News

Nelayan Aceh Utara Mengadu ke Bupati Soal Aktivitas Pukat Trawl

Para nelayan di Samudera Pase melakukan aksi protes di depan kantor Bupati Aceh Utara. (Popularitas.com/Rizkita)

Puluhan nelayan di Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, melakukan aksi protes di kantor Bupati Aceh Utara, terkait aktivitas kapal trowl yang dianggap telah menghambat pendapatan nelayan lokal.

Amatan Popularitas.com di lokasi, para nelayan memadati kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk menyampaikan aspirasinya.

“Maksud dan tujuan kami hari ini ingin mengadu kepada bapak Bupati bahwa nelaya di Samudera sangat resah dengan aktifitas pukat trowl, kami saat ini sudah tidak ada pendapatan lagi karena semua ikan di perairan wilayah kami sudah di jaring olah kapal trowl atau jaring harimau,” keluh salah satu perwakilan dari nelayan Samudera, Aceh Utara Mansurdin, Selasa (24/11/2020).

Tampak dilokasi kedua belah pihak sempat berdialok dan berujung perdebatan sengit, karena tidak ada titik temu selanjutnya pada pukul 11.50 WIB puluhan nelayan tersebut kembali memadati kantor Bupati setempat.

“Kami bukan tidak mau mendengarkan pendapat dari dinas, tapi diskusi kami dengan dinas tidak ada titik temu, maka kami harus mengadu langsung ke pada Bupati yang sudah kami pilih dulu,” ujar Mansurdin.

Katanya, akibat kapal trawl ini perekonomian nelayan setempat terhambat bahkan terancam lumpuh karena nelayan yang melaut tidak membawa hasil tangkapan. Ia juga menambahkan kapal trawl juga telah merusak jaring tradisional nelayan.

Padahal sudah ada aturannya tidak dibolehkan menggunakan pukat harimau, namun saat ini aktifitas kapl yang menggunakan pukat trawl sangat merajalela di lautan. Para nelayan berharap kepada pemerintah menindak tegas aktifitas kapal trawl tersebut.

“Kapal trawl ini sudah beraksi sejak tiga tahun terakhir ini, kami sudah lelah mengadu kepada pihak yang bertugas di tingkat kecamatan bahkan ke dinas tapi tidak ada solusi. Kemana lagi kami mengadu saat ini, keluarga kamu hampir tidak makan karena tidak mendapatkan hasil tangkapan dilaut, biasanya kami menghasilkan uang Rp 150 ribu perhari tapi sekarang hanya Rp 50 ribu,”pungkasnya.

Editor: dani

Shares: