EkonomiFeature

Keluh kesah pedagang Banda Aceh di tengah krisis gas subsidi

Keluh kesah pedagang Banda Aceh di tengah krisis gas subsidi
Nurmaliza, pedagang di Lapangan Blang Padang, Kota Banda Aceh, Senin (20/2/2023). Foto: Riska Zulfira/popularitas.com

POPULARITAS.COM – Mentari perlahan kembali ke peraduannya, suasana sejuk pun mulai menyelimuti. Anak-anak dengan semangatnya berlari menikmati berbagai permainan yang disediakan.

Ya, Lapangan Blang Padang, menjadi salah satu tempat beristirahat, olahraga, arena bermain anak-anak sekaligus tempat dijajakan berbagai kuliner yang menggugah selera.

Maka tak heran banyak sekali pengunjung mulai dari anak-anak hingga lansia ikut menikmati sore di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.

Jajanan kuliner yang berjajar rapi di lokasi, menyuguhkan pengunjung dengan makanan yang proses memasak menggunakan kompor gas. Hal itu tak terlepas dari pemanfaatan tabung gas LPG.

Namun akhir-akhir ini masyarakat Aceh, khususnya Banda Aceh mengeluhkan kelangkaan persediaan tabung gas LPG 3 kilogram (kg). Kini keberadaannya kerap dipertanyakan oleh kalangan ibu-ibu.

Hal itupun diutarakan oleh salah satu penjual kuliner mie ayam dan bakso di Lapangan Blang Padang, Nurmaliza. Ia mengaku cukup kesusahan mencari tabung gas ukuran 3 kg tersebut. Padahal, ia membutuhkan persediaan tabung gas yang banyak untuk menjalankan usahanya.

Kala popularitas berkunjung ke warung gerobak miliknya pada Senin (20/2/2023) sore, Nurmaliza terlihat sedang memerengkan tabung gas yang berbentuk seperti buah melon itu.

“Ini sengaja dimerengkan dulu, biar gasnya dapat ditarik lagi,” katanya saat memulai percakapan dengan popularitas.com.

Langkah unik yang ia lakukan itu lantaran persediaan tabung gas miliknya meninggalkan sisa-sisa terakhir, sementara stok penjualan mi ayamnya masih banyak.

Tangannya dengan cekatan mengaduk-ngaduk sop buntut yang ada dalam dandang besar. Sesekali ia menuangnya dalam mangkuk berdiameter 10 cm yang sejajar dengan dirinya. Asap semakin mengempul dan uap panas semakin terasa.

Aroma sedap yang tercium begitu semerbak. Pengunjung datang silih berganti untuk mencoba kenikmatan mie ayam milik Nurmaliza.

Nurmaliza kembali menceritakan, selain langka, gas LPG 3 kg juga mengalami kenaikan harga, itulah yang menjadi keluhan masyarakat ujung barat pulau Sumatera beberapa waktu terakhir.

Harganya tentu berbeda dari pangkalan, karena Nurmaliza yang bukan warga asli Banda Aceh, membuatnya tidak dapat mendapatkan barang dari pangkalan. Ia harus membeli eceran dengan harga yang jauh lebih tinggi.

“Kalau di pangkalan kan diminta KTP sekarang, jadi kami beli eceran dengan harga Rp35 ribu,” sebutnya.

Lebih lanjut, ibu dua anak itu mengatakan, dirinya kini terpaksa beralih menggunakan tabung gas 5 kg. Meskipun harganya lebih mahal namun tabung berwarna pink itu mudah untuk didapatkan.

“Pas kita butuh yang 3 kg tidak ada. Jadi kita beralih menggunakan gas lima kilo saja dan ini masih bisa didapatkan di Indomaret,” tuturnya.

Kenaikan harga serta kelangkaan tabung gas ini telah dirasakan masyarakat sejak dua bulan terakhir. Bahkan katanya, satu tabung gas 3 kg hanya bertahan dua hari pemakaian, sementara tabung gas 5 kg bertahan selama tiga hari.

“Kami mengeluh, namun siapa yang mau mendengarkan kami, susah seperti ini. Meskipun mahal harusnya persediaan tetap sehingga tak membuat pedagang kecil seperti kami ini mondar-mandir mencari tabung gas,” tukasnya.

Hal serupa juga dikatakan salah satu penjual gorengan yang berada di Jalan Kopelma, Darussalam, Aceh Besar, Lena. Ia mengaku juga telah beralih penggunaan ke tabung gas 5 kg lantaran kesediaan tabung gas yang berukuran kecil itu jarang ditemui di wilayahnya.

“Saya telah beralih sejak akhir Desember 2022 kemarin, karena beberapa kali saya mencari kesedian stok tabung gas melon, namun tidak ada stok. Agar tidak berimbas pada dagangan saya, mending beralih meskipun harganya jauh lebih mahal,” kata Lena.

Perempuan asal Pidie Jaya ini, mengaku tak bisa mengambil persediaan di pangkalan, karena tak memiliki KTP alamat setempat.

“Kami sangat berharap persediaan tabung gas 3 kilogram kembali tersedia dan kami yang bukan warga asli di sini bisa membelinya,” katanya.

Tingkatkan Pengawasan

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Aceh, Nahrawi Noerdin mendesak Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan (Diskopukmdag) Kota Banda Aceh memperketat pengawasan distribusi LPG 3 kg untuk masyarakat miskin terutama mereka pelaku usaha mikro.

Nahrawi mengaku telah menerima laporan langsung dari pelaku usaha mikro yang berjualan di seputaran Banda Aceh, terkait kelangkaan gas subsidi itu.

Menurut Nahrawi, para pelaku usaha itu selama ini mendapatkan LPG tersebut di kios-kios, sementara di pangkalan susah didapatkan, selain karena harus mengantre panjang, stoknya juga terbatas.

“Harga LPG 3 kg mencapai Rp35 ribu hingga Rp40 ribu, ini sudah sangat tidak wajar dari yang seharusnya harus di jual Rp18 ribu,” sebutnya.

Nahrawi menegaskan, tidak ada alasan untuk tidak mendapatkan LPG 3 kg bagi usaha mikro. Karena dalam aturan mereka berhak mendapatkannya.

“Diskopukmdag Banda Aceh, saya harap lebih jeli melihat kondisi ini sehingga masyarakat yang berhak mendapatkan LPG 3 kg bisa dengan mudah mendapatkatnya, tentu sesuai HET,” tegasnya.

Selain itu Nahrawi mempertanyakan adanya LPG 3 kg yang dijual di kios-kios, padahal aturannya, LPG 3 kg dari agen penyalur ke pangkalan kemudian dari pangkalan langsung ke masyarakat penerima manfaat.

“Dari mana sumber LPG 3 kg di kios ini, jika ada pangkalan yang bermain, Diskopukmdag harus mengambil tindakan dengan menegur dan menghentikan suplai ke pangkalan tersebut,” pintanya.

Hiswana Migas mencatat ada 138 pangkalan di Banda Aceh, dari 3 agen penyalur. Dan semua pangkalan tersebut hampir setiap kampung ada.

“Diskopukmdag dan koperasi harus melibatkan semua elemen untuk mengawasi ini, sehingga penyaluran LPG 3 kg tepat sasaran,” tutupnya.

Dewan Menduga Adanya Penimbunan

Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Safni menilai kelangkaan tabung gas 3 kg diakibatkan karena kurangnya pengawasan dari pihak terkait saat tabung gas hendak didistribusikan kepada konsumen.

“Dan bukan itu saja yang menjadi penyebab kelangkaan gas melon ini dalam masyarakat tidak menutup kemukinan ada agen ataupun distributor yang meyimpan atau menumpuk dalam gudang untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi,” kata Safni.

Politikus Gerindra ini juga menilai penyebab kelangkaan gas subsidi itu karena jumlah peredaran tabung gas dengan kebutuhan konsumen tidak seimbang. Hal itu lantaran saat ini banyak ditemui adanya penambahan kartu keluarga (KK) baru di setiap daerah.

Apalagi, di beberapa tempat penjualan tabung gas ecer di Kota Banda Aceh terjadi penggeseran harga yang signifikan. Bahkan per tabung dijual dengan harga Rp 35 ribu hingga Rp40 ribu.

“Setelah saya berkomunikasi langsung dengan pengecer, khusus gas tipe 3 kilo di beberapa tempat di Kota Banda Aceh, ternyata benar pergeseran harga gas tipe itu benar adanya dengan kenaikan yang jauh berbeda dengan HET LPG,” tuturnya.

Untuk itu dirinya berharap agar pemerintah dapat menindaklanjuti terhadap kelangkaan tabung gas 3 kg ini, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terkendali.

“Dan bagi siapapun yang bermain dan melakukan penimbunan tabung gas LGP dianggap telah menzalimi rakyat dan harus diberi sanksi dan ditindak tegas,” tutupnya.

Polisi Selidiki Penyebab Kelangkaan

Kasatreskrim Polresta Banda Aceh, Kompol Fadhillah Aditya Pratama mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan proses penyelidikan penyebab kelangkaan tersebut.

“Ya kami lakukan pendalaman dulu, apa penyebab pastinya sehingga adanya kelangkaan tabung gas tiga kilo,” kata Fadhillah, Selasa, (21/2/2023).

Polisi tetapkan tersangka pada kasus galian C yang tewaskan dua pekerja di Aceh Besar
Kasat Reskrim Polresta Banda Aceh, Komisaris Polisi Fadhillah Aditya Pratama. Foto: Riska Zulfira/popularitas.com

Perwira menengah Polri itu mengatakan, untuk mengetahui penyebab tersebut, pihaknya juga telah melakukan upaya konfirmasi dengan dinas perdagangan setempat dan berbagai instansi terkait.

“Nanti kita juga akan cek agen dan pangkalan, namun hingga saat ini belum ada laporan masuk ke Polresta Banda Aceh,” kata dia.

Shares: