FeatureNews

Parfum Neelam Geutanyoe bangkit dari keterpurukan Pandemi Covid-19

Muhammad Haikal, pemilik usaha Parfum Neelam Geutanyoe

POPULARITAS.COMPandemi Covid-19 secara umum telah berakhir. Kurun waktu dua tahun masa sulit itu, sebabkan perekonomian banyak negara alami gangguan, termasuk Indonesia.

Kontraksi ekonomi akibat Covid-19 yang menghantam ekonomi negara, berimbas besar bagi para pekerja sektor Industri, dan juga pelaku industri kecil dan menengah.

Muhammad Haikal selaku pemilik IKM Neelam Geutanyoe, merasakan betul imbas Covid-19 itu. Namun hal tersebut membuatnya semakin tangguh menjalankan usahanya, dan tekad untuk terus tumbuh dan besar bersama usaha miliknya itu.

“Usaha Neelam Geutanyo ini sendiri, lahir karna saya di PHK dampak Pandemi Covid-19,” katanya mengawali pembicaraan kepada popularitas.com beberapa waktu lalu.

Sebab tak miliki gaji dan sumber pendapatan lagi, dirinya memutar otak untuk memulai usaha. Ia melihat peluang usaha untuk memproduksi parfum, sebab saat itu, Aceh tengah booming minyak wangi berbahan dasar nilam.

Puncak Covid-19 dirinya menekuni belajar cara membuat parfum. Dirinya mengaku mendapatkan ilmu dari Sumber di YouTube, dan juga belajar langsung dari pelatihan yang digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, serta mendatangi Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK).

Berbekal dari pengetahuan yang Ia peroleh di YouTube itu, dirinya memberanikan diri memproduksi minyak wangi dengan merek Parfum Geutanyoe. Guna memperkaya ilmu, sejumlah seminar Ia ikuti, baik yang diselenggarakan oleh Disperindag ataupun ARC USK.

“Modal awal memproduk Parfum Neelam Geutanyoe hanya Rp800 ribu,” ungkapnya.

Salah satu varian Neelam Geutanyoe

Muhammad Haikal yang mengaku berasal dari Pidie, salah satu kabupaten di provinsi ujung barat Sumatra itu, selanjutnya memasarkan produk yang Ia hasilkan dengan cara menjualnya kepada kawan, keluarga, dan juga mendatangi rumah-rumah dan warung-warung kopi yang ada di Banda Aceh, dan juga Aceh Besar.

Awal-awal berjualan, respon masyarakat beragam, ada yang menertawakan, namun ada juga yang membeli. Hal-hal itu justru membuatnya semakin gigih untuk membuktikan usaha yang Ia rintis harus berhasil.

Kegigihan Muhammad Haikal berbuat positif, hal itu ditandai dengan bergabungnya Neelam Geutanyoe dengan wirausaha unggulan Bank Indonesia (WUBI). Dan selama berkecimpung bersama WUBI, dirinya kerap mengikuti berbagai bazaar, dan menjadi sponsorship berbagai even yang diselengarakan oleh Bank Indonesia. “Target saya memang promosi menjadi penting agar bisa jualan produk,” tukasnya.

Saat ini, sambungnya lagi, dirinya telah memproduksi Parfum Neelam Geutanyoe sebanyak 1.000 pcs setiap bulannya. Sementara itu pemasaran dirinya menggunakan jasa endorsment dan bahkan menempatkannya di sejumlah toko di Banda Aceh dan Aceh Besar yang telah menjadi reseler.

Muhammad Haikal menjamin bahwa produknya lebih unggul dibandingkan parfum serupa yang beredar di pasaran. Hal itu dikarenakan untuk meracik dan memproduksi Neelam Geutanyoe, dirinya menggunakan bahan baku kualitas terbaik, yakni ekstrak nilam kualitas tinggi.

“Bagi saya, kualitas itu nomor satu, untuk bangun kepercayaan konsumen,” katanya.

Haikal memberikan jaminan bahwa produk Parfum Neelam Geutanyoe tidak menggunakan alkohol saat di produksi. Karena itu aroma wangi yang dihasilkan dapat bertahan hingga 8 jam saat di Pakai.

Selain distribusi pemasaran di Aceh, Ia juga telah menjual  produknya di daerah lain di Indonesia, seperti Medan, Jakarta, Bandung dan bahkan hingga negeri jiran Malaysia. Namun dirinya mengaku fokus penjualan tetap di Banda Aceh dan Aceh Besar. “Di Aceh, ada 10 reseler yang menjual produk Parfum Geutanyoe,” terangnya.

Parfum Geutanyoe yang di produksi Muhammad Haikal terdapat beberapa jenis aroma, yakni Seulanga, Kopi, One Jack, Jeumpa dan Meulu. Namun untuk beberapa even tertentu, Muhammad Haikal menyebutkan dirinya memproduksi parfum edisi terbatas. “Contoh saat HUT RI, kita ada bikin parfum spesial edisi perayaan kemerdekaan,” tambahnya.

Dalam memasarkan produknya, Haikal juga ikut menggunakan metode online melalui e-commerce seperti Shopee, Lazada dan ikut mempromosikan melalui Instagram @neelam_geutanyoe.

Tetapi bagi konsumen yang hendak mengorder produknya, dapat langsung mengunjungi tempat produksinya di Lingke, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.  Untuk harganya dibanderol Rp 25 ribu dengan ukuran 10 ml, dan Rp 100 ribu untuk ukuran 30 ml.

“Untuk nilam kita ambilnya di Aceh Selatan, karena kualitasnya bagus disana,” imbuhnya. 

Dalam kurun waktu tiga tahun sejak beroperasi, Neelam Geutanyoe berharap memiliki store maupun pabrik dalam memproduksi produknya. Haikal menyadari pentingnya untuk menigkatkan volum penjualan dengan penetrasi pasar. Karena itu ia berharap tantangan digital marketing yang ia hadapi saat ini dapat terselesaikan. 

“Tantangan berada digital marketing karena jalannya belum dapat. Dan pun susah laku di media sosial, bahkan sampai sekarang belum terwujud. Sekarang masih lobi-lobi orang dinas ataupun dipasarkan secara door to door . lebih banyak laku seperti itu,” tukasnya. 

Selain itu juga berharap dapat memiliki tim yang kokoh dalam memasarkan produk. “Harapnya juga dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain sehingga memiliki tim dalam bekerja,” tutupnya.

Shares: