News

Pemimpin Eropa Waspadai Krisis Dampak Klaim Kemenangan Trump

Trump Minta Perhitungan Suara Dihentikan
Calon presiden petahana Amerika Serikat, Donald Trump. (AP/Evan Vucci)

POPULARITAS.COM – Politisi negara-negara di Eropa mewaspadai krisis yang bisa membuntuti klaim kemenangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pilpres.

“Ini adalah situasi yang sangat eksplosif. Ini adalah situasi yang dapat menyebabkan krisis konstitusional di AS, seperti yang dikatakan para ahli dengan tepat. Dan itu adalah sesuatu yang membuat kami sangat prihatin,” ungkap Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer, Rabu (4/11/2020).

Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzales Laya mendesak para pemimpin di Amerika menunggu sampai semua suara terhitung sebelum mendeklarasikan kemenangan untuk pihak manapun.

Serupa Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Jossep Borrel tak mau menyimpulkan hasil pemilihan sebelum seluruh surat suara rampung dihitung.

“Rakyat Amerika telah berbicara. Sementara kami menunggu hasil pemilu. UE tetap siap untuk terus membangun kemitraan transatlantik yang kuat, berdasarkan nilai dan sejarah bersama kami,” katanya.

Sejumlah politisi khawatir akan ada kekacauan setelah hasil pemilu diungkap. Khususnya jika suara antara kedua pasangan berbanding tipis.

“Saya khawatir jika hasilnya mendekat, akan ada diskusi yang sangat-sangat panjang. Terlepas dari siapa yang menang, kampanye pemilu AS itu buruk terutama dilakukan pada masalah domestik,” ujar Peter Altmaier, sekutu politik Kanselir Jerman Angela Markel.

Pemimpin Partai The Green di Jerman, Robert Habeck menilai tatanan global akan berubah secara fundamental jika Trump kembali memenangkan Pilpres AS.

“Eropa harus bersatu. Jika tidak, akan tidak akan ada lagi yang memainkan peran internasional,” ujarnya.

Sedangkan di Inggris, Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengatakan pihaknya akan menghormati nilai-nilai demokrasi dalam menanggapi perdebatan hasil pemilihan di AS.

“Kami menghormati nilai-nilai demokrasi, dan pengawasan serta keseimbangan yang tercermin dalam sistem AS, yang kami sangat yakin akan membuahkan hasil,” kata dia.

Mantan Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt menilai fenomena ini bisa menjadi bencana jika hasil pilpres digugat ke pengadilan.

Ia menyebut AS sebagai negara dengan demokrasi terdepan di dunia. Sehingga adanya isu kecurangan dalam pemilihan umum bakal membuat dunia mempertanyakan proses demokrasi.

“Jika kita berakhir dalam perdebatan besar terkait proses (pemilihan), orang berbicara tentang pemilu yang dicuri di kanan dan kiri, kita hanya akan menaruh senyum di wajah orang seperti Presiden (Rusia) Putin dan Presiden (China) Xi,” kata Hunt.

“Mereka akan mengatakan ke rakyat mereka, ‘apakah kamu tidak bersyukur kita tidak terlibat dalam kekacauan seperti itu?’,” ujarnya.

Mantan duta besar Inggris untuk Washington, Niger Sheinwald menyinggung kinerja buruk AS di panggung dunia di bawah kepemimpinan Trump. Ia menilai petahana tersebut tidak bisa memimpin AS sebagai negara yang dibutuhkan dunia.

“Saya khawatir kita akan mendapat lebih banyak hal yang sama, atau bahkan lebih buruk, bahkan lebih tidak terduga, dan pemimpin yang lebih tidak konsisten daripada periode pertama,” ujarnya.

“(Rusia) Mendapat manfaat dari kepastian dimana pihak yang kalah tidak perlu menggunakan (klaim) campur tangan asing. Sudah saatnya Amerika kembali ke politik kewarasan. Dalam hal ini kami akan selalu mendukung,” katanya.

Sebelumnya, Trump mengaku dirinya sudah menyiapkan pesta kemenangan untuk perhelatan hari ini. Namun niat tersebut gugur karena perolehan hasil sementara yang justru mengunggulkan Joe Biden-Kamala Harris.

Trump pun menuding ada kecurangan dalam penghitungan suara. Ia mengancam akan membawa hasil pemilihan ke Mahkamah Agung dan meminta penghitungan suara dihentikan.

Sumber: CNN

Shares: