News

Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Untuk Deteksi Kerumunan

UGM kampus terbaik rangking satu di Indonesia dan peringkat 231 dunia

POPULARITAS.COM – Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem deteksi kerumunan. Ketua tim peneliti, Zulfa Andriansyah mengatakan, sistem yang dikembangkan mendeteksi kerumunan guna mencegah penularan Covid-19.

“Sekaligus, menampilkan informasi kapan dan di mana kerumunan terjadi,” kata Zulfa, Rabu (4/8/2021).

Ia menjelaskan, sistem yang diberi nama System of Detection and Crowd Mapping (Syncrom) ini dibuat berbasis Deep Learning dan WebGIS. Melalui sistem ini dapat dideteksi kerumunan dengan informasi jumlah massa dan visual kondisi lapangan.

Baik waktu dan tempat terjadinya kerumunan disajikan secara mendekati realtime. Zulfa menyebut, dengan platform yang mereka kembangkan sistem pemantauan untuk mencegah kerumunan selama pandemi bisa dilakukan terus-menerus selama 24 jam.

“Data terus diperbarui setiap 30 detik,” ujar mahasiswa Fakultas Geografi UGM tersebut.

Syncrom dikembangkan bersama empat rekan dibimbing Dr Taufik Hery Purwanto. Ada M Ihsanur Adib (Kartografi), Wahyu Afrizal Bahrul Alam (Teknologi Informasi), Malik Al Aminullah Samansya (Teknik Nuklir) dan Najmuddin Muntashir Abdussalam (Teknik Industri).

Purwarupa ini lahir lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) 2021 yang memperoleh dana hibah pengembangan sebesar Rp 9.000.000. Sistem ini juga dilengkapi fitur peringatan dini adanya kerumunan.

Peringatan adanya kerumunan di lokasi terdeteksi akan disampaikan lewat pengeras suara secara otomatis. Syncrom mendeteksi kerumunan melalui input data visual yang diproleh melalui CCTV lewat webcam yang terhubung dengan komputer lokal.

Yang mana, telah diprogram dengan deep learning mendeteksi keberadaan manusia dan memprediksi kerumunan lokasi diteruskan ke sistem untuk dianalisis. Datanya dikirim ke WebGIS dalam bentuk lokasi, waktu dan jumlah kejadian terpantau CCTV.

“Jika data yang muncul menunjukkan adanya kerumunan, maka voice alert akan berbunyi untuk memberikan peringatan,” kata Zulfa.

Nantinya, juga akan ditambahkan fitur text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan. Misalnya, ketika petugas sedang tidak berada di ruang kontrol tetap dapat menerima informasi melalui SMS atau telegram bila terjadi kerumunan.

“Belum ada produk yang mengintegrasikan deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smartphone,” ujar Zulfa.

Najmuddin menuturkan, pengembangan Syncrom berawal dari keprihatinan terhadap masih banyaknya pelanggaran protokol kesehatan, khususnya terkait jaga jarak. Padahal, mengimplementasikan prokes sangat penting mencegah penyebaran Covid-19.

“Oleh sebab itu, kami inisiatif mengembangkan alat deteksi ini guna memudahkan petugas dalam pemantauan dan segera melakukan penindakan,” kata Najmuddin.

Dalam pengembangan prototipe timnya masih menggunakan webcam, belum CCTV karena keterbatasan dana. Tapi, hasilnya dapat memantau kerumunan secara akurat. Sistem mulai dikembangkan Juni 2021 dan telah diuji lapangan dengan akurasi 75 persen.

“Walau dengan webcam bisa dihasilkan akurasi yang cukup bagus untuk mendeteksi kerumunan dengan resolusi gambar menengah dan rendah. Namun, ke depannya akan dikembangkan menggunakan CCTV beresolusi tinggi agar hasil bisa lebih akurat,” ujar Najmuddin.

Syncrom jadi inovasi teknologi yang dapat membantu petugas menegakkan prokes, terutama saat terjadi pelanggaran kerumunan. Dengan sistem ini, petugas dapat segera menindaklanjuti membubarkan kerumunan untuk mencegah penyebar Covid-19.

Sumber: Republika

Shares: