News

Masyarakat keluhkan keberadaan drainase proyek APBA 2021 di Pidie Jaya

Masyarakat Gampong Nagrhoe, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, keluhkan keberadaan bangunan proyek drainase Rp 1,2 miliar, yang bersumber APBA tahun 2021 lalu.
Penjelasan CV Madya Raya terkait dengan pembangunan saluran di Gampong Nagrhoe Barat
Proyek Drainase di Dusun Blang Usi, Ulim Pidie Jaya, proyek APBA 2021.

POPULARITAS.COM – Masyarakat Gampong Nagrhoe, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, keluhkan keberadaan bangunan proyek drainase Rp 1,2 miliar, yang bersumber APBA tahun 2021 lalu.

Proyek itu sendiri berjudul “Pembangunan drainase permukiman Nagrhoe Kab Pidie Jaya” dengan pagu anggaran Rp 1.274.000.000 DIPA Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) Aceh, tahun anggaran 2021.

Proyek tahun lalu itu dikerjakan oleh CV Madya Raya Group dengan nilai penawaran Rp 977.289.047 dari dasar HPS Rp 1.273.991.598.

Hanya saja, saluran proyek APBA 2021 tersebut, alih-alih berfungsi untuk memperlancar pengairan, masyarakat di Dusun Blang Usi Gampong Nagrhoe Barat, Ulim justru harus menerima pil pahit berupa rumah yang terendam banjir kala bencana alam itu melanda, akibat luapan dari saluran pembuang itu.

“Sudah 22 tahun saya menetap di sini, rumah kami belum pernah kebanjiran, kalaupun banjir tapi airnya tidak sampai masuk ke dalam rumah,” kata salah satu Warga Gampong Nagrhoe Barat Jailani, kepada wartawan Minggu (23/1/2022).

Sehingga diapun merasa kecewa dengan keberadaan proyek pembangunan drainase milik Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Aceh itu.

Jelasnya, sebelum proyek saluran pembuang tersebut dibangun pada tahun 2021, kalau banjir melanda, air yang disebabkan bencana alam itu tidak pernah menggenangi rumah kediamannya.

Namun pasca draisnase itu terbangun dengan kondisi bangunan yang terbilang tinggi, saat banjir tiba, air dari saluran pembuang itupun akan meluap dan meluber ke perumahan penduduk.

“Saluran pembuang ini bencana bagi kami, setelah saluran ini selesai dibangun, selama Januari 2022, kami sudah dua kali merasakan banjir, air luapan dari saluran ini ke rumah kami, ditambah lagi dengan air yang turun dari bukit, sehingga rumah kami tergenang air, sementara air di rumah kami ini tidak bisa mengalir, karena salurannya sudah tinggi,” ucapnya dengan rona wajah memerah.

Sehingga diapun menduga, jika proyek pembangunan draisnase itu salah saat perencanaan.

“Kalau di atas meja di kantor sana ia ini (drainase) benar, tapi di lapangan ini tidak benar,” sebutnya.

Jailani menegaskan, apabila rumahnya kembali tergenang akibat luapan air dari saluran pembuang tersebut, maka ia akan memongkar drainase tersebut.

Hal sama juga disampaikan oleh Muhammad Hasbalah, sebelum saluran pembuang itu terbangun, kala banjir melanda kondisinya tidak separah saat proyek tersebut rampung dibangun.

“Sebelumnya juga ada banjir, tapi tidak sampai begini menderita masyarakat (banjir setelah drainase dibangun),” jelasnya.

Tak hanya itu, kualitas proyek drainase dengan dana sumber APBA 2021 tersebut perlu dipertanyakan.

Shares: