News

20 negara hadiri konferensi di UIN Ar-Raniry

Suasana gerbang UIN Ar-Raniry di sore hari, Maret 2020. Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

POPULARITAS.COM – Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh menyelenggarakan Konferensi Internasional dan AMAN Assembly yang mengusung tema ”Religious Inclusion and Peacebuilding in the World: the Perspectives of Muslims”.

Konferensi internasional yang dilaksanakan pada 14-17 Oktober 2023 di Auditorium Prof Ali Hasymi UIN Ar-Raniry ini diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh dengan The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia.

Direktur The Asian Muslim Action (AMAN) Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah dalam keterangannya, Sabtu (14/10/2023) menjelaskan bahwa konferensi tersebut akan dihadiri 500 peserta perwakilan dari 20 Negara di dunia.

Mulai dari Afghanistan, Australia, Bangladesh, Burundi, India, Indonesia, Iran, Kenya, Malaysia, Myanmar, Nepal, Nigeria, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Swedia, Thailand, United Kingdom dan Amerika Serikat.

Lebih lanjut, aktivis perdamaian yang lebih dikenal dengan panggilan Ruby Kholifah menjelaskan bahwa salah satu tujuan dari agenda ini adalah menyisir budaya beragama yang inklusif dengan menyediakan ruang pertukaran di antara muslim dan kelompok beragama serta berkeyakinan lainnya dari sejumlah negara.

“Konferensi ini diharapkan menjadi barometer dunia untuk memikirkan atau membuat sebuah kebijakan dan praktik tentang budaya beragama yang inklusif, terutama menghadirkan pembelajaran baik dari Indonesia,” ujarnya.

Pada pertemuan tersebut, pihaknya juga menghadirkan perwakilan Nahdlatul Ulama (NU) bersama Muhammadiyah, khusus untuk membicarakan tentang religious inclusion dari kacamata dua organisasi besar ini.

“Sesi hari pertama juga ingin menyediakan ruang bagi orang luar Aceh melihat Aceh secara lebih komprehensif, tidak hanya memandang Aceh dari cerita tsunami atau konflik. Mengingat bahwa saat ini telah terjadi banyak perkembangan di Aceh, terutama pasca perjanjian Perdamaian Helsinki,” terangnya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Hukum dan Syariah UIN Ar-Raniry Banda Aceh sekaligus AMAN Council, Prof Dr Kammaruzaman, MSh mengatakan bahwa melalui agenda ini, peserta akan diajak melihat Aceh lebih dekat dengan diskusi dan exposure visit ke beberapa tempat bersejarah dan gampong atau desa yang menjadi rangkaian acara, yaitu Museum Tsunami Aceh, Monumen Kapal Tsunami, Kuburan Tsunami Ulee Lheue, Desa Wisata Gampong Nusa Aceh dan Museum Rumah Cut Nyak Dien.

“Kunjungan tersebut diharapkan dapat membuka cara pandang yang selama ini diperoleh dari media, terutama dari influencer tentang Aceh,” harapnya.

Bahas Isu Keberagamaan di Asia dan Dunia

Konferensi Internasional selama dua hari mendatang dirancang untuk memberikan ruang pertukaran bagi umat Islam maupun agama dan kepercayaan lainnya, pemimpin agama, akademisi, aktivis, praktisi, media dan anak-anak muda dari organisasi dan komunitas untuk berbagi capaian, tantangan, termasuk praktik baik sejumlah isu terkait situasi keberagamaan di Asia dan dunia.

Mulai dari pencapaian umat Islam dalam mempromosikan kebebasan beragama, toleransi, dan perdamaian, termasuk mendukung kepemimpinan perempuan dan anak muda dalam pembangunan perdamaian serta mendiskusikan berbagai persoalan humanitarian, crisis, migrasi, dan perlawanan masyarakat dengan pendekatan negosiasi, serta kekerasan ekstremisme dari konteks anak muda dan perempuan, .

“Secara spesifik akan ada pembicaraan tentang Women, Peace and Security (WPS) oleh tokoh Muslim dunia. Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1325 telah dikeluarkan pada 2000 dan diharapkan bisa menjadi kerangka pikir untuk menjawab persoalan-persoalan keamanan dan perdamaian di tingkat internasional,” tegas Ruby.

Kemudian, forum ini juga akan menyediakan ruang khusus bagi anak muda bersuara dalam sesi Plenary Open Mic dengan tema “Reinventing Nonviolent Civil Resistance: Youth Peace Movement and Technology”.

Dalam tema tersebut, menjadi ruang untuk mendengar tanggapan anak muda di negara-negara di Asia tentang sejumlah isu yang berkaitan dengan budaya beragama yang inklusif, demokrasi dalam konteks pluralisme.

Di sesi paralel walk the talk, terdapat perbincangan khusus mengenai bagaimana anak muda menggunakan media sosial dalam gerakan sosial dan memerangi ujaran kebencian.

Sementara itu, Anak-anak muda di Aceh sendiri memiliki segudang cerita dan pengalaman memperjuangkan keadilan bagi korban terdampak, terlebih kelompok rentan seperti perempuan dan anak menghadapi kekerasan berbasis gender, agama, ras, hingga persoalan krisis iklim.

”Konferensi yang digelar nanti membincangkan berbagai perspektif yang komprehensif. Penting untuk melihat inklusi keagamaan dipotret dari berbagai sudut pandang, sehingga memungkinkan menemukan banyak solusi di masa depan,” terang Ruby.

Selanjutnya, hasil diskusi dua hari mendatang akan dirumuskan dalam rekomendasi untuk membangun gerakan bersama dalam mempromosikan inklusi keagamaan, termasuk secara internal menjadi masukan bagi AMAN dalam menjawab berbagai wacana dan memproyeksikan program lima tahun mendatang.

Dihadiri sejumlah Aktor Perdamaian Dunia

Dalam agenda yang berlangsung di UIN Ar-Raniry Banda Aceh tersebut, turut hadir sejumlah aktivis perdamaian, di antaranya Qutub Jahan Kidwai, perwakilan dari India yang merupakan pimpinan dari Network for Education, Empowerment, Development and Awareness (NEEDA).

Hadir pula Rehana Majid berasal dari Markaz Al Hareem berbasis di Pakistan yang memulai inisiatif bagi para ulama agama dan mendirikan platform untuk mengumpulkan perempuan dari seluruh dunia.

Dari benua Afrika, tepatnya Nigeria turut hadir secara virtual, Hamsatu Allamin yang menerima sejumlah penghargaan perdamaian dunia sejak 2016 karena menciptakan jaringan masyarakat sipil untuk perdamaian dan jaringan WPS “Voice of the Voiceless”, serta jaringan sosial korban penghilangan dan korban penculikan oleh Boko Haram.

Sementara dari Indonesia, hadir Direktur PUSAD PARAMADINA, Ihsan Ali Fauzi. Sejumlah aktivis interfaith juga turut memeriahkan gelaran konferensi mendatang, seperti Venerable Napan yang merupakan biksu asal Thailand dari The Institute of Buddhist Management for Happiness and Peace Foundation (IBHAP Foundation). Venerable telah bekerja sejak 2001 yang mendirikan For Beautiful Life Group (FBLG), sebuah kelompok biksu akademis dengan misi menerapkan ajaran Buddha untuk pengembangan diri dan sosial.

Shares: