EkonomiNews

Pemerintah Aceh sepakati Bentuk Tim Pengendali Harga TBS

Harga TBS sawit, sejak beberapa pekan ini, mengalami penurunan yang sangat signifikan, yakni dari harga Rp1700 perkilogram, saat ini, harganya hanya, Rp500 perkilogram hingga Rp600 perkilogram.

BANDA ACEH (popularitas.com) : Harga TBS sawit, sejak beberapa pekan ini, mengalami penurunan yang sangat signifikan, yakni dari harga Rp1700 perkilogram, saat ini, harganya hanya, Rp500 perkilogram hingga Rp600 perkilogram. Dan bahkan harganya turun tajam hingga ke level terendah. Informasi yang diperoleh Waspada, sejak, Senin, 30 Juli 2018, sejumlah petani kelapa sawit dan pengusaha, mengalami kerugian yang besar.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, A Hanan, kepada media ini, Senin (30/7), mengatakan, atas persoalan anjloknya harga TBS, pihaknya dengan DPR Aceh, telah melakukan pertemuan guna membahas hal tersebut.

Menurutnya, selain faktor internal, sejumlah faktor internal, seperti, perang dagang antara China dan Amerika, peningkatan produksi minyak nabati, seperti minyak kedelai, dan minyak bunga matahari, menjadi persoalan tersendiri yang berkontribusi pada anjloknya harga TBS kelapa sawit.

Sementara itu, terangnya, faktor internal, diantaranya dikarenakan keorganisasian antara petani dan pabrik kelapa sawit (PKS) yang masih kurang, distribusi rantai pemasaran, dan juga produksi TBS yang menumpuk pasca lebaran beberapa waktu lalu. “Saat libur panjang lebaran, banyak PKS yang menghentikan operasi, dan ini berakibat penumpukan TBS,” katanya melanjutkan.

Untuk itu, kata Kadistanbun Aceh, pihaknya akan membentuk tim penetapan harga TBS, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) RI nomor 1 tahun 2018. Dengan adanya tim ini nantinya, diharapkan dapat mendorong upaya menstabilkan harga.

Sementara itu, Kepala Bidang perbenihan, produksi dan perlindungan perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun) Aceh, Azanuddin Kurnia menambahkan, upaya lain yang akan dilakukan pihaknya untuk memastikan agar tidak terjadinya fluktuasi harga yang merugikan petani sawit, maka pihaknya akan mendorong petani dan pengusaha untuk membentuk sistem rayonisasi dalam penjualan harga TBS.

Upaya lainnya, sambung Azan, panggilan akrabnya, kerjasama antara HGU, PKS dan petani saat ini masih belum terorganisir dengan baik, dan untuk, Distabun Aceh akan mendorong adanya wadah ketiga elemen ini.

Azan juga menyampaikan bahwa, Distabun Aceh sendiri, telah mendesain program jangka menengah alam upaya penataan persawitan Aceh, diantaranya mendorong moratorium sawit dengan aksi nyata, dan menjalin kemitraan dengan instansi terkait untuk investasi di sektor industri turunan CPO. “Insya ALlah, pada tahun 2018, pihaknya akan melaksanakan replanting terhadap 12.258 hektar kebun sawit di seluruh Aceh,” paparnya.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Aceh, Sabri Basyah, kepada media ini, Selasa (31/7), menerangkan, selain faktor eksternal, yakni penurunan harga CPO dunia, yang semula 8 ribu, saat ini hanya Rp 7 ribu. Dan jelas ini berkontribusi pada penurunan harga TBS yang tajam.

Tapi, kata Sabri, penurunan harga ini memang agak aneh, sebab gab-nya terlalu jauh, dan sangat tajam, karena itu, perlu ada upaya dan langkah taktis untuk menyelamatkan petani sawit dari kerugian yang besar.

Pihaknya sendiri, terang Sabri, telah melakukan pertemuan dengan Pemerintah Aceh, dan lembaga legislatif, dan dalam rapat tersebut, dirinya menyarankan untuk segera dibentuk tim tripartid, atau lembaga yang terdiri dari tiga komponen, yakni, petani, pengusaha, dan pemerintah. Keberadaan lembaga ini nanti, jelas Sabri, akan melakukan pemantauan, dan juga berupaya untuk menstabilkan kondisi dan harga TBS yang sewaktu waktu mengalami penurunan tajam.

Sebenarnya, ungkapnya, tim ini sudah ada pada periode lalu, tapi dikarenakan pergantian pemerintahan, terjadi kevakuman, dan kiranya, pada masa pemerintahan baru ini, dapat dibentuk kembali, harap Sabri. (SAKY)

Shares: