News

Mengenal Sosok Taqwallah Sang Calon Sekda Aceh yang Baru

TAQWALLAH hanya seorang anak guru, yang lahir di Lubuk, Aceh, pada 4 Mei 1964 silam. Namun, kini Taqwallah disebut-sebut bakal dilantik sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh definitif setelah posisi tersebut lama diisi oleh pelaksana tugas (Plt) Helvizar. Kabar itu sudah beberapa hari terakhir berhembus, tetapi baru hari ini dipastikan setelah selembar undangan datang ke ruang redaksi popularitas.com, Rabu, 31 Juli 2019.

Siapa sebenarnya Taqwallah yang pernah bernasib apes saat menumpang pesawat Hanakaru Hokagata milik Irwandi Yusuf itu?

Taqwallah merupakan seorang birokrat yang berlatarbelakang medis. Dua deret gelar di depan dan belakang namanya, dr dan M.Kes, merupakan pembuktian ihwal pria tersebut merupakan seorang lulusan ilmu eksakta.

Taqwallah memulai karirnya sebagai seorang Kepala Puskesmas di Seunuddon Aceh Utara pada 6 November 1995. Lima tahun kemudian, wilayah tugasnya digeser ke Puskesmas Samalanga dengan posisi yang sama pada 25 September 2000.

Suami Safrida Yuliani ini juga pernah menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan di Simeulue pada 1 November 2000. Kemudian menjabat kepala dinas secara sah pada 3 Januari 2003, setelah sebelumnya dipercaya menjadi Kepala Kantor Pelayanan RSU Simeulue.

Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004 lalu membuat Taqwallah kemudian ditarik ke Banda Aceh. Oleh Kuntoro Mangkusubroto dia kemudian diminta untuk menjabat sebagai Kepala Perwakilan Wilayah IV BRR NAD-Nias pada 5 Juli 2006.

Namun, karirnya sebagai kepala perwakilan tersebut tak lama diampu karena disebut-sebut ada yang tidak senang dengan sistem kerja Taqwallah. Alhasil, putra pasangan H Razali Cut Lani dan Hj Rohani Harun (almarhumah) tersebut kemudian dicopot. Pun begitu, Kuntoro Mangkusubroto kadung percaya kepada Taqwallah. Alih-alih meninggalkan pria tersebut, lulusan S2 Manajemen Kesehatan UI ini malah didaulat ke tempat lebih tinggi sebagai Wakil Deputi Bidang Operasi BRR NAD-Nias.

Setelah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) bubar, Taqwallah tetap menjadi salah satu leader di Badan Kesinambungan Rekonstruksi Aceh-Nias (BKRA). Di lembaga ini, dia ditempatkan sebagai Kepala Bidang Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Januari 2010, Taqwallah kemudian diajak Irwandi Yusuf untuk menjadi Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan dan Hubungan Luar Negeri. Lantas dua tahun kemudian didaulat sebagai Asisten Ahli Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP).

Anehnya setelah mendapat kesempatan bekerja di bawah kepemimpinan Menteri Sudirman Said, Aceh kembali meminta Taqwallah untuk membantu pemerintahan di daerah. Dia kemudian diserahkan jabatan sebagai Kepala Dinas Kesehatan Aceh pada 2013 dan kembali menjadi Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Hubungan Luar Negeri pada 2014.

Pada tahun yang sama, Taqwallah juga tercatat sebagai Staf Pengajar Luar Biasa pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Penerima piagam penghargaan sebagai dokter teladan pada 1996 itu kemudian diminta menjadi Penasehat Khusus Gubernur Aceh pada 30 April 2015, tepatnya masa kepemimpinan dr Zaini Abdullah-Muzakir Manaf.

Karir Taqwallah belum berhenti sampai di situ. Sejumlah jabatan penting, mulai dari Tenaga Ahli Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kementerian ESDM pada 2015, dan menjadi Kepala Unit Percepatan dan Pengendalian Pembangunan Infrastruktur Kementerian ESDM dua tahun sesudahnya.

Setelah Irwandi Yusuf memimpin Aceh bersama Nova Iriansyah, Inovator TOP 9 Inovasi Pelayanan Publik Kemenpan pada 2014 ini kemudian kembali dipanggil untuk menjabat sebagai Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh dari 2017 hingga 2018. Terakhir dia juga pernah dipercaya menjadi Plh Sekretaris Daerah Aceh yang saat itu turut digadang-gadang bakal menjadi pengganti Darmawan.*(RED)

Shares: