Home News Pakar Timur Tengah Gedung Putih Mundur Diduga Terkait Status Yerusalem
NewsPolitik

Pakar Timur Tengah Gedung Putih Mundur Diduga Terkait Status Yerusalem

Share
Share

POPULARITAS.COM – Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan Kota Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel mengecewakan banyak pihak. Salah satu penasihat urusan Timur Tengah, Dina Powell, memilih mundur diduga terkait dengan langkah Trump.

Dilansir dari laman AFP, Sabtu (9/12/2017), kabar mundurnya Powell disampaikan pada Jumat kemarin. Namun, dia baru efektif meninggalkan posisinya awal 2018 mendatang.

Keputusan mundurnya Powell sebagai anggota tim penasihat urusan Timur Tengah pimpinan menantu Trump, Jared Kushner, mengundang banyak pertanyaan. Sebab, dia tidak menyampaikan alasan pengunduran dirinya.

Hanya saja, Sekretaris Biro Pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, berdalih mundurnya Powell tidak terkait dengan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Powell selama ini dikenal sebagai analis dan penasihat unggulan urusan Timur Tengah. Dia lahir di Mesir dan fasih berbahasa Arab.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar pertemuan darurat sehari setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan Kota Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Hampir sebagian besar anggota DK PBB menentang langkah Trump dan tetap tidak mengakui klaim itu.

Dilansir dari laman Al Arabiya, perwakilan tetap untuk PBB dari Inggris, Italia, Jerman, Prancis, dan Swedia menyatakan keputusan Trump tidak sejalan dengan resolusi perdamaian PBB buat kawasan itu. Sebab, Menurut kesepakatan, wilayah Yerusalem Timur yang dicaplok Israel adalah bagian dari Palestina.

Menurut Koordinator Khusus untuk PBB buat perdamaian Timur Tengah, Nikolai Mladenov, keputusan Trump soal status Yerusalem membahayakan dan justru memantik pertikaian.

Sedangkan perwakilan Prancis menyatakan persoalan Yerusalem harus diselesaikan oleh Israel dan Palestina. “Permasalahan Yerusalem adalah perkara khusus yang dimensinya melampaui Israel dan Palestina,” kata mereka.

Sedangkan bagi Inggris, mereka tetap terus menekan Israel dan Palestina melanjutkan perundingan damai serta menghindari kekerasan yang bisa merusak. Mereka juga hanya mengakui negosiasi harus berdasarkan kesepakatan perbatasan dibuat pada 1967.

Bagi perwakilan Mesir, status Yerusalem sampai saat ini masih dianggap status quo, dan tidak berubah walau ada klaim oleh Trump. Sedangkan perwakilan Swedia menyatakan keputusan Trump hanya menguntungkan satu pihak dan bertentangan dengan banyak negara.

“Kami tidak mengakui keputusan Washington yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata perwakilan Swedia.

Sikap sejumlah perwakilan negara di DK PBB itu membikin Duta Besar AS, Nikki Haley, tersudut. Namun, dia tetap pasang badan terkait kebijakan ditetapkan oleh Trump.

“Israel tidak akan bisa dipaksa untuk menyetujui kesepakatan yang membahayakan. Kami tetap berjanji akan terus mengawal proses perdamaian di Timur Tengah,” kata Haley.[acl]

Sumber : merdeka.com

Share
Tulisan Terkait
News

Basarnas Banda Aceh evakuasi jasad warga Yunani dari Selat Banggala

POPULARITAS.COM – Tim SAR mengevakuasi seorang ABK kapal asing pengangkut curah yang...

Pemkab Pidie raih penghargaan WTP ke-10
News

Pemkab Pidie raih penghargaan WTP ke-10 dari BPK RI

POPULARITAS.COM – Pemerintah Kabupaten Pidie, kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)...

Angin puting beliung robohkan lima rumah dan balai pengajian di Aceh Utara 
News

Angin puting beliung robohkan lima rumah dan balai pengajian di Aceh Utara 

POPULARITAS.COM – Setidaknya lima rumah warga serta satu balai pengajian dilaporkan rusak...

Polisi tak temukan unsur pidana dalam kasus temuan gudang elpiji oleh Kodam IM di Banda Aceh
News

Polisi tak temukan unsur pidana dalam kasus temuan gudang elpiji oleh Kodam IM di Banda Aceh

POPULARITAS.COM – Pada Jumat, 23 Mei 2025 dini hari kemarin, tim intelijen...