HeadlineKesehatan

Empat miliar manusia terancam resiko kematian akibat demam berdarah

Empat miliar manusia terancam resiko demam berdarah
Ilustrasi - Nyamuk Aedes Aegypti. (ANTARA/HO-Sutterstock)

POPULARITAS.COM – Demam Berdarah Dengue (DBD), satu dari banyak penyekit sebabkan kematian di dunia. Organisasi badan kesehatan dunia (WHO), ingatkan bahwa, empat miliar manusia saat ini beresiko terkena infeksi demam berdarah.

WHO mencatat, terdapat 5 juta kasus DBD di dunia yang menyebabkan 5 ribu kematian.

Di Indonesia sendiri, kasus kematian akibat infeksi DBD terus naik. Tahun 2022 sebanyak 131 ribu kasus dengan 1.183 kematian. Sementara, periode Januari-Juli 2023, kasus yang baru tercatat 42.690 kejadian dengan 317 kematian.

Kasus kematian akibat DBD di provinsi Aceh juga relatif tinggi. Tercatat, lima kematian akibat demam berdarah di provinsi ujung barat Suamtra tersebut dengan 952 kasus pada 2022.

Peringatan Badan kesehatan dunia PBB tentang resiko empat miliar manusia beresiko terinfeksi virus DBD, meski jadi perhatian semua pihak. Faktor perubahan cuaca jelang akhir tahun serta fenomena el nino, dapat jadi sebab penyebaran nyamuk aedes aegypti yang jadi penyebab penularan penyakit tersebut.

Pada 2023 fenomena El Nino dan perubahan iklim menyebabkan peningkatan temuan kasus demam berdarah di negara-negara yang sebelumnya terbebas dari penyakit tersebut seperti Prancis, Italia dan Spanyol.

Ketua tim arbovirus dari departemen kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi di program darurat WHO, Diana Rojas Alvarez, dalam keterangan persnya, Jumat (22/12/2023) mengatakan, pihaknya khawatirkan bahwa wabah demam berdarah terjadi di negara rentan dan negara terdampak konflik di kawasan Mediterania Timur WHO, seperti Afghanistan, Pakistan, Sudan, Somalia serta Yaman,” katanya.

Menurut Rojas, negara-negara itu secara bersamaan menghadapi wabah penyakit menular, perpindahan penduduk massal, infrastruktur sanitasi dan air yang buruk serta kembali dilanda bencana alam.

Hal serupa juga terjadi di Afrika, di mana kasus demam berdarah ditemukan pada masyarakat lokal dan orang-orang yang kembali dari 30 lebih negara Afrika, katanya.

Demam berdarah “bukan endemi di Eropa dan kebanyakan kasus biasanya terkait dengan perjalanan,” menurut badan kesehatan PBB.

Namun demikian, WHO Wilayah Eropa juga melaporkan klaster kecil dan terbatas kasus demam berdarah lokal tahun ini, kata Rojas.

Waspadai DBD sebab sangat mematikan

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto mengatakan demam berdarah adalah penyakit yang virulen, atau sangat toksik dan berbahaya.

“Demam berdarah adalah penyakit yang virulen, atau sangat toksik dan berbahaya, sehingga penyakit tersebut dapat menembus imunitas tubuh,” ujar Budi dikutip dari laman Antara, Sabtu (23/12/2023).

Budi menjelaskan bahwa nyamuk jenis Aedes aegypti dewasa yang membawa penyakit demam berdarah, biasanya menggigit di pagi dan sore hari dan hidup selama 45 hari.

“Nyamuk betinanya menggigit orang tiga hari sekali. Nah, kalau menggigit orang tiga hari sekali, berarti 15 kali dia punya kesempatan, kalau dari awal dia dewasa terus kemudian dia sudah menggigit penderita yang bawa virus ya, maka dia bisa maksimal 15 kali menularkan ke orang lain gitu,” Budi menjelaskan.

Waspadai Serangan DBD di Tengah Pandemi

Lebih lanjut Budi mengatakan, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah demam berdarah, salah satunya adalah dengan memutus mata rantai penyebaran demam berdarah melalui fogging atau pengasapan. Sementara untuk mencegah gigitan nyamuk, masyarakat dapat menggunakan repellant atau obat anti gigitan serangga serta memasang kelambu di tempat tidur bila memungkinkan.

Selain itu, bila dalam 24 jam setelah seseorang dinyatakan positif demam berdarah, rumah sakit harus menghubungi pusat kesehatan masyarakat terdekat dari lokasi rumah penderita untuk kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi.

Petugas didatangkan untuk melakukan survei ke tetangga yang tinggal di sekitar penderita, sebanyak 20 rumah atau 100 meter radius dari rumah penderita tersebut, untuk mencari tahu apakah ada yang mengalami gejala-gejala seperti demam berdarah.

“Nah kenapa 100 meter, karena jarak terbang nyamuk itu 70 meter kalau garis lurus. Itu kalau jaman dulu sebenarnya, Kalau sekarang sudah lebih dari 100 meter,” dia menjelaskan.

Apabila ditemukan tiga atau lebih orang-orang dengan gejala seperti itu, maka penyemprotan insektisida, atau fogging, perlu dilakukan. Dia mengatakan, fogging bertujuan untuk memusnahkan nyamuk dewasa sebelum melakukan siklus pengigitan atau makannya yang tiga hari sekali itu.

Budi juga menyarankan apabila menderita demam berdarah, penderita dianjurkan untuk menuntaskan perawatan di rumah sakit supaya mendapatkan nutrisi cukup sehingga durasi demam berdarah yang diderita dapat berkurang.

“Dengan vitamin dan sebagainya itu dia bisa mengurangi, karena daya tahan tubuhnya, mungkin hanya tujuh hari saja dia sakit gitu. Mungkin hanya lima hari saja dia sakit,” kata Budi.

Budi menilai, perlu ada edukasi, termasuk dari media, yang diberikan kepada masyarakat agar dapat mengenali gejala demam berdarah serta melakukan respon cepat terhadap penemuan demam berdarah, seperti cara melakukan penyelidikan epidemiologis dan fogging yang benar.

Shares: