Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehNews

Menengok jejak Belanda di Tanah Rencong

POPULARITAS.COM – Kompleks pemakaman militer Belanda, Kerkhof Petjut di Kota Banda Aceh merupakan salah satu saksi bisu Negara Kincir Angin itu pernah menjajah Indonesia.

Lokasi kuburan yang berada di kawasan Desa Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Apalagi, lokasinya bersebelahan dengan Museum Tsunami Aceh.

Di dalam kompleks itu, 2000 lebih tentara Belanda yang tewas dalam perang Aceh dikuburkan. Pemakaman Kherkof merupakan kuburan terbesar kedua tentara Belanda setelah pertama terbesar di negaranya.

Penjaga makam, Amri menjelaskan, pemakaman Kerkhof Petjut di Banda Aceh merupakan bukti monumental perang Aceh yang masih tersisa.

Selain itu, pemakaman ini menjadi bukti kuat sekaligus simpul yang merangkaikan kisah sejarah dari berbagai sudut pandang yang menghubungkan sejarah masyarakat Aceh dengan dunia.

“Kompleks pemakaman itu dibuka setiap hari, mulai dari pagi hingga sore,” kata Amri, beberapa waktu lalu.

Amri menyebutkan, dari 2.200 nisan dalam komplek, terdapat empat makam yang merupakan milik tentara Belanda berpangkat jenderal, salah satunya yaitu Johan Harmen Rudolf Kohler.

Rudolf Kohler ditembak mati oleh pejuang Aceh dalam perang sekitar tahun 1873 di kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Kutaraja (saat ini Banda Aceh).

Saat itu, Kohler terkena peluru tepat di jantungnya. Lalu, mayatnya dibawa ke Singapura dengan kapal uap Koning der Nederlanden, kemudian dibawa dan dimakamkan di pemakaman Tanah Abang, Batavia, (saat ini Jakarta).

Pada tahun 1976, pemakaman tersebut digusur, mayat Kohler kemudian dibawa ke Aceh dan dimakamkan di pemakaman Kerkhof Petjut. Pemakaman Kohler di Tanah Rencong setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Aceh

“Dia ditembak di depan Masjid Raya Baiturrahman, sehingga saat itu sempat dibangun monumen di sana, pas di lokasi Kohler tertembak,” kata Amri.

Makam Meurah Pupok

Selain kuburan tentara Belanda, di dalam kompleks pemakaman Kerkhof Petjut juga terdapat kuburan milik Meurah Pupok, yang merupakan putra kesayangan Kerayaan Aceh yakni Sultan Iskandar Muda.

Di dalam kompleks itu, makam Meurah Pupok terpisah dari makam lainnya. Demikian juga dengan nisannya yang menonjolkan ciri khas Islam. Konon, Meurah Pupok disebut-sebut dihukum rajam oleh ayahnya sendiri, Sultan Iskandar Muda karena putra kesayangannya berbuat zina. Karena itulah, Meurah Pupoh dimakamkan terpisah dari pemamakaman raja-raja Aceh lainnya.

Makam Meurah Pupok di Kerkhof Petjut di kawasan Desa Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Foto: Muhammad Fadhil

Saat kejadian itulah muncul pepatah sultan, “Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat pat tamita.” Artinya adalah “Meninggal anak diketahui kuburan, hilang adat dimana kita akan mencarinya”.

Di sisi lain, keputusan Sultan Iskandar Muda saat itu juga menunjukkan bahwa hukum tidak boleh tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Kontroversi

Tentang kebenaran hukuman rajam untuk putra Sultan Iskandar Muda itu masih menuai kontroversi. Ada yang mengatakan benar adanya, ada pula yang menyebut bahwa itu hanya fitnah belaka dari orang dekat sultan.

Fitnah disebut-sebut sengaja dimunculkan agar Meurah Pupok terjerat perbuatan zina. Hal itu dilakukan sebagai upaya dalam menggulingkan sosok tersebut sebagai ahli waris Kerajaan Aceh setelah Sultan Iskandar Muda meninggal.

Saat ini, makam Meurah Pupok terawat dengan baik seperti makam prajurit dan jenderal Belanda di sekelilingnya. Makam putra mahkota raja itu pun sudah dipagari dan nisannya sudah dibalut dengan kain, guna hilangnya ornamen pada nisan.

Menggaet Wisatawan

Pemakaman Kerkhof Petjut menjadi salah satu objek wisata sejarah di Tanah Rencong. Lokasinya yang berada di pusat jantung kota Banda Aceh, memudahkan para wisatawan untuk mengunjunginya.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) terus melakukan upaya-upaya dalam menggaet wisatawan ke Tanah Rencong, salah satunya melalui media promosi.

Selain itu, Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal mengatakan, Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota juga terus membenahi infrastruktur pariwisata, seperti melengkapi fasilitas yang ada guna memanjakan wisatawan yang berkunjung.

Di samping itu, ujar Almuniza, Pemerintah Aceh bersama pemerintah kabupaten/kota juga terus memperbanyak kegiatan-kegiatan pariwisata, termasuk menyangkut seni dan budaya. Ini bertujuan untuk mendatangkan wisatawan dari luar.

“Dengan adanya event-event, maka wisatawan bakal tertarik ke Aceh,” ungkap mantan Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) itu.

Shares: