Opini

Menghadapi Gangguan Pendidikan Masa Covid-19

Menghadapi Gangguan Pendidikan Masa Covid-19
Dr. Nazaruddin Ali Basyah, M.Ed Dosen FKIP Unsyiah juga Ketua Harian Ikatan Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia (IKA UKM) Chapter Aceh

Jumlah anak-anak, remaja dan dewasa yang tidak bersekolah atau ke universitas karena Covid-19 cukup melonjak. Pemerintah di seluruh dunia telah menutup institusi pendidikan dalam upaya untuk menahan pandemi global.

Menurut pemantauan UNESCO, lebih dari 160 negara telah menerapkan penutupan nasional, berdampak pada lebih dari 87% populasi pelajar dunia. Beberapa negara lain seperti Indonesia telah menerapkan penutupan sekolah lokal termasuk di Aceh, jika penutupan ini menjadi isu nasional, jutaan pelajar akan mengalami gangguan proses pengajaran dan pembelajaran.

  • Pemerintah pusat dalam hal ini perlu memberikan dukungan langsung kepada daerah-daerah saat mereka bekerja untuk meminimalkan gangguan pendidikan dan juga perlu memfasilitasi kesinambungan pembelajaran, terutama bagi mereka yang paling rentan dan jauh dari ketersediaan teknologi.

 

  • Diambil sebagai langkah untuk menahan penyebaran pandemi Covid-19, mereka berada di rumah selama berbulan-bulan. Dalam semua kasus, penutupan sekolah merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pemerintah, untuk memastikan kesinambungan pembelajaran, dan pada guru, pelajar dan orang tua bersiap sedia menghadapi ini semua.

 

Aceh perlu fokus pada memastikan kelanjutan pembelajaran

Untuk kondisi saat ini, menghindari gangguan belajar perlu dijadikan prioritas utama. Negara memperkenalkan atau meningkatkan modalitas pendidikan jarak jauh atau biasa disebut pembelajaran daring yang ada berdasarkan penggunaan berbagai macam teknologi. Seperti menggunakan internet, menyediakan platform online untuk pembelajaran berkelanjutan

Di hampir semua negara, guru dan administrator sekolah didorong untuk menggunakan aplikasi untuk mendukung komunikasi dengan pelajar dan orang tua serta memberikan pelajaran langsung atau merekam pelajaran gaya kursus online terbuka (MOOC). Konten pembelajaran juga dikirimkan melalui TV dan media lain. Banyak aplikasi yang ada sedang digunakan untuk menjaga komunikasi antara guru dan pelajar.

Untuk mengomunikasikan rencana program pembelajaran jarak jauh dan memobilisasi semua pemangku kepentingan, lembaga pemerintah perlu meluncurkan kampanye kesadaran atau strategi komunikasi tentang pentingnya pendidikan jarak jauh pada masa darurat seperti sekarang ini, untuk semua kelompok sasaran, termasuk orang tua, pelajar, guru, dan administrator seperti Uni Emirat Arab. Arab Saudi menggunakan akun Twitter resminya untuk secara teratur menyebarkan informasi tentang pembelajaran online.

Kesetaraan dalam akses ke pembelajaran berbasis TIK adalah perlu diberi perhatian utama, karena pelajar dari latar belakang yang kurang mampu cenderung memiliki lebih sedikit akses ke komputer dan perangkat teknologi lain di luar sekolah.

Dalam beberapa kasus, mereka tinggal di daerah tanpa konektivitas internet, pemerintah perlu mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini. Seperti China mereka menyediakan komputer untuk pelajar dari keluarga berpenghasilan rendah dan menawarkan paket data seluler dan subsidi telekomunikasi untuk pelajar. Di Portugal, untuk mengatasi kenyataan bahwa tidak semua pelajar dapat memiliki akses ke internet di rumah, pemerintah menyarankan kemitraan dengan layanan kantor pos untuk mengirimkan lembar kerja yang harus dilakukan di rumah.

 

Mengurangi beban orang tua dan pengasuh telah muncul sebagai tantangan

Pembelajaran jarak jauh di rumah selalu membebani orangtua. Banyak yang berjuang untuk mendukung anak-anak di lingkungan belajar mereka yang baru, seringkali berganti-ganti antara pengawasan, pekerjaan mereka sendiri dan pekerjaan rumah.

Di Cina, dukungan pedagogis online diberikan kepada orang tua . Italia juga menawarkan mereka kursus online tentang cara mengelola hubungan dengan pelajar selama berada di rumah. Demikian pula, di Spanyol tersedia beragam platform dan aplikasi komunikasi (mis. Edugestio) di mana guru dan orang tua berbagi dan ikut membangun proses pembelajaran. Beberapa negara, seperti Guatemala, menyediakan pedoman pengajaran dan materi pembelajaran kepada orang tua untuk memastikan kelanjutan pembelajaran offline.

 

Keterasingan sosial anak-anak perlu ditangani

Sekolah adalah pusat kegiatan sosial dan interaksi manusia. Ketika sekolah tutup, banyak anak dan remaja kehilangan kontak sosial yang penting untuk pembelajaran dan pengembangan mereka. Aplikasi komunikasi online (mis., WhatsApp) digunakan untuk memastikan komunikasi antara guru dan pelajar serta di antara siswa di banyak negara (mis., Thailand). Kelas online interaktif juga memberikan peluang untuk interaksi sosial. Di banyak negara, seperti Cina, Jepang, Spanyol dan Amerika Serikat, bantuan psikologis disediakan bagi mereka yang membutuhkan, termasuk hotline 24 jam dan panggilan pemantauan untuk menghindari perasaan terisolasi.

 

Apa langkah berikutnya?

Dengan situasi yang berkembang dari hari ke hari, negara-negara menggunakan beragam pendekatan untuk meminimalkan dampak pandemi pada pembelajaran. Sebagai gambaran ini menggambarkan, kebijakan melampaui modalitas pembelajaran jarak jauh. Mereka mencakup langkah-langkah untuk mengatasi dimensi sosial dari krisis ini, yang memengaruhi kehidupan anak-anak dalam berbagai cara.

Karena pengurungan yang berkepanjangan, anak-anak dipisahkan dari teman sebaya dan guru mereka dan kehilangan kegiatan bersosialisasi, termasuk olahraga. Ketika pengurungan berlanjut, sangat penting untuk melindungi kesejahteraan dan kesehatan mental mereka, dan untuk meningkatkan dukungan kepada keluarga dan guru membuat keputusan penting untuk memastikan kelangsungan pembelajaran, dipandu oleh prinsip-prinsip keadilan dan inklusi.

 

Penulis: Dr. Nazaruddin Ali Basyah, M.Ed

Dosen FKIP Unsyiah juga Ketua Harian Ikatan Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia (IKA UKM) Chapter Aceh

Shares: