburan massal Ulee Lheue juga pernah menjadi lokasi hari peringatan bencana gempa dan tsunami Aceh. Biasanya, Pemerintah Aceh bakal menggelar zikir dan doa bersama dalam peringatan tersebut.

Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal menambahkan, peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 2004 silam, tinggalkan luka mendalam bagi seluruh rakyat. namun begitu, ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian tersebut. Saat ini, terdapat beberapa situs yang menggambarkan peristiwa dahsyat tersebut telah dijadikan objek wisata religi, seperti Masjid Ulee Lheue dan juga kuburan massal di Ulee Lheu.

Pihaknya sendiri, pada beberapa kesempatan kerap menjadikan kawasan tersebut untuk dilangsungkan kegiatan untuk mengenang momen peristiwa itu sebagai bentuk instrospeksi diri. ragam situs tersebut, kini juga telah jadi objek wisata yang kerap dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Disbudpar Aceh sendiri,  telah menjadikan situs-situs tersebut sebagai objek wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan saat berpergian ke Banda Aceh.

Jadi, keberadaan situs tsunami seperti perkuburan massa di Ulee Lheue, tidak hanya sebagai objek wisata religi, tapi juga dapat dijadikan sarana dan tempat edukasi bagi para peneliti, wisatawan dan pelajar sebagai refleksi penting tentang dahsyatnya peristiwa tsunami yang pernah terjadi di Aceh, ujarnya.

Pada Rabu, 9 Oktober 2024 kemarin, Kepala BNPB, Suharyanto sempat berziarah ke kuburan massal Ulee Lheue di tengah kesibukannya dalam kegiatan peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), agenda tahunan yang digagas BNPB setiap Oktober.

Suharyanto berziarah didampingi Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA beserta para unsur forkopimda lainnya, termasuk Pj Wali Kota Banda Aceh, Ade Surya. Mereka menabur bunga di kuburan massal itu.

Usai ziarah, Suharyanto menekankan pentingnya mengambil pelajaran dari bencana yang pernah terjadi. Ia pun memuji perkembangan Aceh setelah 20 tahun pasca tsunami, sembari mengingatkan agar kesiapsiagaan dan mitigasi bencana terus ditingkatkan. “Aceh memiliki keindahan alam dan sumber daya yang luar biasa, namun juga memiliki indeks bencana yang tinggi. Kita harus belajar dari pengalaman tsunami 2004, agar langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan semakin baik di masa depan,” ujarnya.

Shares: