HeadlineNews

Kala bau badan mahasiswa arsitektur USK sengat penciuman dosen

Kala bau badan mahasiswa arsitektur USK sengat penciuman dosen
Ilustrasi bau badan. Foto: Halodoc.com

POPULARITAS.COM – Surat Pemberitahuan Ketua Jurusan Arsitektur FT Universitas Syiah Kuala (USK), tentang panduan mengurangi bau badan bagi mahasiswa, jadi polemik ditengah masyarakat. Banyak yang mendukung, dan tak sedikit yang kontra.

Ihwal lahirnya surat yang ditandangani oleh Ketua Jurusan Arsitektur FT USK, Dr Laina Hilma Sari itu, didasarkan laporan dosen yang keluhkan banyak mahasiswa yang bau badan. Pemberitahuan yang awalnya ditujukan buat internal itu, akhirnya mencuat, dan memunculkan kontroversi.

Ketua Jurusan Arsitektur FT USK sendiri, sudah meminta maaf terkait dengan surat itu, seraya mengatakan bahwa, dirinya memiliki tujuan yang baik, demi menunjang aktivitas belajar dan mengajar di kampus. 

“Jika ada yang tidak berkenan, saya minta maaf, tapi sebagai pimpinan di Jurusan Arsitektur FT USK tentu punya hak memberikan nasihat,” tukasnya.

Terkait dengan surat yang dikeluarkan oleh Dr Laina Hilma Sari, mendapat dukungan dari sejumlah netizen, sebut saja misalnya pengguna akun instagram @yosuabislissin Di Universitas kami digalakkan hal ini juga, dan hal paling murah Meriah Pakai MBK, itu saran dari mereka. Menurut saya, imbauan itu tepat demi kenyamanan bersama karena kita makhluk yang berdampingan, dan harus terima masukan, dan nasihat untuk kebaikan.

Sementara, pengguna akun IG @maliqinvajra menulis, kadang yang bau badan gak nyadar kalau dia bau, sadar dirilah, mandi tiap hari, jaga kesehatan dan jaga harga diri. Akun IG @cokordaweda juga menulis, setuju banget, menghargai orang lain, dan alam harus dimulai dari diri sendiri, banyak parfum yang murah kok, dan kualitasnya bagus, minimal pakai deodorantlah.

Secara ilmiah, bau badan (bromhidrosis, osmidrosis, atau ozochrotia) disebabkan oleh bakteri yang hidup di permukaan kulit. Sebenarnya keringat yang dihasilkan tidak berbau, namun aktivitas bakteri yang membuat tubuh jadi mengeluarkan bau.

Bau badan muncul saat keringat bertemu dengan bakteri yang memecah keringat menjadi asam, sehingga muncul aroma tidak sedap.

Dukungan terkait surat itu, juga disampaikan oleh Dosen Arsitektur FT USK Dr Safwan Yusuf, Ia mengatakan, imbauan itu hal yang lumrah, seorang pengajar menasihati anak didiknya itu sesuatu yang wajar, dan pasti untuk kebaikan.

Menurutnya, sebagai Dosen di Arsitektu FT USK, imbauan itu dikeluarkan untuk kebaikan bersama, dan sebagai salah satu staf pengajar, apa yang disampaikan dalam surat itu masih dalam koridor wajar, dan menjaga kebersihan juga sesuatu yang dianjurkan dalam agama Islam. “Inikan sifatnya nasihat internal, untuk para mahasiswa,” ujarnya.

Dia menyebutkan, dalam proses belajar dan mengajar di kampus, dibutuhkan situasi, dan kondisi yang nyaman, dan hal itu akan diperoleh jika lingkungan bersih. Bayangkan, sambungnya, jika seorang dosen sedang mengajar di kelas, kemudian ada bau menyengat, itu pasti sangat menggangu bukan, celutuknya kemudian.

Apalagi kemudian, sambung Safwan Yusuf, di jurusan Arsitektur itu berbeda metode mengajar dengan fakultas lain. Disini seorang dosen harus menggunakan teknik tatap muka atau face to face dengan setiap mahasiswa, nah jika ada yang bau badan, itukan sangat mengganggu.

Namun Safwan juga bisa memahami kondisi mahasiswa yang berbau badab, beratnya praktek perkuliahan, tugas-tugas kampus, terkadang seorang mahasiswa itu tidak sempat tidur, dan bahkan jarang mandi.

Hal berbeda disampaikan salah satu alumni Jurusan Arsitektur FT USK, Zulfikar, Ia menilai, bau badan seorang mahasiswa hal yang lumrah, pasalnya, kata dia lagi, menjadi mahasiswa arsitek adalah pilihan yang berbeda dengan orang lain, dan ini konsekuensi logis.

Sebagai alumni dan pernah menjadi mahasiswa arsitektur, dirinya mengalami fase-fase banyaknya tugas, asistensi dengan dosen, dan hal-hal lainnya yang menumpuk. Hal-hal itu membuat seorang mahasiswa jadi jarang membersihkan diri.

Di era kami masih jadi mahasiswa, intensitas pertemua dengan dosen pembimbing hampir saban hari, dan interaksi itu dilakukan secara tatap muka. “Jadi mahasiswa arsitektur itu beratlah pokoknya,” ungkapnya.

Dirinya sangat mengetahui bagaimana beratnya menjadi mahasiswa arsitektur, namun tentu hal-hal seperti ini harus dicarikan solusi terbaik, agar tidak ada mahasiswa yang alami perundungan atau di bullying gegara bau badan. “Kan kasihan juga, gara-gara hal seperti ini, mahasiswa yang merasa bau badan jadi minder, dan gak mau kuliah lagi,” sebutnya.

Namun begitu, ujar Zulfikar, dirinya menilai surat yang dikeluarkan oleh Jurusan Arsitektur FT USK itu sifatnya untuk konsumsi internal, dan ketika ini menjadi ranah publik, maka dampaknya seperti saat ini, jadi polemik.

Kedepannya, dirinya berharap, pemberitahuan yang sifatnya konsumsi internal, agar Jurusan Arsitektur FT USK dapat lebih berhati-hati dan bijak mengelolanya. Agar tidak terulang kasus serupa.

Penyebab Bau Badan

Dokter spesialis kulit dr Wahyu Lestari SpKK menerangkan, bau badan disebabkan banyak faktor, baik genetik, makanan, cuaca, dan juga penyakit infeksi, serta kebiasaan seseorang kurang menjaga kebersihan. Namun hal itu dapat ditangani, dengan serangkan pengobatan, dan juga pola hidup yang sehat.

Ia menyarankan, bagi mahasiswa yang alami persoalan bau badan, untuk membiasakan diri mandi dua kali dalam sehari, dengan menggunakan sabun. Selain itu juga, memilih jenis pakaian yang dapat menyerap keringat, dan hindari memakai baju berlapis.

Kebanyakan mahasiswa, terutama anak kost, kebiasaan kerap menggunakan baju berulang, hal itu bisa jadi karena tugas banyak, tidak sempat cuci baju, atau antar baju ke binatu. Nah, hal-hal ini harus bisa dihindarkan. “Jangan pernah pakai baju yang belum di cuci,” katanya.

Faktor lain penyebab bau badan adalah jenis makanan yang dikonsumsi, sambungnya. Untuk itu, mahasiswa harus hindari memakan makanan yang dapat menyebabkan bau badan, seperti bawang merah, bawang putih.

Jika telah melaukan langkah-langkah tersebut, namun bau badan belum teratasi, dr Wahyu Lestari menyarankan mahasiswa untuk konsultasi ke dokter, sebab faktor infeksi bakteri hanya dapat dihilangkan dengan pengobatan.

 

Editor : Hendro Saky

Shares: