News

China kecewa Amerika Serikat veto usulan genjatan senjata perang Palestina-Israel

China kecewa Amerika Serikat veto usulan genjatan senjata perang Palestina-Israel
Foto Dokumen: Logo Perserikatan Bangsa-Bangsa terlihat di aula Majelis Umum sebelum kepala negara mulai berpidato di Sesi ke-76 Majelis Umum PBB di New York City, AS, 21 September 2021. ANTARA/REUTERS/Eduardo Munoz

POPULARITAS.COM – China sampaikan kekecewaannya atas veto Amerika Serikat terkait genjatan senjata perang Palestina-Irael. Akibatnya, DK PBB tidak dapat menjalankan tugasnya menengahi pertempuran kedua belah pihak yang telah rengut ribuan warga sipil tersebut.

Kekecewaan itu, disampaikan oleh Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Mao Ning, dalam keterangannya, Kamis (19/10/2023) dilansir laman Antara.

“China kecewa atas penolakan Amerika Serikat terhadap resolusi PBB,” katanya.

Pada Rabu (18/10), AS mengajukan veto atas rancangan resolusi DK PBB yang diusulkan oleh Brazil untuk menuntut jeda kemanusiaan di Gaza. Resolusi yang ditentang oleh AS itu mendapat dukungan 12 negara anggota DK PBB, sementara Rusia dan Inggris menyatakan abstain.

Resolusi yang dirancang Rusia yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan pun gagal disahkan pada Senin (16/10).

“Wakil Tetap China untuk PBB telah menjelaskan posisi kami secara panjang lebar setelah pemungutan suara. Konflik Palestina-Israel terus meningkat sehingga menimbulkan banyak korban sipil dan krisis kemanusiaan serta pukulan telak terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan,” tambah Mao Ning.

China, menurut Mao Ning, mendukung DK PBB dalam memainkan perannya dan melakukan semua upaya yang bertujuan meredakan situasi dan memulihkan perdamaian.

“Selama beberapa hari berturut-turut, DK PBB telah terlibat dalam diskusi mendalam mengenai rancangan resolusi untuk Palestina dan membangun konsensus. Mayoritas negara, khususnya negara-negara Arab, mendukung DK PBB agar mengambil tindakan sesegera mungkin,” ungkap Mao Ning.

Terkini, Israel diyakini berada di balik pemboman Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza pada Selasa (17/10) malam waktu setempat, yang menewaskan sekitar 500 orang.

“China terkejut dan mengutuk keras serangan terhadap rumah sakit di Gaza yang memakan banyak korban jiwa. Kami berduka atas para korban dan menyampaikan simpati kepada mereka yang terluka,” katanya.

Mao Ning menyebut China menyerukan gencatan senjata segera dan penghentian permusuhan, pemenuhan kewajiban berdasarkan hukum humaniter internasional dan segala upaya untuk melindungi warga sipil dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih buruk.

Terkait dengan kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Israel pada Kamis (19/10) untuk menjanjikan dukungan Amerika terhadap Israel melawan Hamas, Mao Ning berharap AS dapat memberikan contoh yang adil.

“Dalam menghadapi isu-isu yang menjadi titik panas internasional dan regional, negara-negara besar harus bersikap obyektif dan adil, bersikap tenang dan menahan diri, serta memberi contoh dalam mematuhi hukum internasional,” katanya.

Ia pun berharap agar AS dapat mendorong Israel mau melakukan solusi diplomasi.

“Kami berharap AS dapat memainkan peran konstruktif dan mengembalikan permasalahan ke jalur penyelesaian politik,” tambahnya.

Konflik terbaru di Timur Tengah dipicu pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina yang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menembakkan roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas menyebut serangannya itu sebagai balasan atas penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan kekerasan yang meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel.

Militer Israel kemudian membalas dengan meluncurkan “Operasi Pedang Besi” di Jalur Gaza dan memblokade penuh kawasan itu sehingga masyarakat setempat tidak mendapatkan akses listrik dan air, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.

Lebih dari 1.400 warga Israel telah terbunuh sejak dimulainya operasi Hamas, sementara sedikitnya 3.478 warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel di Gaza.

Editor : Hendro Saky

Shares: